Kunjungan Membawa Semangat Misi

Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Chandra Wijaya (Tzu Ching)
 
 

fotoTzu Ching mengajarkan murid-murid SD Dinamika cara mencuci tangan yang benar agar mereka dapat menjaga kesehatan tubuh melalui kebersihan tangan.

Insan Tzu Chi terus bersumbangsih tiada henti, semangat bersumbangsih terus ada sejak sebelum matahari terbit hingga matahari terbenam. Semangat ini begitu saya (Chandra) rasakan pada hari itu, Sabtu 21 April 2012, saat mengikuti kegiatan Kunjungan Kasih ke SD Dinamika yang terletak di area TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang, Bekasi.

 

 

 

Jam menunjukkan pukul 5 pagi, langit masih gelap, dan saya sudah berangkat menuju RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Saya tergabung dalam tim advance yang harus berangkat lebih awal daripada peserta. Setibanya di lokasi pertemuan, masih belum terlihat panitia lainnya, sayapun masuk dan duduk di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Saat itu tepat pukul 05.45 WIB, pas ada tayangan ceramah Shigong Shangren (panggilan Tzu Ching, muda-mudi Tzu Chi, kepada Master Cheng Yen) dalam program Lentera Kehidupan. Pada saat itu, dengan suasana yang hening dan badan yang masih segar bugar, saya merasa begitu tenang mendengarkan ceramah di pagi hari. Di dalam ceramah Shigong Shangren mengatakan bahwa setiap orang adalah sama, hanya kebiasaan berbeda, oleh sebab itu kita harus mengajaknya kembali ke arah yang benar karena sifat hakiki setiap orang adalah bajik dan murni. Wejangan ini sesuai dengan kegiatan yang akan kami lakukan, yaitu mengunjungi SD Dinamika di Bantar Gebang, Bekasi.

Akhirnya pada pukul 07.30, saya berangkat ke Bantar Gebang dan tiba di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB. Setiba di sana, tampak suasana aktivitas anak-anak sedang bermain di sekolah tersebut, tidak ada kegiatan belajar mengajar. Selang beberapa waktu, tibalah para shigu dari Da Ai Mama, yaitu Meiny Shigu, Christine Shigu, dan Mei Rong Shigu. Beberapa anak pun menyambut dengan menghampiri mereka dan mencium tangan mereka satu per satu. Di saat itu tampak segerombolan anak sedang bermain tali karet. Permainan ini sangat menarik perhatian ketiga Shigu ini dan salah satu Tzu Ching, Martha Khosyahri yang telah tiba di lokasi lebih awal. Mereka pun tak segan-segan ikut mencoba permainan karet ini. Tampak canda dan tawa terpancar di wajah setiap orang.

Bersih Raga Bersih Hati
Pukul 09.30 WIB, dengan total 73 orang yang terdiri dari 40 relawan baru dan 33 Tzu Ching tiba di SD Dinamika. Selama perjalanan, peserta mendapatkan briefing mengenai apa yang akan dilakukan di sana dan tempat seperti apa yang akan dikunjungi, karena sebagian besar peserta yang baru ingin bergabung dengan Tzu Ching merasa penasaran tempat seperti apa yang disebut Bantar Gebang itu, walau beberapa di antaranya tahu kalau Bantar Gebang adalah sebuah tempat pembuangan akhir sampah.

Tanpa berlama-lama lagi, kunjungan dimulai dengan bermain dengan anak-anak. ”SD Dinamika, satu keluarga, satu hati, satu semangat, Yes...Yes… Yesss!” Sebuah yell diserukan dengan lantang dan penuh semangat oleh Tzu Ching dan anak-anak SD Dinamika sambil menggerakkan isyarat tangannya. Permainan dilanjutkan dengan gerak isyarat tangan yang berjudul “Shuo Hao Hua, Fa Hao Yuan” (Bertutur Kata yang Baik, Berikrar yang Baik). Tampak bahwa gerak isyarat tangan yang sederhana ini mampu mencairkan suasana di antara para relawan dan para anak sekolah menjadi penuh tawa. Gerak isyarat tangan ini tak hanya bergerak-gerak tangan saja, namun terdapat makna di balik lagu ini. Kami ingin memberikan pendidikan kepada anak-anak agar bertutur kata dengan baik, tidak berkata yang tidak sopan dan melakukan hal yang baik. Seperti arti pada lagu tersebut, bertutur kata yang baik ibarat mengeluarkan sebuah bunga teratai yang mekar dan bertutur kata yang tidak baik ibarat menyebarkan bisa ular beracun yang melukai hati manusia.

foto    foto

Keterangan :

  • Keceriaan terpancar di wajah setiap orang ketika bersama-sama melakukan gerakan isyarat tangan “Shuo Hao Hua, Fa Hao Yuan” (Bertutur Kata yang Baik, Berikrar yang Baik) (kiri).
  • Para relawan muda-mudi Tzu Chi ini juga mengajar anak-anak membuat celengan bambu agar mereka dapat menabung setiap hari (kanan).

Di tengah lapangan sekolah yang luas tampak keramaian anak-anak kelas 1 hingga 5 SD sedang bermain. Di sisi lain tampak kesibukan anak-anak kelas 6 SD dan sebagian peserta sedang bergotong royong membersihkan seluruh ruangan kelas. Namun, terdapat perbedaan dalam melakukan kebersihan kelas ini. Ternyata mereka sedang berlomba-lomba membersihkan kelas menjadi yang terbaik. Mereka dibagi dalam 6 kelompok dan diberikan waktu lebih kurang 30 menit  untuk membersihkan masing-masing satu kelas.

Waktu 30 menit pun telah habis dan penilaian dilakukan oleh Meiny Shigu, Christine Shigu dan Mei Rong Shigu. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengajak anak-anak sekolah untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan sekolah mereka, salah satunya adalah ruangan kelas tempat mereka belajar. Setelah menghitung penilaian, kelompok yang membersihkan ruang kelas 2 yang menjadi pemenangnya dan masing-masing anggota kelompok mendapatkan hadiah berupa alat–alat tulis.

Topik kebersihan dilanjutkan di kelas masing-masing dengan memberikan penyuluhan dan penerapan untuk menjaga kebersihan diri sendiri, yaitu cara mencuci tangan sebelum makan. Walaupun sanitasi di daerah tempat tinggal anak-anak kurang baik, tetapi sebagai generasi masa depan bangsa, anak-anak perlu diajarkan mencuci tangan demi kesehatan mereka. Tak hanya teori yang diberikan, tetapi praktik pun dilakukan agar anak-anak benar-benar memahami langkah-langkah mencuci tangan. Salah satu anak dari kelas 1 pun memberanikan diri untuk maju ke depan untuk mereka ulang cara mencuci tangan yang telah diajarkan sebelumnya. Langkah demi langkah pun dilakukan oleh anak tersebut dengan tepat, ini membuktikan bahwa anak-anak SD Dinamika sangat patuh dan menyimak apa yang kakak-kakak Tzu Ching ajarkan. Berkat didikan para guru yang mengabdikan dirinya di sekolah ini dan pendampingan insan Tzu Chi yang secara rutin memberikan perhatian melalui pendidikan budi pekerti kepada anak sehingga anak-anak di sekolah ini memiliki kelebihan tersendiri meskipun berada di pinggiran gunung sampah.

Sosialisasi Tzu Chi Kepada Kawan Baru
Usai melakukan kunjungan, kami pun kembali ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, untuk mengikuti sosialisasi Tzu Chi bagi peserta yang baru mengikuti kegiatan Tzu Chi. Shigong Shangren pernah berkata, ketika melihat penderitaan, kita akan sadar akan berkah yang kita miliki, lalu menghargai berkah dan menciptakan kembali berkah. Melalui kegiatan kali ini, kita tidak hanya memberikan sebuah pendampingan kepada anak-anak, tetapi ingin sekaligus mengajak peserta untuk tahu berkah yang dimiliki serta tidak menyia-nyiakannya. “Tadi saya masuk kelas 1 SD, saya merasa sangat happy bisa ngajar anak-anak, mereka bisa nyanyi sambil berhitung, cukup capek menghitung sampai 66, anggota kami 16 dan ikut kegiatan ini sungguh bersyukur,” ujar Candy, seorang mahasiswa Universitas Trisakti dalam sharing-nya dalam acara sosialisasi

foto   foto

Keterangan :

  • Walaupun tinggal di area TPA Bantar Gebang yang kumuh, anak-anak sangat patuh. Hal itu tak terlepas dari bimbingan guru yang sepenuh hati mendidik mereka (kiri).
  • Usai kunjungan, para Tzu Ching kembali ke Aula Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng untuk mengikuti sosialisasi pengenalan Tzu Chi. (kanan).

Tak hanya peserta yang mendapatkan pelajaran berharga namun panitia yang mempersiapkan kegiatan ini sejak sebulan yang lalu mendapatkan pelajaran. “Belajar untuk bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu, pentingnya kerja sama, mencoba mendengarkan pendapat orang lain, mencoba untuk mensyukuri apa yang dimiliki. Karena ternyata masih banyak orang yang lebih sulit dalam menjalankan hidup tapi mereka merasa biasa aja. Lalu senang banget karena bisa bantu bersumbangsih buat orang lain, karena kadang aku cuma punya mimpi dan di dalam hati ingin bantu orang lain tapi aku sulit merealisasikannya. Namun berkat teman-teman semua, akhirnya aku bisa melakukannya,” ungkap Fransisca selaku koordinator acara seusai kegiatan.

Salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah kegiatan pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, peserta diajak untuk mulai melakukan konsep 5 R: Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Recycle. Selain itu juga melakukan aksi “Satu Hari Lima Kebajikan”, yaitu bervegetarian, menghemat air, menghemat listrik, menggunakan alat makan sendiri, dan mengubah pola transportasi. “Bisa lakukan?” tanya Andy Wang dalam sharing-nya. “Bisa!” jawab para peserta dengan penuh keyakinan. Dengan bersungguh hati bersama-sama melakukan konsep 5R dan “Satu Hari Lima Kebajikan”, maka tidak ada hal yang sulit dilakukan, dunia ini akan terbebas dari bencana serta bumi pertiwi yang indah ini masih mempunyai harapan yang baik di masa depan.

Setelah itu, sebuah video mengenai Tzu Chi yang berdurasi sekitar 13 menit ditayangkan kepada peserta agar mereka lebih memahami Tzu Chi. Video yang menunjukkan perjuangan dan filosofi Shigong Shangren serta jejak langkah Tzu Chi dari Taiwan hingga ke seluruh dunia diharapkan dapat mengetuk pintu hati setiap peserta, membangkitkan rasa welas asih serta menanam sebuah bibit cinta kasih yang dapat tumbuh menjadi sebuah bunga teratai yang bermekaran di dalam hati setiap insan.

Dalam video tersebut dikatakan bahwa Master Cheng Yen bertekad untuk menyebarkan cinta kasih di tengah masyarakat. Walau hanya kepada satu orang, niscaya kebajikan akan tumbuh kepada orang banyak jika terus disebarkan. Dengan tumbuhnya sebuah bibit cinta kasih di hati setiap peserta, inilah saatnya sebuah langkah dimulai bersama-sama mengemban semangat misi bersama relawan Tzu Chi lainnya dalam memikul tanggung jawab, menolong orang yang menderita, dan belajar merasakan dari setiap orang. Sama seperti Shigong Shangren, berawal dari sebuah langkah sepasang sepatu kain tanpa suara bisa menjadi jutaan langkah di seluruh dunia menjadi sebuah langkah yang besar demi mewujudkan tiga visi Tzu Chi, yaitu menjernihkan hati manusia, menciptakan masyarakat damai dan tenteram, serta mewujudkan dunia terbebas dari bencana.

  
 

Artikel Terkait

Berdirinya Tonggak Tzu Chi di Lampung

Berdirinya Tonggak Tzu Chi di Lampung

24 Mei 2008 Jejak Tzu Chi terukir di Lampung pada Februari 2002. Ketika itu Suster Hilda bersama Liana, Ahim dan Nurhayati mengantar 50 orang kurang mampu dari Lampung mengikuti bakti sosial kesehatan di Jakarta yang diadakan oleh Tzu Chi.
Ladang Pelatihan Diri

Ladang Pelatihan Diri

20 September 2011 Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Bekasi menjadi tempat rutin Lie Fei Cheng menanam berkah sekaligus melindungi bumi – pelestarian lingkungan. Dilihat dari segi jarak, memang depo pelestarian lingkungan inilah yang paling dekat dengan tempat tinggalnya di Taman Galaxy, Bekasi.
Suara Kasih: Membersihkan Kegelapan Batin

Suara Kasih: Membersihkan Kegelapan Batin

23 Mei 2012 Kita dapat melihat upacara pemandian rupang Buddha tahun ini hingga kini masih terus berlanjut. Bulan Mei adalah Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Insan Tzu Chi pun mulai mensosialisasikan pentingnya berbuat kebajikan dan berbakti.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -