Keberanian dan Rendah Hati

Jurnalis : Yusie (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi Timur)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Timur berdiri rapi dan menyanyikan Mars Tzu Chi saat hendak memulai Pelatihan Relawan Abu Putih yang ke-2 di tahun 2011.

Senyum manis dan ramah, serta alunan musik yang lembut menyambut kedatangan saya dan shixiong-shijie yang lain saat memasuki ruangan di lantai 8 Plaza Summarecon Kelapa Gading. Hari Minggu, 17 April 2011, kami datang berbondong-bondong dengan berpakaian seragam rapi karena kami akan mengikuti pelatihan relawan.

Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang diselenggarakan di tahun 2011, setelah pelatihan sebelumnya yang diadakan pada hari Minggu, 13 Februari lalu. Tujuan pelatihan adalah agar para relawan semakin mengenal, mengerti , dan mencintai Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh Master Cheng Yen. Peserta pelatihan kali ini adalah para relawan abu-abu putih berjumlah 39 orang, biru-putih berjumlah 30 orang, komite berjumlah 4 orang dan Tzu Ching berjumlah 5 orang yang kesemuanya berasal dari Hu Ai Kelapa Gading He Qi  Timur.

Bersiap Memulai Pelatihan
Kami duduk dengan rapi dan tenang sesuai barisan tempat duduk yang sudah disiapkan. Tepat pukul 8.30 pagi, pelatihan dibuka oleh Jishou Shixiong yang menyampaikan ucapan selamat datang dan diteruskan dengan pradaksina yang dipandu oleh Yeye Shijie, untuk membantu para relawan berkonsentrasi selama pelatihan berlangsung. Setelah itu, video mengenai kisah Master Cheng Yen sebagai pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi diputar. Dibantu oleh Hendri Shixiong, melalui video ini para relawan diingatkan kembali tentang perjalanan Master Cheng Yen menyebarkan cinta kasihnya ke seluruh dunia.

Melinda Shijie yang baru kali ini mengikuti pelatihan mengatakan bahwa dengan mengikuti pelatihan ini dirinya semakin mengenal sejarah hidup, misi, dan visi Master Cheng Yen. Melindadan suaminya Anwar, sudah tertarik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi sejak November 2010 lalu. Namun baru mendapat kesempatan untuk mengikuti Tea Gathering pada bulan Februari 2011 dan akhirnya mengikuti pelatihan di bulan ini. “Setelah bergabung dan mengikuti kegiatan-kegiatannya, kami jadi tahu kalau Tzu Chi memang benar-benar membantu orang,” ungkap Melinda. Dalam pelatihan ini, tercatat ada 6 orang relawan abu-putih yang baru pertama kali mengikuti pelatihan.

Initiative Responses dan Think Out of The Box
Setelah rehat, pelatihan dilanjutkan oleh Sudarno Shixiong yang memberikan sharing mengenai Misi Budaya Kemanusiaan Tzu Chi yang di antaranya adalah DAAI TV, Buletin Tzu Chi dan Majalah Dunia Tzu Chi, serta Jing Si Books & Cafe. Usai itu, sebelum masuk ke materi selanjutnya, Jishou Shixiong menyampaikan bahwa dalam memikul tanggung jawab sebagai relawan dan mewariskan ajaran Tzu Chi kita harus memiliki initiative responses. “Master Cheng Yen tidak pernah memberi kita perintah, tetapi kita yang harus mempunyai inisiatif untuk melakukan kebajikan dan menyebarkan cinta kasih,” katanya. Materi berikutnya disampaikan oleh Effendy Shixiong tentang bagaimana menggarap ladang berkah kebajikan dan kebijaksanaan. Dengan melakukan hal tersebut maka kita semua bisa belajar membuat hidup kita sendiri lebih bahagia dan berguna.

Akhirnya waktu makan siang pun tiba. Saat makan pun suasananya sama seperti dalam sesi pelatihan, kami semua makan dengan tenang dan hening. Kami sangat berterima kasih kepada para relawan yang sudah mempersiapkan makan siang dan menyajikannya dengan penuh hormat dan ketulusan hati. Setelah menikmati makan siang Jishou Shixiong memberikan sedikit permainan menyenangkan yang mengasah otak kami. Kami diminta menghubungkan 9 titik dengan 4 garis saja dan semua harus terhubung. Makna dari permainan ini memberikan kami pelajaran bahwa harus mampu untuk berpikir kreatif, “think out of the box” (berpikir di luar kotak/kebiasaan). Materi terakhir dalam pelatihan ini disampaikan oleh Dharmawati Shijie tentang betapa pentingnya menjadi seorang vegetarian. Menurutnya, selain baik untuk kesehatan, bervegetarian juga ikut melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi kita yang semakin renta ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 kali ini cukup spesial karena dibimbing langsung oleh Jishou Shixiong, relawan Tzu Chi asal Malaysia sebagai pembawa acaranya. (kiri)
  • Relawan biru putih menyajikan makan siang dengan penuh hormat kepada relawan abu putih yang berpartisipasi dalam pelatihan. Ini menggambarkan bahwa di Tzu Chi setiap relawan saling membimbing dan bekerja sama. (kanan)

Sharing Relawan
Dalam pelatihan kali ini ada yang istimewa karena ada 3 sharing yang berbeda. Pertama sharing dari relawan yang sudah bervegetarian, kedua sharing dari relawan mengenai pelatihan, dan ketiga sharing dari relawan mengenai pertobatan. Sharing pertama dimulai oleh Ivone Shijie yang sudah bervegetarian sejak tahun 2000 dan mendapat pengetahuan mengenai vegetarian dari membaca berbagai buku. Lanny Shijie kemudian menyambung sharing bahwa saat mempersiapkan bazar vegetarian, para relawan diharapkan bervegetarian selama 40 hari. “Saya suka sekali makan daging tapi saya ingin ikut menyukseskan Vegetarian Food Festival maka saya ikut vegetarian 40 hari. Ternyata saya dapat menjalaninya dengan baik. Meskipun terlihat susah, vegetarian... siapa takut?” kata Lanny Shijie yang memancing tawa seluruh relawan.

Sebelum sharing pertobatan dimulai, Rensy Shijie terlebih dahulumenyampaikan materi mengenai pertobatan. Kita bisa memulai pertobatan dari badan atau jasmani kita, dari ucapan, dan dari pikiran. Di dalam pikiran kita sering ada keserakahan, kebencian, kebodohan, kecurigaan, dan keangkuhan. Bagaimana kita harus memulai pertobatan? Dengan bervegetarian, bertekad mengembangkan hati bodhicita, dan pelimpahan jasa atau doa.

Dalam sharing pertobatannya, Rensy Shijie memulai dengan bercerita, "Pada awalnya saya bekerja sebagai pramugari Singapore Airlines (SQ). Saya diterima di antara 20 orang calon dari 6.000 pelamar, padahal itu adalah pekerjaan saya yang pertama. Hebat kan, apalagi gaji dan fasilitas yang wah, sekitar 30 sampai 40 juta rupiah per bulan, saya menjadi sosok yang sombong. Setelah cukup pengalaman di SQ, saya ke Jakarta itupun saya dapat memperoleh pekerjaan posisi yang penting dengan mudah." Kemudian Rensy Shijie melanjutkan, ”Titik balik saya adalah saat kerusuhan 1998 di mana saya kehilangan pekerjaan dan saya pun memutuskan kembali ke Medan dengan bekal hanya Rp. 400.000,-. Tiketnya juga dibelikan orang tua pacar saya. Entah kemana pendapatan yang saya terima selama ini, namanya anak muda." Ungkapan Rensy Shijie itupun disambut derai tawa para peserta pelatihan.

Saat telah tinggal di Medan, Rensy Shijie juga kesulitan mendapatkan pekerjaan. Setelah beberapa lama ia pun baru berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai Manajer Restoran di Novotel yang tidak lebih sebagai pramusaji dengan gaji Rp. 400.000,- per bulannya. Ketika itu ia betul-betul terpuruk, apalagi pada saat Valentine Day, teman-temannya makan di sana dengan pakaian pesta yang wah plus pacar mereka masing-masing dan Rensy yang melayani mereka. Apalagi mereka semua tahu kalau ia dahulu bekerja di SQ. Rensy Shijie beruntung karena ia mempunyai mama yang sangat baik dan sabar. ”Mama men-support saya dan mengajak ke wihara. Saya membaca sutra pertobatan dan pada saat membaca saya menangis dan menangis. Di sutra itu tertulis dengan jelas dan rinci segala perbuatan kita dan akibat yang akan kita terima. Selanjutnya saya rutin membaca sutra itu dan selalu menangis yang tidak terbendung,” kenangnya. Ketika itu semua relawan tercekat mendengarnya dan tidak mampu menahan haru.

Rensy lantas melanjutkan sharingnya, ”Kemudian ada teman yang mengajak kerjasama dan saya kembali ke Jakarta, saya merasa menjadi insan yang jauh lebih baik. Apalagi setelah saya mengenal dan bergabung menjadi relawan Tzu Chi, saya dapat belajar lebih mengerti orang lain dan bersikap rendah hati.” Tepuk tangan seluruh peserta pelatihan pun kemudian terdengar di saat Rensy Shijie mengakhiri sharingnya. 

foto  foto

Keterangan :

  • Selain membawakan materi pertobatan, Rensy Shijie juga turut sharing mengakui kesalahan yang pernah dilakukannya. (kiri)
  • Yulhasni Tanjung Shixiong yang dahulu hobi berburu menunjukkan titik tempat menembak agar harimau bisa mati dalam sharingnyai. Kini Yulhasni telah meninggalkan hobi itu sejak lama. (kanan)

Sharing pertobatan yang kedua disampaikan oleh Yulhasnir Tanjung Shixiong. Dengan terbata-bata, ia menceritakan kehidupan masa lalunya yang penuh dengan kekerasan dan kesombongan. Sebagai seorang anak dari keluarga yang cukup berada, Yulhasnir Tanjung Shixiong tumbuh menjadi seorang pemuda yang hobi berkelahi, berburu, dan suka berkuasa. “Sejak kecil saya sudah mengenal banyak jenis senjata dan mahir menembak. Semua jenis binatang saya buru dan dibunuh tanpa rasa kasihan. Bahkan saya pernah menembak seekor monyet yang sedang menggendong anaknya, setelah monyet itu jatuh ke tanah anaknya menengadahkan tangan memohon belas kasihan jangan tembak orang tua saya, namun dengan santai saya tetap menembak mati monyet itu dan mengambil anaknya,” kata Yulhasnir Tanjung Shixiong sambil tetap memegang mulutnya agar tidak menangis.

Setelah sanggup bercerita Yulhasnir Tanjung Shixiong kembali melanjutkan, ”Suatu hari saya pergi berburu dan melihat sepasang burung. Setelah ditembak, salah satu burung itu mati dan saya bawa pulang. Namun, burung yang satu lagi mungkin pasangannya mengejar saya sampai ke rumah. Dia terbang dan melompat dari satu pohon ke pohon lain,” katanya lagi. ”Setiap hari burung tersebut mengganggu saya dengan suaranya yang melengking. Saya mencoba menembaknya namun tidak pernah berhasil dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi menembak dan berhenti berburu,” lanjutnya.

Kehidupan Yulhasnir Tanjung Shixiong pun berubah tahun 1983. ”Tahun itu ayah saya meninggal dan saya kemudian merantau ke Jakarta. Saat itu saya benar-benar terpuruk karena di Padang saya sebagai sosok yang ditakuti dan berkuasa namun di Jakarta saya bukan apa-apa. Sejak itu saya bertobat dan ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Bahkan sampai saat ini, saya sudah bervegetarian selama 20 tahun lebih,” tuturnya. Sharing yang disampaikan Yulhasnir Tanjung tersebut sungguh menjadi inspirasi bagi kami semua. Bahwa seburuk apapun masa lalu kehidupan kita, asalkan mau bertobat kita bisa berubah.

Sharing selanjutnya adalah dari peserta yang baru pertama kali mengikuti pelatihan. Kesempatan pertama diberikan ke Irwan Shixiong yang bergabung ke Tzu Chi karena dorongan sang nenek dan kini ia pun bertekad akan terus membantu di Tzu Chi. Cerita yang cukup unik dan menggelitik di-sharing-kan oleh Margareta Shijie yang mengetahui Yayasan Buddha Tzu Chi dari nomor telepon informasi 108 setelah melihat tayangan DAAI TV. Berkat rasa keingintahuannya tersebut, telah membawanya bergabung sebagai perawat di Tzu Chi Medical Association (TIMA).

Niat yang Tulus akan Megubah Segalanya
Menjelang akhir pelatihan, Lynda Shijie, Ketua He Qi Timur menyampaikan pesan cinta kasihnya. Ia menyampaikan bahwa kita tidak perlu takut orang lain berbuat salah, tetapi kita takut orang yang tidak mau berubah. Jika bertobat dengan niat yang tulus, akan dapat megubah segalanya. Sebagai penutup, kami kemudian bersama-sama mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen yang mengangkat tema tentang perang yang terjadi di dunia ini. Master Cheng Yen berkata bahwa bencana perang membawa penderitaan bagi masyarakat. Maka sudah seharusnya kita semakin menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia. Sampai bertemu pada pelatihan selanjutnya, Shixiong Shijie….

  
 

Artikel Terkait

Tzu Chi Palembang Berikan Bantuan 10 Set Portable Washtaffle Kepada Kodim 0418 Palembang

Tzu Chi Palembang Berikan Bantuan 10 Set Portable Washtaffle Kepada Kodim 0418 Palembang

20 Mei 2020

Pada Rabu, 13 Mei 2020, Tzu Chi Palembang kembali memberikan bantuan sebanyak 10 Set Portable Washtaffle (Tempat Cuci Tangan) kepada KODIM 0418 Palembang dalam mendukung pencegahan Covid-19 bagi petugas keamanan di setiap koramil atau daerah tugasnya.

Kerja Keras yang Tidak Sia-sia

Kerja Keras yang Tidak Sia-sia

12 Agustus 2009 Yang lebih membuat Wari sedih adalah jika ia dan Dayu bepergian. Di angkutan umum, orang-orang suka melihatnya dengan tatapan mata terenyuh, bahkan beberapa di antaranya sampai mengeluarkan uang untuk diberikan pada Dayu. Wari bukannya senang ada orang yang memberinya uang, malah sebaliknya. “Saya jadi sedih,” tutur Wari yang justru makin terenyuh melihat cucunya.
Kecemasan yang Hilang

Kecemasan yang Hilang

22 Maret 2011 Selama menjalani pengobatan putranya dan tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Delilah merasakan perhatian dan cinta kasih yang besar dari relawan terhadap ia dan putranya. “Saya bersyukur dan berterima kasih sekali kepada Tzu Chi anak saya bisa diobati.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -