Kasih Orang Tua Tiada Batas

Jurnalis : Pungki Arisandi (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Ani, Pungky Arisandi (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Keadaan kontrakan keluarga Yusrizal yang tampak sederhana, walau sederhana namun rumah inilah yang melindungi keluarga mereka.

“Kasih ibu sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia” ini merupakan peribahasa yang tepat untuk Yusrizal (36) dan Astri Citrawini (25). Mereka adalah orang tua dari Amelda Nathasya (9), seorang pasien yang mendapat perhatian khusus dari Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Amelda adalah anak pertama dari 3 bersaudara yang lahir normal seperti bayi biasanya. Pada usianya yang menginjak 3 bulan, Amelda mengalami panas tinggi dan karena keterbatasan biaya, orang tuanya tidak membawa putri pertamanya itu ke dokter dan hanya dirawat di rumah.

Beberapa hari dirawat sendiri, panas Amelda tidak kunjung turun. Dari sana, orang tuanya akhirnya membawa Amelda ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Amelda kekurangan sel darah putih yang akhirnya menyebabkan beberapa saraf di tubuh bocah itu tidak mampu berfungsi dan tumbuh dengan sewajarnya.

Mendengar vonis dokter, Yusrizal dan Astri pun tidak tinggal diam. Mereka kemudian membawa Amelda untuk melakukan pengobatan alternatif. Namun hasilnya nihil.

Suatu hari ketika Amelda dibawa kembali ke rumah sakit untuk berobat, orang tuanya bertemu dengan salah satu relawan Tzu Chi yang kala itu sedang menjenguk salah satu relawan, dari sanalah jodoh baik terajut.

Pertemuan tersebut membawa relawan Tzu Chi berkunjung ke kediaman Yusrizal dan Astri di kampung baru RT 01/RW 02, Tebing, Tanjung Balai Karimun. Keluarga Yusrizal tinggal di rumah kontrakan yang berukuran 5x7 meter. Setiap bulannya, mereka harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar untuk membayar kontrakan dan kehidupan sehari-hari. Penghasilan tiap bulan juga tidak menentu karena Yusrizal bekerja sebagai buruh harian lepas (tidak menentu).

Melihat kondisi Amelda yang demikian memprihatinkan salah satu siswa budi pekerti, Orlando, yang turut ikut dalam kunjungan kasih merasa sedih melihat kondisi Amelda yang demikian merasa kesakitan dan menderita.

Tidak Berhenti Berjuang

Di usianya yang kini sudah 9 tahun, Amelda tetap lumpuh sementara itu badannya kurus dan tidak tumbuh seperti anak-anak lain seusianya. Relawan Tzu Chi sangat tersentuh melihat keadaan Amelda dan pengorbanan orang tua Amelda yang tetap semangat merawat serta memberikan kasih sayang yang tulus walaupun kondisi anaknya seperti itu. “Walaupun harapan untuk sembuh sangat kecil, saya akan tetap merawatnya dan saya akan memberikan yang terbaik untuk Amelda dan adik-adiknya,” kata ibu Astri Citrawini sambil mengelus kepala anaknya dan meneteskan air mata.Para relawan pun tampak sedih dan mengusap air mata usai mendengar cerita dari orang tua Amelda. Selain memberikan bantuan, relawan juga mengajari mereka bagaimana cara berbuat baik dengan mencintai dan melestarikan lingkungan serta mengajari keluarga Yusrizal untuk mengumpulkan barang-barang yang bisa didaur ulang dan akan diambil oleh relawan setiap bulannya. Mereka tampak senang karena sebelumnya tidak tahu bahwa sampah itu bisa didaur ulang menjadi barang yang berguna.

Master Cheng Yen mengatakan, dengan melihat penderitaan maka akan timbul rasa syukur dan mengharai berkah. Dengan melihat langsung kondisi pasien di rumah maupun di rumah sakit. Relawan akan merasakan betapa bersyukurnya jika kita masih bisa diberikan kondisi fisik yang normal dan sehat, selain itu kita juga dapat merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena melihat senyum mereka.

Relawan yang secara rutin melakukan kunjungan selalu merasakan kesedihan yang mendalam saat melihat kondisi amelda yang demikian kurus. Namun saat kunjungan kasih pada 6 Maret 2016 orangtua amelda mengatakan bahwa ada pertumbuhan pada tubuh Amelda.

Jika kita memiliki kesempatan berbuat baik, marilah kita gunakan waktu itu sebaik mungkin. “Tzu Chi merupakan ladang berkah yang sangat subur untuk menanam kebajikan. Dengan berbuat kebajikan, menolong, dan memberikan perhatian kepada mereka yang masih membutuhkan bantuan itu merupakan salah satu cara kita mensyukuri kehidupan. Marilah kita bersama-sama menumbuhkan tekad dan niat yang tulus untuk membantu sesama karena menumbuhkan kebijaksanaan yang besar harus dimulai dari hal yang kecil,” tutup Sukmawati, Ketua Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.


Artikel Terkait

"Satu Keluarga" Bersama Anak -Anak Santri

08 Mei 2014 Berkah bukan hasil dari bermohon, tetapi harus diciptakan sendiri. Jika dalam hati memiliki cinta kasih, bersumbangsih secara nyata untuk membantu orang yang menderita agar terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan, itulah menciptakan berkah bagi orang banyak.
Perhatian Untuk Tasya yang Tak Patah Semangat Belajar dan Mandiri

Perhatian Untuk Tasya yang Tak Patah Semangat Belajar dan Mandiri

24 Juni 2022

Tasya Laura Apriliawati (18) hidup mandiri di sebuah kamar kontrakan kecil seorang diri. Tasya masih sekolah di SMK Puja Bangsa Kota Cikarang kelas 10. Tasya anak Keluarga Ali Susanto penerima bantuan hidup Tzu Chi sejak tahun 2017.

Belajar dari Kehidupan Orang Lain

Belajar dari Kehidupan Orang Lain

17 Maret 2015 “Kita memang harus bersyukur dan belajar dari pengalaman orang lain,” pungkas relawan Tzu Chi lainnya, Luciana. Hal ini seperti dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen: “Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia baru bisa berbahagia.”
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -