Jemuran untuk Pak Nasrul

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Lina (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

fotoPrihatin dengan kehidupan Pak Nasrul, salah satu penerima bantuan Tzu Chi, para murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao Ban) berinisiatif membuat jemuran pakaian agar tak lagi diletakkan di atas tanah.

Kelas Budi Pekerti (Tzu Shao Ban) Tzu Chi Pekanbaru baru seumur jagung, karena baru dibuka pada tahun ajaran yang lalu. Namun dengan berjalannya waktu, kelas budi pekerti ini semakin diminati sehingga harus ada yang waiting list karena jumlah peserta hanya dibatasi sampai 32 anak saja.

Tim Pendidikan terus bekerja keras dengan tulus untuk dapat menyajikan materi yang sesuai dengan perkembangan usia dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang menarik dan aplikatif dapat  menjadi stimulan bagi Huo Ban Men (panggilan untuk anak-anak Tzu Shao-red) untuk tetap mengikuti pelajaran ini setiap bulan. Sesuai dengan perkembangan usia Huo Ban Men yang mulai beranjak remaja , materi yang disampaikan tidak hanya berupa teori saja tetapi juga praktik langsung di lapangan.

Pengalaman Baru yang Berbeda
Pada tanggal 31 Oktober 2010, untuk pertama kalinya Huo Ban Men diajak untuk memberikan bantuan sembako ke rumah-rumah Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) sebagai praktik dari pelajaran budi pekerti bulan lalu yang bertemakan Gan En (bersyukur). Para Huo Ban Men dibagi dalam 8 group dan mengunjungi Gan En Hu yang berbeda. Dengan demikian mereka akan mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda. Kunjungan berlangsung kurang lebih 1-2 Jam dan tergantung jarak yang ditempuh (ada yang dekat dan ada yang agak jauh). Sebelum berangkat, para Huo Ban Men diberikan pengarahan terlebih dahulu dan sehabis kunjungan tiap grup diminta untuk memberikan sharing tentang perasaan mereka.

Sharing yang diberikan masing-masing grup memberikan inspirasi yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Melanie, salah satu anak Tzu Shao Ban, yang pada sore hari itu mengunjungi salah satu rumah Gan En Hu yang menderita penyakit kanker payudara, dan seorang anak yang di usianya yang masih belia mengalami kelainan pada paru-paru sehingga untuk bernafas harus menggunakan tabung oksigen. ”Saya sangat  bersyukur karena dikarunia tubuh yang sehat dan akan tetap semangat menjalani hidup ini karena mereka yang sakit saja punya semangat yang luar biasa untuk bertahan hidup,” kata Melanie. Lain pula yang dirasakan Gani Setiawan. Dia dan teman-temannya yang lain mengunjungi Gan En Hu yang rumahnya sangat kecil. ”Saya sangat bersyukur bisa tinggal di rumah yang mewah dan saya sangat berterima kasih kepada orang tua orangtua yang telah memberikan rumah yang nyaman untuk berlindung,” ucapnya penuh syukur. Begitu pula dengan Tashika Onasi, yang mendapat kesempatan berkunjung ke rumah Gan En Hu  yang anaknya sering tidak di rumah. ” Ibu pesan supaya kita bisa rajin-rajin membantu orang tua,” tuturnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Para Tzu Shao Ban dengan kompak saling bekerja sama satu sama lain. (kiri)
  • Karena keterbatasan biaya, keluarga Pak Nasrul selalu menjemur pakaian dengan cara ala kadarnya. (kanan)

Solusi Baru, Peluang Baru
Ada satu grup yang mengunjungi Gan En Hu yang berprofesi sebagai pemulung yang tinggal di tepian Sungai Siak. Gan En Hu ini bernama Pak Nasrul dan mempunyai 4 orang anak. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana, dimana rumah tersebut dibangun dari papan-papan bekas. Tanah bangunan rumah disewa seharga 600 ribu rupiah per tahun. Karena kendala ekonomi untuk keperluan mandi, mencuci, dan lainnya dilakukan di tepi Sungai Siak. Tidak ada jemuran untuk menjemur pakaian dan pakaian siap cuci hanya dijemur di atas rerumputan di pekarangan rumah yang kurang higienis untuk kesehatan terutama untuk anak-anak mereka.

Prihatin dengan keadaan tersebut, maka pada saat sharing, Huo Ban Men bernama Vincent Lim memberikan usulan kepada Tzu Chi Pekanbaru untuk dapat membuatkan Jemuran bagi keluarga Pak Nasrul. Ide ini disambut gembira oleh semua Huo Ban Men dan Tim Budi Pekerti. Sungguh satu niat mulia yang timbul saat kita melihat bukan dengan mata saja, tetapi dengan mata hati yang penuh rasa cinta kasih.

Bekerja sama dengan tim kasus maka ide ini direalisasikan pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2010. Berkat koordinasi Ketua Kelas Tzu Shao Ban, Arya Dharmawira sekitar 11 orang Huo Ban Men berhasil dikumpulkan dan ditambah beberapa relawan berangkat  ke rumah Pak Nasrul pada pukul 15.30 WIB. Kunjungan ini disambut gembira oleh keluarga Pak Nasrul. Tanpa menunda-nunda waktu pembuatan jemuran pun dimulai. Dibimbing oleh relawan kasus Jamaruddin Shixiong dan dibantu Pak Nasrul, Huo Ban Men mulai mengerjakan jemuran tersebut. Wah, ternyata Huo Ban Men yang selama ini tidak pernah bertukang rupanya cukup mahir juga lho. Huo Ban Men wanita pun tidak mau ketinggalan. Walau bermandikan keringat mereka tetap semangat mengerjakannya. Kayu jemuran yang cukup berat diangkat ramai-ramai. Sungguh satu kerjasama yang timbul secara spontan.

foto  foto

Keterangan :

  • Meski belum berpengalaman, dengan bekerja sama maka sebuah jemuran pun berhasil didirikan para Tzu Shao Ban (Kelas Budi Pekerti Tzu Chi). (kiri)
  • Dibimbing oleh relawan kasus Jamaruddin Shixiong dan dibantu Pak Nasrul akhirnya jemuran pun berhasil dibuat oleh para Tzu Shao Ban. (kanan)

Saat pembuatan jemuran hampir selesai dan dilanjutkan oleh yang lain, Huo Ban Men cewek menemani putri pertama Pak Nasrul yang bernama Nasni (9 tahun) membawa adiknya - Rozak yang berusia 22 bulan untuk mandi di tepian Sungai Siak. Sungguh suatu pemandangan yang menakutkan sekaligus membuat kagum Huo Ban Men wanita. Dengan telaten Nasni memandikan adiknya di tepian Sungai Siak yang terkenal sebagai sungai yang terdalam. Meskipun air sungai sudah tercemar, tidak ada pilihan lain untuk tetap menggunakannya untuk mandi ataupun mencuci. Yang tak kalah membuat kagum adalah di usianya yang masih belia Nasni sudah bisa membantu meringankan beban orangtua dengan membantu mengasuh adik-adiknya. Adik-adiknya yang lain bernama Fitri (8 tahun) dan Ridho (5 tahun). Hari ini Huo Ban Men mendapatkan banyak pengalaman yang menarik.

Jemuran selesai dikerjakan menjelang Maghrib dan tersirat wajah kebahagian di keluarga Pak Nasrul. Selain untuk menjemur baju keluarga Pak Nasrul, Ibu Nasrul juga mempunyai satu harapan baru, yaitu dengan adanya jemuran ini beliau bisa mendapatkan satu mata pencarian tambahan yaitu menerima cucian baju. Namun ini semua masih memerlukan selangkah kerja keras dan perjuangan lagi, yakni membuat sumur sebagai sumber air untuk mencuci dan keperluan sehari-hari. Kita doakan semoga harapan Ibu Nasrul dapat segera terwujud.

  
 

Artikel Terkait

Tantangan 21 Hari Diet Vegan Utuh: Kata Mereka Setelah Ikut Program Diet Vegan

Tantangan 21 Hari Diet Vegan Utuh: Kata Mereka Setelah Ikut Program Diet Vegan

04 Juli 2022

Program Tantangan 21 Hari Diet Vegan Utuh tahap tiga telah usai per tanggal 1 Juli 2022 lalu. Sebanyak 125 peserta sukses menjalani programnya, dan 91 di antaranya kembali mengikuti medical Check-up, hasilnya tentu seperti yang diinginkan semua pihak. Inilah testimonialnya.

Petani Myanmar Membalas Budi

Petani Myanmar Membalas Budi

23 Juni 2014 U Thein Tun memilih untuk tidak menggunakan pestisida dan setiap hari mengucapkan kata-kata baik pada tanaman padinya. Setelah sekian tahun berlalu, kondisi keuangannya meningkat karena hasil panen yang baik. Lalu ia menyewa satu hektar lahan pertanian dan berencana menyumbang beras yang dihasilkan lahan itu untuk Tzu Chi.
Perhatian yang Membangun Semangat Juang Didi

Perhatian yang Membangun Semangat Juang Didi

21 Januari 2020
Relawan Tim  Medis Tzu Chi rutin melakukan kunjungan kasih ke rumah para penerima bantuan Tzu Chi yang memerlukan perhatian khusus. Kali ini kunjungan dilakukan di rumah Didi, yang mengalami kelumpuhan akibat peristiwa tabrak lari puluhan tahun silam. 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -