Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Mencetak Generasi Muda Berkarakter Mulia

Jurnalis : Felicite Angela Maria (He Qi Pusat) , Fotografer : Felicite Angela Maria, Deddy Limardi, Chandranata Wijaya (He Qi Pusat)

Relawan Maria Fintje selaku penanggung jawab umum misi pendidikan budi pekerti komunitas He Qi Pusat.

Pagi hari di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, diwarnai keceriaan anak-anak yang mengikuti Kelas Budi Pekerti di komunitas relawan He Qi Pusat. Kelas ini merupakan salah satu implementasi dari misi Tzu Chi yang berfokus pada pendidikan moral dan pengembangan karakter bagi generasi muda. Pada kesempatan ini, hadir 31 relawan yang mendedikasikan diri mereka untuk membimbing murid-murid dengan penuh kasih sayang. Kelas Budi Pekerti dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu 12 peserta kelas Qin Zi Ban untuk anak-anak usia dini dan 16 peserta kelas Tsu Shao Ban untuk anak usia remaja.

Maria Fintje (63 tahun), relawan senior yang bertanggung jawab atas Kelas Budi Pekerti, menjelaskan bahwa Tzu Chi tidak hanya mengajar anak-anak, tetapi juga para orang tua. "Kita semua adalah pembelajar," ujar Maria, "melalui kelas ini, kita bisa saling belajar dan meningkatkan diri bersama."

Profil keluarga relawan Deddy Limardi, Hun Hun dan Michelle dalam sesi sharing di pengenalan misi pendidikan budi pekerti Tzu Chi kepada orang tua.

Salah satu keluarga yang aktif dalam kegiatan Tzu Chi adalah Deddy Limardi (52), Hun Hun (51), dan Michelle Limardi (18). Mereka terinspirasi oleh ajakan teman wihara untuk mendaftarkan anak-anak mereka di Kelas Budi Pekerti.

Deddy, sang ayah, melihat manfaat kelas ini dalam membantu anak-anaknya menjadi lebih peka dan santun. "Mereka jadi lebih suka menyapa orang tua dan lebih sabar," ungkap Deddy. Sementara itu Hun Hun, sang ibu, merasakan perubahan positif dalam dirinya sendiri. "Dulu saya mudah marah-marah, tapi sekarang lebih sabar dan lebih bisa mengendalikan emosi," kata Hun Hun.

Michelle, sang anak, mengaku awalnya mengikuti kelas ini atas anjuran orang tua. Namun, lama kelamaan dia merasakan manfaatnya dan semakin menikmatinya. Michelle terkesan dengan pembelajaran budaya humanis, seperti tata krama dan lagu isyarat tangan.

Relawan Yuly dan Alex mendampingi Hiroyuki memperlihatkan hasil rangkaian kertas yang berhasil digunting dengan baik.

Selain keluarga Limardi, ada juga Hiroyuki Shinjilim (13), seorang anak berkebutuhan khusus autisme yang mengikuti Kelas Budi Pekerti. Awalnya, ayahnya, Busli (47), merasa ragu karena khawatir Hiroyuki tidak bisa beradaptasi. Namun, kekhawatirannya sirna saat melihat Hiroyuki mulai menunjukkan kemajuan.

Yuly (42), relawan yang mendampingi Hiroyuki, menceritakan bagaimana Hiroyuki mulai berani berinteraksi dengan teman-temannya. "Dia bahkan bisa berdoa dan menangis saat doa berlangsung," tutur Yuly haru.

Kisah-kisah inspiratif ini menunjukkan bahwa Kelas Budi Pekerti Tzu Chi bukan hanya tentang pendidikan moral, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa cinta kasih dan kepedulian antar sesama. Kelas ini menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan berkarakter mulia, serta bagi orang tua untuk meningkatkan kualitas diri dan menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan anak-anak.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Menanamkan Sifat Murah Hati pada Anak-anak

Menanamkan Sifat Murah Hati pada Anak-anak

12 September 2019

Setiap orang memiliki sifat baik, tetapi tidak semua orang dapat mengembangkan sifat baiknya, jika tidak ada niat untuk melakukannya. Itulah salah satu inti materi yang diajarkan dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Minggu, 8 September 2019.

Namaku Bahagia

Namaku Bahagia

29 Juli 2020

Untuk mengobati kerinduan akan wajah ceria anak-anak, kelas Budi Pekerti di komunitas Tzu Chi He Qi Utara 2, kelas Qin Zi Ban kecil dan besar mengadakan pertemuan pertama secara online.

Membangkitkan dan Mempraktikkan Welas Asih dari Dini

Membangkitkan dan Mempraktikkan Welas Asih dari Dini

14 April 2014 Topik yang diajarkan di kelas pertemuan kali ini adalah welas asih. Para murid diajarkan untuk membangkitkan rasa welas asih dalam diri Mereka melalui beberapa tayangan video anak yang tidak memiliki kaki dan tangan.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -