Kebajikan yang Selalu Teringat

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia

Kamis, 22 Mei 2008, Tzu Chi membantu kepulangan Hla Htut (28) dan Saw khin (40), dua orang warga Myanmar yang sempat menjadi penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) di Indonesia selama bertahun-tahun. Hla Tut menjadi tahanan pihak imigrasi setelah kapal ikan yang mempekerjakannya ternyata melanggar hukum dengan memasuki wilayah perairan Indonesia tanpa izin. Sementara Saw Khin, sempat masuk Lembaga Pemasyarakatan (LP) Tangerang karena tersangkut kasus penyelundupan narkoba. Ia mengaku dijebak saat disuruh seseorang membawa sebuah bungkusan yang ternyata berisi heroin ke Indonesia. Relawan Tzu Chi Indonesia membantu kepulangan keduanya setelah selesai menjalani masa hukuman di Indonesia.

Kini keduanya sudah kembali ke Myanmar dan berkumpul bersama keluarganya. Apa yang dilakukan relawan Tzu Chi terhadap warga Myanmar ini ternyata sangat membekas di hati keduanya. Bulan Agustus 2008 lalu, Tzu Chi menerima surat dari Saw Khin, berikut ini, yang ditulis dengan kemampuan Bahasa Indonesianya yang pas-pasan:

Yang saya hormati Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,
Saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena kabar kami yang terlambat. Kami tidak akan pernah lupa kebaikan Buddha Tzu Chi. Kami bisa berkumpul lagi bersama famili di tanah air kami. Hanya kondisi di sini sangat susah untuk berkomunikasi. Handphone ataupun telepon tidak bisa dipakai.

Walau kami susah, tapi kami bahagia bisa berkumpul dengan keluarga. Orangtua kami pun sangat senang bisa bertemu kembali dengan kami. Salam ucap terima kasih banyak dari orangtua kami untuk Buddha Tzu Chi. Setiap hari orangtua kami berdoa untuk kebaikan relawan Tzu Chi di Indonesia dan dunia. Kami pun bercerita tentang umat Buddha bersatu.

Sekali lagi, saya minta maaf Pak Agus (Agus Rijanto, salah seorang relawan Tzu Chi yang mengurus dan mengantar kepulangan warga Myanmar ini -red), istri saya mau melahirkan dan sekarang sedang sakit. Saya juga bekerja keras untuk menghidupi kedua orangtua dan istri saya. Sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya.

Surat saya cukup sekian. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak sopan dan bahasa Indonesia yang kurang baik. Keluarga istri saya juga kena musibah. Di hati kecil saya, saya tidak akan pernah melupakan kebaikan dari Buddha Tzu Chi

Mohon maaf cukup sekian.

Dari
Sma Saw Khin


Artikel Terkait

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

31 Mei 2010
Dimulai dari selembar kertas, anak-anak mampu mengerti bahwa pepohonan dapat memengaruhi kondisi iklim. Inilah yang disebut pendidikan. Pendidikan budaya humanis Tzu Chi tak hanya diterapkan pada orang dewasa, melainkan juga pada anak kecil.
Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

25 Februari 2019
Bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, 28 September 2018 lalu menyisahkan duka bagi Nurul Istikhara. Tak hanya kehilangan ibu dan adik, siswa kelas 1 SMA ini juga harus kehilangan bagian tubuhnya. Relawan terus hadir untuk memberinya kekuatan.
Senantiasa Mengingat Tzu Chi

Senantiasa Mengingat Tzu Chi

20 Desember 2012 Hal ini terlihat pada Sabtu, 15 Desember 2012, sebanyak kurang lebih 200 karyawan Summarecon datang berkunjung ke Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Kunjungan kali ini dapat diibaratkan sebagai kembali ke kampung halaman karena Summarecon telah menjalin hubungan kebajikan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi.
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -