Pada 7–8 Juni 2025, Tzu Chi Medan mengadakan Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025. Para narasumber dan peserta yang mendukung kegiatan ini mendapat souvenir dari pengurus Tzu Chi Medan.
Hari kedua (Minggu, 8 Juni 2025) Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025 yang dilaksanakan di Kantor Tzu Chi Medan diikut 67 peserta dari berbagai kota yakni Aceh, Biruen, Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, dan Pematang Siantar. Materi pada hari kedua ini diisi dengan materi pengambilan dan editing video, serta talkshow.
Pemateri pertama adalah Muhammad Rinaldi Pulungan yang akrab dipanggil Aldi. Ia memulai karir di DAAI TV sejak tahun 2022 hingga sekarang sebagai kameramen dan editor program dokumenter Citra Loka. Pada kesempatan ini, Aldi mengisi materi mengenai dasar-dasar kamera video, shot time dan camera angle. “Asalkan ada kemauan dan peralatan tidak susah untuk mempelajarinya,” ujar Aldi.
Ia juga menekankan tentang tiga poin penting yakni segitiga exposure meliputi aperture, shutter speed, dan ISO. Lalu komposisi, white balance, teknik zoom in dan zoom out, serta teknik pengambilan gambar lainnya.
Dhany Saragih, salah satu pembicara Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025 membawakan materi editing video dengan aplikasi Capcut.
Dhany Saragih turut memberikan materi tentang editing menggunakan aplikasi Capcut tahap pertahap. Dhany adalah seorang reporter DAAI TV Medan yang bertugas sebagai editor pada acara Bingkai Sumatera dan DAAI Insprirasi. “Editing merupakan rangkaian tahapan setelah pengambilan video dan produksi. Prosesnya meliputi pemotongan, penyusunan video, menyambung shoot clip sampai memperbaiki kekurangan yang dilakukan cameramen. Jadi peran editor menghasilkan gambar yang dapat dinikmati dengan nyaman dan dipahami,” jelas Dhany.
Setelah mendapatkan materi, peserta melakukan praktik lapangan dengan melakukan peliputan sederhana di rumah penerima bantuan Tzu Chi. Dengan harapan para peserta dapat melakukan pengeditan cepat untuk menghasilkan foto serta video berdurasi pendek yang mampu menyampaikan cerita kemanusiaan.
Setelah mengikut kamp selama dua hari, peserta melakukan tugas praktik yaitu kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan.
Untuk membekali para peserta sebelum terjun ke lapangan, para peserta juga diberikan arahan mengenai prosedur, etika praktik lapangan, termasuk tatacara berkunjung, wawancara dengan penerima manfaat, dan pengambilan foto yang menghormati privasi. Setelah selesai di lapangan, Rinaldi dan Dhany beserta bersama tim Zhen Shan Mei Medan melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap karya-karya yang dihasilkan peserta.
Talkshow Relawan Zhen Shan Mei
Siang harinya, juga diadakan Talkshow Relawan Zhen Shan Mei (ZSM) yang dipandu Widiyani dengan pembicara Rahma Mandasari presenter senior DAAI TV Medan, Arifin Wijaya ZSM dari Kota Tebing Tinggi, Gunawan Halim ZSM Medan, dan Ronaldo ZSM Banda Aceh. Semua pembicara mengungkapkan pada awalnya tidak memiliki latar belakang sebagai jurnalis, namun karena jodoh dan mendapat kepercayaan menjadi ZSM akhirnya mereka benar-benar jatuh cinta dan dan mengemban tugas dengan penuh tanggung jawab dengan mengembangkan kemampuan fotografi dan videografi.
Rahma Mandasari membahas tentang menghasilkan liputan yang tidak hanya fokus pada target berita saja, tapi juga bagaimana kita berempati terhadap sesama dan bisa menjadi inspirasi. “Kita bekerja keras untuk menghasilkan liputan/karya jurnalistik yang mampu untuk menggugah pemirsa untuk berbuat kebajikan. DAAI TV telah menempa diri saya untuk menjadi jurnalis yang berbudaya humanis, tidak hanya memburu berita saja tapi juga mengasah batin untuk menjadi pribadi yang berempati terhadap sesama,” jelas Rahma Mandasari.
Talkshow Relawan Zhen Shan Mei (ZSM) yang dipandu Widiyani dengan pembicara Rahma Mandasari presenter senior DAAI TV Medan, Arifin Wijaya ZSM dari Kota Tebing Tinggi, Gunawan Halim ZSM Medan, dan Ronaldo ZSM Banda Aceh.
Begitu juga dengan Arifin Wijaya yang bergabung dalam keluarga Tzu Chi sejak tahun 2015. Saat itu Tzu Chi Tebing Tinggi belum ada yang namanya tim Zhen Shan Mei. “Saya sendiri sebenarnya bukan orang yang hobi foto dan tidak juga tertarik dengan dunia fotografi apalagi videografi. Setelah memahami lebih jauh tentang apa itu ZSM dan fungsinya kami pun akhirnya membentuk tim ZSM di Tebing Tinggi. Hal ini membuat kita berkesempatan melihat dan merasakan berbagai hal dan kondisi yang tentunya membuat kita lebih mampu bersyukur dan terpacu untuk menjejakan lebih banyak cinta kasih,” ungkap Arifin Wijaya.
Pembicara lainnya, Gunawan Halim bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2009. Awalnya, ia di ajak sudaranya menjadi relawan Abu Putih lalu menjadi pengurus tim 3in1 yang kini berubah nama menjadi Zhen Shan Mei. “Sejak saat itu, saya pun resmi bergabung di tim ZSM. Awalnya saya hanya terlibat di bagian foto, namun sejak tiga tahun lalu setelah kembali aktif di Tzu Chi pascapandemi saya mulai mengambil tanggung jawab di bagian video dan artikel juga. Saya merasa sangat bersyukur bisa belajar banyak jawab di tim ZSM,” ungkap kordinator bidang ZSM di komunitas Huai Perintis ini.
Ronaldo, relawan ZSM dari Banda Aceh juga ikut membagikan pengalamannya dalam kesempatan ini. Ia bergabung dengan Zhen Shan Mei di tahun 2022. “Dunia ZSM memang sangat seru dan masuk pada semua misi. Kita sering dibilang sebagai mata dan telinga Master Cheng Yen. Pertama kali saya menjadi ZSM, karya foto dan artikel saya gak karuan. Tetapi saya banyak belajar dari tim DAAI TV Medan saat berkunjung ke Banda Aceh. Saya memiliki banyak waktu untuk belajar dari mereka tentang Fotografi,” kata Ronaldo.
Banyak Mendapat Ilmu
Jonathan Clarence Tan (11), Bodhisatwa cilik dari Kota Tebing Tinggi juga ikut belajar bersama-sama dalam kamp ini. Ia merasa banyak yang didapat setelah mengikuti kegiatan selama dua hari. “Yang pasti jadi tau teknik-teknik mengambil foto, video, cara mengedit, cara buat artikel. Terus juga bisa kenal beberapa shigu dan shibo baru juga dari Medan. Akan menjadi salah satu ladang kebajikan bisa bantu jadi ZSM di Tebing Tinggi pas ada kegiatan,” harap Jonathan Clarence.
Jenny Harliana Saragih (kiri), peserta dari Pematang Siantar belajar di teknik dokumentasi dari tim ZSM Tzu Chi Medan.
Begitu juga dengan Jenny Herliana Saragih (55), peserta dari Pematang Siantar yang bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2022. Ia merasa belajar tidak mengenal usia, apalagi hal yang dipelajari bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. “Saya me-refresh kembali hobi lama saya, tentu dapat ilmu dan teman teman baru. Saya ikut kamp karena suka, menyenangkan, tentu ingin berkembang utamanya. Saya akan terus belajar dan memberi manfaat bagi orang banyak,” ungkap Jenny Herliana Saragih.
Pada 7–8 Juni 2025, Tzu Chi Medan mengadakan Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025 yang diikuti 67 peserta dari Aceh, Biruen, Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, dan Pematang Siantar.
Di penghujung acara, para peserta melakukan doa bersama dan mendengar pesan cinta kasih yang disampaikan oleh Sylvia Chuwardi selaku Wakil Ketua Pelaksana Tzu Chi Medan. “Misi budaya humanis ada di setiap misi. Menjadi teladan panutan bagi kita semua. Menjadi orang yang benar, bajik, dan indah. Tzu Chi adalah kampus kehidupan. Hidup sampai tua, belajar sampai tua. Semua adalah teladan. Terus menulis, mengukir sejarah Tzu Chi,” ucap Sylvia Chuwardi menyemangati relawan.
Editor: Arimami Suryo A.