Internasional: Membuka Jendela Harapan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoSeorang insan Tzu Chi memberikan pelukan pada para lulusan dan mendoakan mereka memiliki masa depan yang cerah.

Pada tanggal 25 Juni lalu, sebanyak kurang lebih 160 orang lulus  dari sebuah sekolah menengah yang  dibangun di atas fondasi bekas tempat pembuangan sampah di Republik Dominika, untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang tidak bersekolah sebelumnya. Ini merupakan upacara wisuda keenam sejak sekolah di La Romana Provinsi dibuka pada tahun 2000. Hari yang tak terlupakan untuk 159 lulusan, yang sekarang dapat mempertimbangkan untuk menjadi insinyur, guru , dan dokter - profesi yang orang tua mereka tidak pernah bisa dibayangkan. 

Upacara Kelulusan yang Sederhana
Kebiasaan untuk upacara kelulusan di Republik Dominika adalah dengan  membeli pakaian mahal dan bagi murid perempuannya dengan berdandan. Tapi, mengingat keterbatasan materi oleh  orang tua, yayasan membuat acara sederhana,  diselenggarakan di salah satu ruang kelas terbesar, dengan pidato oleh para guru dan siswa, dan berpakaian sepantasnya. Meskipun demikian, beberapa pakaian baru dibeli seharga US $ 13 untuk kesempatan ini, dan merapikan  rambut mereka sebelum hari kelulusan. Ketika sekolah dibuka, para siswa telah 10 tahun belajar di tahun kedua - karena tidak ada sekolah tersedia untuk mereka sebelumnya. Upacara wisuda pertama diadakan pada tahun 2005, dengan lebih dari 40 siswa. Sekarang sudah berlalu empat tahun dan usia yang hadir di acara kelulusan tersebut menjadi lebih normal. 

Acara dikoordinir oleh tiga relawan Komite Tzu Chi  dan 12 relawan biru putih, diantaranya delapan orang relawan Dominika. Upacara digelar sederhana namun khidmat. Para siswa bersemangat  dengan keyakinan dan kegembiraan. Para relawan menjelaskan asal-usul yayasan dan berbagai kegiatannya, mereka memotivasi para siswa untuk melanjutkan pendidikan sebagai cara terbaik untuk memperbaiki kondisi hidup.

foto  

Ket: - Relawan mendorong para lulusan untuk membaca Jing Si Aphorism, yang akan sangat berguna dalam             kehidupan. (kiri)

Salah seorang murid yang lulus, Estrella, memulai sekolahnya sejak dari  Taman Kanak-kanak. Dia mengatakan bahwa dirinya merasa sangat berterima kasih untuk pengajaran yang diterimanya dari para guru dan perhatian jangka panjang dari para relawan. Terinspirasi oleh “memberi tanpa meminta imbalan apa pun”,  Estrella ingin menjadi relawan Tzu Chi.  Lulusan lainnya, Yafresi, telah belajar di sekolah selama delapan tahun dan senang untuk mengambil bagian dalam upacara Waisak tahun ini dan mengikuti prosesi pemandian Buddha Rupang. 

Dia juga belajar menyanyikan lagu Tzu Chi  “Cinta dan Kasih” dalam bahasa Spanyol.  Ia berharap untuk menjadi insinyur di masa depan. Yang ketiga, Fabiola, mengatakan bahwa dia ingin kembali ke sekolah sebagai guru. Julesi, yang telah memiliki nilai yang sangat baik dan senyum yang indah, ingin menjadi dokter anak dan mengambil bagian dalam klinik gratis  Yayasan Buddha Tzu Chi. Ayahnya adalah seorang petugas keamanan di sebuah pabrik gula; gajinya kecil namun stabil. Di antara para lulusan itu, Moises, seorang anak yang memiliki kekurangan hormon pertumbuhan bawaan; berkat dukungan jangka panjang dari relawan, ia mampu menyelesaikan pendidikannya. 

Diperkuat dengan kasih dan iman yang diberikan oleh yayasan, mereka, orang-orang muda dari La Romana dapat melanjutkan dengan percaya diri ke fase berikutnya dari kehidupan mereka. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Riani Purnamasari/He Qi Utara).

  
 
 

Artikel Terkait

Bahagia Membawa Berkah

Bahagia Membawa Berkah

07 Desember 2018
Pada kelas bedah buku kali ini, para peserta berkesempatan untuk mendengarkan sharing dari para relawan yang baru saja pulang dari kegiatan pelantikan di kampung halaman batin, Taiwan.  
Bumi yang Hijau Berawal dari Tangan Kita

Bumi yang Hijau Berawal dari Tangan Kita

14 April 2010
Anak-anak yang tadi belajar menanam pohon sekarang belajar untuk mencuci tangan yang baik. saat itulah pelajaran tentang pelestarian lingkungan benar-benar diajarkan dan diterapkan kepada para murid Ai De Xi Wang dan Tzu Shao.
Baksos Palembang:  “Mencuci Kaki Mama”

Baksos Palembang: “Mencuci Kaki Mama”

02 Mei 2011
Diana tidak merasa bagian mencuci kaki ini sebagai tugas dan beban. ”Kita melayani mereka yang kurang mampu, kita berikan pelayanan yang baik sekaligus kita juga melatih diri kita sendiri,” ungkap Diana. Ia pun mengenang masa lalunya yang hanya mendapat kesempatan sekali saja dalam seumur hidupnya mencuci kaki ibunya.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -