Kunjungan yang Bermakna

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoPermainan yang diajarkan kepada siswa-siswi Sekolah Dinamika memberikan pesan bahwa kebaikan harus dilakukan setiap hari.

Rabu 10 Agustus 2011, siswa-siswi dan guru dari SMA Tzu Chi Hualien, Taiwan berkunjung ke Sekolah Dinamika Indonesia, Bantargebang, Bekasi. Saat pertama kali tiba di TPA Bantargebang para siswa-siswi Tzu Chi langsung terperangah melihat aktivitas dan rumah-rumah para pemulung yang terletak di sekitar area Sekolah Dinamika Indonesia. Setelah disambut oleh Nasrudin Mu’anis selaku Kepala Sekolah Dinamika Indonesia, para siswa-siswi Tzu Chi langsung diajak berinteraksi langsung dengan anak-anak pemulung yang menempuh pendidikan di sekolah itu.

Sebanyak 30 siswa Tzu Chi langsung dibagi menjadi beberapa kelompok dan langsung menuju kebeberapa kelas untuk berkenalan dan bermain bersama. Meski terbatas oleh bahasa namun gerak yang ditunjukkan dalam bahasa tubuh membuat dua kelompok siswa yang berbeda bahasa itu bisa saling memahami.

Untuk menambah keceriaan dan juga mengajarkan budaya humanis, siswa-siswi Tzu Chi mengajak murid-murid yang lebih besar untuk berkumpul di lapangan. Di tengah lapangan yang terik itu siswa-siswi Tzu Chi ini mengajarkan sebuah permainan yang mirip dengan permainan petak jongkok di Indonesia. Bedanya di permainan ini ada salah seorang anak yang berperan sebagai orang jahat. Setiap anak-anak yang tersentuh oleh orang jahat ia harus jongkok dan baru bisa berdiri kembali setelah ada 3 orang anak yang mengelilinginya sambil berucap, “Banyak-banyak berbuat baik.”

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah diberikan penjelasan secara singkat oleh Nasrudin Mu'anis, siswa-siswi Sekolah Tzu Chi Hualien langsung membaur dan berinteraksi dengan para murid di SD Dinamika Bantargebang, Bekasi. (kiri)
  • Di salah satu permainan lainnya siswa-siswi Sekolah Dinamika juga diajarkan tentang sikap berbakti.(kanan)

Permainan yang sederhana namun mendidik ini seketika langsung mengundang keceriaan anak-anak, dan tanpa terasa 15 menit berlalu tanpa menghiraukan teriknya matahari. Sesudah permainan itu selesai para murid pun kembali diajak masuk ke kelas untuk berintrospeksi atas permainan tadi. Para siswa satu per satu ditanyai perasaannya saat tersentuh oleh orang jahat di permainan tadi dan juga bagaimana perasaannya saat ada tiga orang teman yang membebaskannya. Takut dikejar orang jahat dan merasa bahagia karena ada yang membantu adalah pesan yang ingin disampaikan dalam permainan itu.

Salah satu siswa Tzu Chi menjelaskan kalau permainan itu bermaksud mengajarkan kepada adik-adik bahwa setiap hari harus berbuat kebajikan dan bagaimana pentingnya membantu sesama, karena menolong dapat membahagiakan orang lain.

foto  foto

Keterangan :

  • Hsin Hua Lai (tengah berkacamata) merasa bersyukur atas berkah yang ia miliki saat ini. (kiri)
  • Untuk murid-murid kelas 1 diajarkan bernyanyi dan memperkenalkan kata-kata bijak.(kanan)

Setelah beristeraksi selama kurang lebih 2 jam, para siswa Tzu Chi pun beranjak pulang. Namun sebelum meninggalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sapah Bantargebang, mereka terlebih dahulu berkeliling melihat-lihat guunungan sampah dan aktivitas para pemulung di TPA. Sesi terakhir ini ternyata telah menyentuh hati salah satu siswi Sekolah Tzu Chi yang bernama Hsin Hua Lai (17). Menurutnya saat ia di dalam bus dan melihat anak-anak pemulung melambaikan tangan kepadanya, hatinya langsung kacau. Ia merasa kacau bukan hanya karena melihat sebuah perbedaan yang sangat kontras antara taraf kehidupannya dengan anak-anak para pemulung, tapi juga merasa tak sampai hati menyaksikan kesulitan mereka.

Karenanya selama hampir 2 minggu tinggal di Indonesia ia merasa bersyukur atas berkah yang ia miliki saat ini. Sebagai seorang anak yang terlahir di keluarga berada, Hsin Hua Lai meras prihatin melihat salah seorang anak penerima bantuan Tzu Chi yang harus putus sekolah demi membantu kehidupan keluarganya. Oleh sebab itu setelah kunjungan ini berakhir dan sekembalinya ke Taiwan Hsin Hua Lai bertekad akan menyisihkan uang sakunya untuk diberikan ke salah satu penerima bantuan Tzu Chi Indonesia. “Setelah kembali ke Taiwan saya akan menyisihkan uang saku saya untuk diberikan kepada salah satu penerima bantuan Tzu Chi di Indonesia. Terlebih adik itu juga masuk dalam program bantuan Tzu Chi,” katanya.   

Setidaknya dari kunjungan ke Sekolah Dinamika Indonesia di Bantargebang, Hsin Hua Lai menemukan suatu pelajaran berharga, yaitu menghargai berkah dan tak lupa berbuat bajik. Karena melalui perbuatan bajik inilah ia merasa bahagia dan berguna di masyarakat.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Pendidikan untuk Mengembalikan Sifat Hakiki yang Murni

Suara Kasih: Pendidikan untuk Mengembalikan Sifat Hakiki yang Murni

20 Juni 2013 Lihatlah pementasan para siswa yang penuh kekuatan. Pementasan ini menginspirasi mereka untuk mengatasi berbagai rintangan dengan penuh keberanian. Selama sesuatu itu benar, kita harus bertekad untuk melakukannya.
Baksos Tzu Chi ke-119: Mengembalikan Keceriaan Rindu

Baksos Tzu Chi ke-119: Mengembalikan Keceriaan Rindu

14 Agustus 2017

Yuningsih (34) berdiri mematung di depan sebuah ruang operasi di Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang. Matanya terlihat sembab. Kedua tangannya mengatup di dada seraya berdoa. Di ruangan itu, anak bungsunya, Yunita Rindu Saputri (2) tengah menjalani operasi hernia oleh tim dokter dari TIMA Jakarta.  

Gathering TIMA, Mengenal Fondasi Tzu Chi

Gathering TIMA, Mengenal Fondasi Tzu Chi

10 November 2023

Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Batam mengadakan Gathering TIMA dan kali ini juga bekerja sama dengan Tim Amal Tzu Chi Batam menggelar kunjungan kasih.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -