Kasih Ibu, Luas dan Dalam

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan, Yusniaty (HQ Utara 1)

doc tzu chi

Sebanyak 80 anak Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke melakukan prosesi penyuguhan teh kepada orangtua dalam rangka Hari Ibu.

“Mama sering sakit maag.. kalau mama sakit, saya bantu mama supaya mama bahagia,” ujar Sabiyyah Kaila Atika (8) yang biasanya dipanggil Tika. Hari itu, Minggu 21 Mei 2017 adalah peringatan Hari Ibu bagi anak-anak di Rusun Cinta Kasih Muara Angke, Jakarta Utara, yang diadakan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1.

Pagi itu Tika datang sendirian ke aula rusun tanpa ditemani mama seperti anak-anak lainnya. “Mama lagi sakit maag,” jelas Tika kepada relawan dengan senyum centilnya berusaha menutupi rasa kecewa. Pasalnya tiap bulan di kelas budi pekerti ini, Tika tidak pernah absen. Namun karena tidak ditemani mamanya, maka Tika walaupun pagi-pagi sudah datang tapi harus duduk di bagian belakang, dan saat prosesi seduh teh nanti, Ia tidak dapat menyuguhkan teh kepada mama tercinta.

Acara Hari Ibu pun dimulai, Tika masih duduk di belakang, sesekali Ia harus bergeser tempat duduk untuk teman-teman lainnya yang datang bersama orangtua. Melihat Tika seperti itu relawan pun merasa tidak tega, “Maaf ya Tika, kamu harus pindah lagi.” Tika pun dengan rela pindah tempat duduk lagi ke belakang tanpa berkomentar sedikitpun. Tika, anak ke-4 dari 6 bersaudara adalah anak yang ceria dan suka bersekolah. Menurutnya, dengan rajin bersekolah maka dapat membahagiakan orangtua.

 

Relawan berharap melalui perayaan ini anak-anak dapat memahami dan semakin berbakti kepada orangtua.


Para orangtua juga menerima bunga tanda cinta yang dibuat sendiri dari tangan anak-anaknya melalui bimbingan relawan Tzu Chi dua bulan lalu.

Setelah serangkaian pembukaan, menonton video mengenai ibu dan sharing relawan serta orangtua, maka tiba saatnya prosesi penyuguhan teh kepada orangtua. Mama Tika tiba-tiba muncul di aula rusun. Tika sangat bahagia karena dapat menyuguhkan teh kepada mama, serta memberikan bunga tanda cinta yang telah dibuatnya dua bulan lalu di bawah bimbingan relawan Tzu Chi. Ia pun memeluk mama dan mencium dengan penuh kasih. Kehadiran mama saat itu baginya adalah sebuah kejutan.

Menjadi anak yang berbakti dalam pikiran Tika sangat sederhana, bahwa apapun yang Ia lakukan adalah untuk membahagiakan mama. Selain Tika, ada juga Selvia Putri (15) yang rajin membantu dan meringankan beban mamanya. Selvia adalah putri sulung dengan lima orang adik yang harus diurus setiap harinya. Adik pertama, Muhammad Iqbal walau sudah berumur 12 tahun tapi belum bisa baca tulis dan terlihat seperti mengalami keterbelakangan psikis.

Menurut Mariama (34), ibunya, ketika Iqbal berumur beberapa bulan mengalami demam tinggi dan dirawat di Rumah Sakit Koja selama seminggu. Sejak itu, Iqbal sering sakit hingga umur satu tahun, dan sedikit banyak telah mempengaruhi perkembangan fisik dan psikisnya. Pada umur 3,5 tahun barulah ia bisa berjalan. “Pernah dia sakit sekitar dua tahun lalu, kurus banget, hanya kulit dan tulang, saya kira udah mau meninggal,” ucap Mariama. Beruntung, Iqbal bisa berangsur-angsur sembuh kemudian setelah berobat ke klinik.

 

Tika sangat bahagia dapat menyuguhkan teh kepada mama.


Mariama (kiri) mama Iqbal, dan Iqbal (kanan) saat dikunjungi relawan di rumahnya.

Iqbal hobinya bermain dengan teman, tapi Ia juga anak yang penurut jika disuruh kerja ini dan itu di tengah kemampuannya yang terbatas. “Kalo disuruh-suruh sama tetangga sekitar.. Iqbal beli ini donk, beli itu donk, itu dia seneng bisa bantu orang. Dia juga bisa bantu di rumah bersih-bersih, buang sampah gitu,” lanjut Mariama.

Iqbal anak yang baik namun juga kurang percaya diri. Berkali-kali Ia menolak ke sekolah padahal sudah didaftarkan oleh mamanya. Akibat tidak bersekolah, Iqbal tidak bisa baca tulis. Walau begitu, Iqbal suka mengikuti kelas budi pekerti yang diadakan relawan Tzu Chi setiap bulannya di rusun ini.

“Kalau ada kelas Tzu Chi, pagi-pagi dia udah bangun, nanya kita.. udah datang belum? Kalo relawan udah datang, dia buru-buru mandi,” ujar Mariama. Rumah Iqbal ada di blok yang bersebelahan dengan aula rusun, sehingga jika relawan datang maka akan gampang terlihat.

 

Selvia adalah tangan kanan mamanya dalam hal menjaga adik-adiknya dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.


Tiap kali diadakan kelas budi pekerti di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke, Iqbal selalu menjadi yang pertama hadir dan turut membersihkan lokasi sebelum kelas dimulai.

Kondisi Iqbal yang begitu, jelas Selvia tidak bisa berharap terlalu banyak dari adik yang paling besar ini. Sedangkan adik lainnya masih kecil, yang paling kecil adalah si kembar berumur 3 minggu. Kendati demikian, Selvia membantu mama mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan tangkas dan tuntas, juga tanpa keluhan. Beberapa kali Selvia pernah diomelin juga sama mama karena selesai sekolah tidak langsung pulang. Mariama hanya berharap anak-anaknya dapat serius bersekolah dan menjadi orang sukses. Ia akan terus mendorong Iqbal untuk bersekolah. Namun ia juga tetap bersyukur dan berlapang hati menerima anak-anaknya bagaimana pun kondisi mereka.


Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -