Karena Panggilan Hati

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 

foto
Suripto  bersama warga Kapuk Muara tengah menyiapkan lokasi pengungsian bagi warga Kapuk Muara, Jakarta Utara.

Hari-harinya bisa dibilang jauh dari urusan makanan, pakaian, diapers (popok bayi sekali pakai) ataupun obat-obatan, tetapi langkah pria yang sejak 3 (tiga) tahun lalu menjadi subkontraktor di Aula Jing Si PIK, Jakarta Utara ini tak canggung berhadapan dengan para ibu, Balita, dan Lansia. Suripto, demikian ia biasa disapa, sembari berjongkok menunjukkan pakaian-pakaian layak pakai di tangannya kepada sekitar lima belas orang pengungsi (umumnya ibu-ibu, Balita, dan manula) di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. “Tidak usah berebut, semua pasti kebagian,” pesannya lembut, “kalau memang ukurannya tidak pas, jangan dipaksakan, berikan kepada yang lain.”

Berawal Pembangunan Aula Jing Si
Suripto sendiri mulai mengenal Tzu Chi sejak 5 tahun lalu. Uniknya, ia mengenalnya bukan di Jakarta, tetapi justru di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Oleh relawan yang juga kerabatnya ia kemudian dikenalkan dengan relawan Tzu Chi Jakarta. Karena merasa cocok, Suripto kemudian bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Di Jakarta, sesuai dengan kemampuan dan juga usaha bisnisnya yang bergerak di bidang bangunan dan interior, Suripto kemudian bergabung menjadi salah satu relawan pemerhati pembangunan Aula Jing Si (sekitar tahun 2009).

Kala itu Suripto bertugas mengawasi pengerjaan pembangunan Aula Jing Si, dari sisi mutu bahan, kualitas pengerjaan, hingga penyelesaian akhir. Tidak ada niat sedikit pun pada waktu itu baginya untuk menjadi salah satu sub kontraktor pembangunan Aula Jing Si. “Tadinya relawan aja, kita nggak ada tujuan untuk dapetin kerjaan. Cuma kita lihat ternyata kerjaan saya dibandingkan dengan yang ada, kualitasnya masih bisa saya samakan,” ujarnya. “Kemudian Abun Shixiong dorong saya “maju”, tapi saya bilang jangan, kita di Tzu Chi tujuannya mau amal, bukan nyari keuntungan.” Tapi, karena dorongan dari relawan lainnya maka Suripto pun mencoba masuk, dan nyatanya kualitas hasil kerjanya memuaskan banyak pihak, termasuk para pimpinan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Belajar Memahami Para Pengungsi
Selain aktif sebagai relawan pemerhati Aula Jing Si, Suripto juga aktif dalam misi sosial lainnya. Saat Jakarta dilanda banjir besar sejak tanggal 20 Januari 2014, Suripto pun segera bergabung menjadi Relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, memberikan bantuan (evakuasi, makanan, dan minuman hangat) kepada para korban banjir. Hal yang sama juga ia lakukan di tahun lalu, tatkala banjir besar menyambut datangnya awal tahun 2013. “Tahun lalu justru lebih besar,” ungkapnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Koordinasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak membuat tugas kemanusiaan menjadi lebih mudah, cepat, dan tepat sasaran (kiri).
  • Berbagai kebutuhan para pengungsi harus segera dipenuhi meski mereka tak meminta. Kepekaan akan penderitaan sesama membuat kita bisa lebih mensyukuri kehidupan kita (kanan).

Jika di tahun 2013, Suripto terjun sebagai bagian dari Tim Tanggap Darurat maka dalam banjir kali ini ia didapuk untuk menjadi Koordinator Lapangan dan juga Pengungsi Banjir di Aula Jing Si. “Saya kebetulan saat bencana banjir tahun ini ngikutin dari awal. Meeting hari Jumat, terus survei ke Kapuk Muara. Karena relawan-relawan lain yang lebih senior berangkat ke Manado, jadi nggak ada orang, jadi saya ditugaskan jadi koordinator lapangan di Kapuk Muara,” terangnya, “kalo pengungsi ya sekalian kita yang tanggung jawab, pengungsi dari Kapuk Muara karena kita yang bawa dia ke sini, jadi kita dampingin terus.” Pengungsi yang diprioritaskan sendiri adalah anak-anak kecil, Balita, dan Lansia. “Cuaca di sana (pengungsian Kapuk Muara di lapangan kosong-red) ekstrim, siang hujan, malam banyak angi, jadi kita tawarkan untuk ngungsi,” sambungnya.

Mendampingi para pengungsi memberi pengalaman tersendiri baginya. “Ada satu pengalaman tersendiri, kadang-kadang kita lihat pengungsi begini, ada perasaan iba. Kita bersyukur ada tempat tidur enak, mereka tidur di pengungsian, dingin dengan alas tikar seadanya. Yang bisa saya dapat hikmahnya itu membuat saya lebih peka terhadap sesama. Kita di posisi sekarang merasa jauh lebih bersyukur dengan kondisi kita,” tegasnya. Rumah Suripto sendiri cukup aman dan terhindar dari banjir sehingga ia dapat leluas bergerak membantu sesama.

Sebagai penanggung jawab, Suripto harus memastikan kebutuhan para pengungsi di Aula Jing Si terpenuhi seluruhnya. Selain makan dan minum, para pengungsi, khususnya Balita dan Lansia perlu perhatian khusus. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana memperhatikan kebutuhan sosial mereka. “Karena itulah interaksi dengan para pengungsi sangat penting agar mereka tak larut dalam kejenuhan. kita berinteraksi dengan mereka supaya mereka di sini merasa seperti di rumah sendiri,” kata Suripto. Mereka tidak kita ungsikan, terus kita lepas begitu, kita membina satu hubungan batin, dimana sambil membantu kita ajarkan ajaran Tzu Chi, Master Cheng Yen bahwa kita harus bersyukur dan jangan tergantung dengan orang lain, marilah kita memberi, lebih baik memberi daripada menerima.”

  
 

Artikel Terkait

Belajar Toleransi Melalui Film Dokumenter DAAI TV

Belajar Toleransi Melalui Film Dokumenter DAAI TV

01 Maret 2024

DAAI TV dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa bekerjasama dengan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa dan BEM STAB Nalanda menggelar nonton bareng dan diskusi film dokumenter Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara.

Tugas Itu Berkah

Tugas Itu Berkah

12 Oktober 2015
“Apa yang dimaksud dengan relawan? Apa bedanya relawan Tzu Chi berseragam biru putih dengan abu putih?” tanya Oey Hoey Leng, relawan Tzu Chi kepada para peserta Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih pada Sabtu, 10 Oktober 2015.
Koin-koin Kemanusiaan

Koin-koin Kemanusiaan

21 Oktober 2015

Memiliki motivasi dan tujuan yang sama, para karyawan Bank BCA Kantor Cabang Utama Wisma Asia bersemangat untuk menuangkan celengan agar cinta kasih yang dikumpulkan bisa segera dirasakan oleh sesama yang membutuhkan, meskipun penuangan celengan berlangsung usai jam kerja.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -