Kesembuhan untuk Jose

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 

fotoSetelah satu tahun, Nelson menyerahkan celengan bambunya kepada Tzu Chi sebagai ungkapan rasa syukurnya atas bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada putranya, Jose T. Manulang yang terkena tumor hemangioma (tumor jaringan lunak) di telinga dan punggungnya.

 

Derap langkah itu terhenti di antara kerumunan pasien pada sebuah ruangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Surti Munte (38) bersama putranya Jose Tamaro Manulang (4) berniat bertemu dengan Sofie dan Hok Cun, relawan Tzu Chi yang bertugas— mengurus pasien pengobatan Tzu Chi – di rumah sakit itu. Begitu menurunkan Jose dari gendongannya, Surti menyerahkan sebatang bambu yang telah dijadikan celengan kepada Sofie.

 

 

 

Jose adalah pasien penerima bantuan Tzu Chi yang telah dioperasi satu tahun yang lalu karena mengidap hemangioma, sebuah tumor jaringan lunak yang tumbuh di kedua daun telinga dan punggungnya. Kini Jose telah sembuh, dan sebagai penerima bantuan mereka mensyukurinya dengan cara menyerahkan celengan bambu yang telah mereka isi penuh selama satu tahun untuk disumbangkan ke Tzu Chi.

Karena Terjatuh di Bara Api
Pengembaraan yang panjang dari Tapanuli, Sumatera Utara akhirnya berlabuh ketika Nelson yang bekerja sebagai sopir truk di sebuah perusahaan ekspedisi tiba-tiba menyukai Surti Munte seorang pegawai pabrik di daerah Serang, Banten. Dari perjumpaan yang penuh semangat ini mereka pun menikah pada tahun 2003 dan tinggal bersama di rumah orangtua Surti di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Buah dari pernikahan mereka, Surti mengandung anak pertamanya. Namun saat usia kandungannya berusia 8 bulan, tanpa diketahui penyebabnya Surti melahirkan anak pertamanya dalam keadaan prematur. Tubuhnya yang sangat kecil dan lemah membuat anak pertamanya membutuhkan banyak perhatian dari mereka.

Sebagai seorang sopir ekspedisi, perjalanan ke luar kota jelas membuat waktu bersama keluarganya menjadi tersita. Atas alasan inilah akhirnya Nelson memutuskan untuk berhenti bekerja dan meluangkan waktunya untuk keluarga. “Tidak enak sudah punya keluarga tetapi selalu jauh,” kata Nelson.

Sejak berhenti sebagai sopir, Nelson yang tidak berpendidikan tinggi berusaha menyambung hidupnya dengan bekerja secara serabutan, mulai dari kernet metromini hingga penjual kue. Di tahun 2005, kebahagiaan mereka serasa bertambah dengan lahirnya Jose Tamaro Manulang sebagai putra kedua. Anak lelaki yang lucu dan tampan ini membuat Nelson sangat menyayanginya, hingga tumbuh kembangnya sangat dinanti-nantikan oleh Nelson dan istrinya. Namun ketika Jose sedang lucu-lucunya belajar berjalan di usia 1 tahun 3 bulan, saat bermain ia terjatuh ke atas bara api yang berada di depan halaman tetangga. Jeritannya yang memekik membuat Surti tersadar kalau putranya dalam keadaan bahaya. Begitu ia hampiri, Jose sudah terlentang di atas bara api dengan tubuh yang sebagian gosong.

Sepanjang hari Jose tak henti-hentinya menangis. Sampai esok harinya Nelson dan Surti baru bisa membawanya ke sebuah klinik di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Setelah beberapa bulan diobati, luka Jose baru terlihat membaik dan tidak lagi membuatnya tersiksa. Satu tahun dari peristiwa itu, luka bakar yang membekas di punggung dan kedua daun telinga Jose terlihat semakin membesar. Terutama pada kedua daun telinganya, luka itu semakin menggelembung hingga mengayun ke bawah.

Nelson dan Surti yang cemas segera memeriksakan putra mereka ke RS Siloam Karawaci, Tangerang. Begitu sampai di rumah sakit, dokter menyarankan agar Jose dioperasi plastik untuk membenahi benjolan yang meradang di kedua daun telinga dan punggungnya. Atas saran dari dokter, Nelson segera mencari tahu biaya yang harus ia keluarkan bila operasi itu jadi dijalani. Dari penyelidikannya ia baru mengetahui kalau untuk melakukan operasi plastik sedikitnya ia harus menyediakan dana sebesar Rp 20 juta. Keterbatasan biaya membuat Nelson mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pengobatan Jose.

foto  foto

Ket: -Setelah dioperasi, penampilan Jose nampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Hemangioma telah membuat            aktivitasnya terganggu lantaran benjolan yang terus membesar. (kiri).
        - Selain dirinya sendiri, Nelson juga membiasakan Jose untuk menyisihkan uang jajannya ke dalam celengan           bambu untuk turut membantu orang lain yang membutuhkan bantuan.  (kanan)

Bersyukur dan Berterima Kasih
Sampai suatu hari berdasarkan informasi dari salah seorang temannya, Nelson memberanikan diri untuk mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di RSKB Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat.

Setelah melalui proses survei dan berbagai pertimbangan, akhirnya Jose diterima sebagai pasien penerima bantuan Tzu Chi, dan dirujuk ke RSCM. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan medis, akhirnya Jose bisa menjalani operasi pada akhir tahun 2008.

Kesembuhan Jose membuat Nelson sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Karena itu untuk mengungkapkan rasa syukurnya, ia secara kusus membuat celengan dari bambu lalu menyisihkan uangnya setiap hari untuk ditabung dalam celengan itu. “Saya berterima kasih sekali kepada Tzu Chi karena telah memberikan bantuan. Kalau saja saya punya uang cukup, saya akan langsung menyumbangkannya ke Tzu Chi. Tapi karena keterbatasan, saya hanya bisa menyumbang melalui celengan bambu,” jelasnya.

Ketulusan yang diberikan Tzu Chi kepada Nelson membuat ia semakin serius untuk membantu Tzu Chi melalui cerlengan bambu. “Seterusnya saya akan bantu Tzu Chi. Saya orang Sumatera, selalu ingat akan budi,” tandasnya.

 
 

Artikel Terkait

Pelajaran Hidup dari Secangkir Teh

Pelajaran Hidup dari Secangkir Teh

17 Mei 2019

Harum teh yang tengah diseduh memenuhi ruangan tea ceremony di Gedung Gan En Lou sepanjang hari itu. Wanginya menenangkan. Para peserta kelas seni meracik teh pun larut dalam kedalaman makna dan filosofi secangkir teh yang tengah dijelaskan oleh Lao Shi Li Liuxiu, salah satu guru yang didatangkan langsung dari Tzu Chi Taiwan.

Cinta Ibu Tiada Tara

Cinta Ibu Tiada Tara

29 Desember 2016
Hangat Dekapan Kasih Ibu diangkat sebagai tema perayaan Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember oleh Tzu Chi Cabang Sinar Mas. Hampir 300 peserta yang terdiri dari ibu dan anak di delapan Xie Li Tzu Chi Cabang Sinar Mas merayakan Hari Ibu dengan penuh haru.
Suara Kasih: Menyadari dan Menghargai Berkah

Suara Kasih: Menyadari dan Menghargai Berkah

04 September 2012 Kita dapat melihat di Myanmar, ada seorang anak berusia 9 tahun yang mencari uang dengan memikul air. Entah sudah berapa lama dia melakukan pekerjaan ini. Setiap kali memikul air, dia memperoleh 10 sen Kyat. Inilah cara dia mencari uang.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -