Kebahagiaan dalam Kebersamaan

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Meliana, Mei Bin (Tzu Chi Pekanbaru)

Kelas budi pekerti yang mengangkat tema “Bersyukur Atas Budi dan Jasa Orang Tua” mengajarkan kepada anak untuk berbakti kepada orang tua yang dilaksanakan pada 13 Desember 2015.

Minggu pagi, 13 Desember 2015 hujan tidak henti-hentinya mengguyur Kota Pekanbaru, Riau. Bahkan hingga acara kelas budi pekerti dimulai, gerimis tak kunjung usai. Kondisi ini membuat sebagian besar orang enggan untuk melakukan aktivitasnya, namun tidak untuk para relawan dan anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi di kantor Tzu Chi Pekanbaru. Pada kesempatan ini, kelas budi pekerti mengangkat tema “Bersyukur Atas Budi dan Jasa Orang Tua.” Dalam kegiatan kelas budi pekerti hari ini berasa istimewa karena dihadiri oleh seluruh orang tua xiao pu sha. Demi anak-anak tercinta, papa mama berusaha meluangkan waktu untuk hadir karena ada aktivitas yang melibatkan kebersamaan orang tua dan anak.

Sambil menyelam minum air. Sementara anak-anak mengikuti kelas, orang tua diajak untuk mengikuti Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT). Tanggapan orang tua pun positif, mereka akan mensosialisasikan SMAT kepada karyawan di perusahaan atau pun toko mereka. Melalui kesempatan ini, diharapkan dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Usai sosialisasi orang tua diarahkan untuk bergabung dengan anak-anak di kelas.

Sementara anak-anak mengikuti kelas, orang tua diajak untuk mengikuti Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT).

Linda bersama anak-anaknya mengikuti permainan yang menjawab pertanyaan tentang kebiasaan, makanan kesukaan, dan hobi orang tua dan anak. Ia pun mengaku terharu dengan kegiatan ini karena anggapan anaknya yg cuek justru selalu benar jawabannya.

Dalam kegiatan kelas budi pekerti ini dihadirkan Master Told Story berjudul “Satu Panah Tiga Nyawa”. Dalam kisah ini menceritakan tentang budi luhur, cinta kasih dan rasa bakti seorang pemuda yang bernama Samaka. Doa tulus dan cinta kasih orang tua mampu menggugah para dewa, yang akhirnya dapat membebaskan Samaka dari maut kematian. Video-video inspiratif tentang pengorbanan ibu dan ayah demi anak-anaknya juga ditayangkan untuk membuka pemahaman anak-anak bahwa sebenarnya pengorbanan orang tua sangatlah besar, dan sebagai anak dapat mewujudkan rasa bakti kepada orang tua.

Untuk lebih menjalin rasa kebersamaan antara anak dan orang tua dilakukan satu permainan dengan tema “Sejauh Mana Anda Mengenal Mama dan Papa”. Dalam permainan ini, orang tua dan anak diberikan beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan, hobby, dan makanan favorit. Orang tua dan anak akan saling mencocokkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Setelah permainan, anak-anak membuat sesuatu yang spesial untuk mama. Kali ini anak-anak membuat “ceplak”, sebuah taplak penahan panas yang terbuat dari sisa-sisa kain perca. Tidak sedikit anak yang kesulitan untuk menjahit, namun demi ibunya, mereka belajar menjahit dan mempersembahkan untuk orang tua tercinta. Orang tua pun tak ketinggalan untuk membantu anak membuat keterampilannya. Terlihat suasana keakraban dan kerja sama antara orang tua dan anak. Kegiatan sederhana ini ternyata memberikan kesan tersendiri bagi kedua orang tua Vincent Vic Chow. Orang tau Vincent menunda waktu untuk membuka toko mendampingi  buah hati mereka, meskipun biasanya hanya salah satu di antara mereka

Kali ini anak-anak diminta untuk membuat “ceplak”, sebuah taplak penahan panas yang terbuat dari sisa-sisa kain perca yang akan diberikan kepada orang tua mereka.

Papa dan Mama dari Vincent Vic Chow datang bersama-sama mendampingi anaknya selama pembelajaran kelas budi pekerti.

Lain halnya dengan orang tua Willy yang mendapatkan inspirasi dari kegiatan kelas hari ini. “Biasanya kalau perlu alat untuk penahan panas tinggal beli di supermarket. Dan ternyata tidak sulit untuk buat sendiri, bahkan kadang ada bahan tidak tahu mau diapakan,” ujarnya. “Bahkan Willy yang awalnya tidak pandai menjahit akhirnya juga bisa,” tambah orang tua Willy tersenyum.

Linda, salah satu dui fu (mentor) merasa terharu dengan aktifitas kelas hari ini. Terlebih anaknya, Jojo yang ikut dalam kelas ini juga melakukan aktivitas yang sama. Linda mengaku anaknya yang selama ini dianggap sebagai anak yang kurang peduli dan cuek ternyata merupakan anak yang sangat peduli. Hampir semua pertanyaan yang diajukan di sesi permainan dapat dijawab dengan baik. Hal ini membuka mata Linda bahwa dibalik kecuekan Jojo sebenarnya tersimpan perhatian yang cukup besar. Semoga melalui kegiatan ini bisa menjadi anak yang peduli dan berbakti kepada orang tua.


Artikel Terkait

Merajut Tali Kasih Dengan Oma Opa di Panti Jompo

Merajut Tali Kasih Dengan Oma Opa di Panti Jompo

25 Februari 2019

Sebanyak 80 Bodhisatwa cilik dengan semangat mengikuti kegiatan Kunjungan Kasih Ke Panti Jompo Yasobas dengan didampingi oleh orang tua mereka. Senyuman bahagia terlihat menghiasi wajah oma opa menyambut para Bodhisatwa cilik yang menyapa mereka dengan sebutan akong ama.

Pelestari Lingkungan Cilik, Mengubah Sampah Menjadi Emas

Pelestari Lingkungan Cilik, Mengubah Sampah Menjadi Emas

27 Maret 2017

Minggu, 19 Maret 2017, anak-anak kelas budi pekerti Qin Zi Ban dan Er Tong Ban melakukan praktik pemilahan barang-barang yang bisa didaur ulang. Halaman rumah Tzu Chi menjadi tempat bagi  xiao pu sa, orang tua, dan juga duifu (mentor) untuk belajar memilah barang-barang daur ulang. 

Hari  Terakhir Kelas Budi Pekerti 2014/2015

Hari Terakhir Kelas Budi Pekerti 2014/2015

26 Juni 2015
Puncak acara terlaksana saat 101 murid kelas budi pekerti menyajikan kue dan teh sambil bersujud di hadapan ayah mereka. Melihat para anak bersujud di hadapan mereka, para ayah banyak yang tersentuh.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -