Melancarkan Aliran Irigasi
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Ibarat tubuh manusia, saluran irigasi ini merupakan nadi yang menunjang akan hidupnya satu makhluk hidup. Begitu juga bagi warga desa Kemuning dan sekitarnya, saluran irigasi ini merupakan nadi dari pertanian sekitar. Apabila saluran air ini terganggu, maka akan menimbulkan dampak buruk pada kehidupan pertanian warga. Dulu, saat saluran irigasi masih bekerja dengan baik, setiap 1 hektar sawah bisa menghasilkan 4 ton hasil panen. Dan musim panen bisa berlangsung dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Namun sejak tujuh tahun lalu, warga bagai dilanda krisis air, padahal musim hujan telah berkali-kali datang. “Masyarakat di daerah sini matapencahariannya petani. Jika bertani tidak ada air, itu sangat susah,” ujar H. Suriadi, warga setempat. Hong Tjhin, yang mewakili relawan Yayasan Buddha Tzu Chi, mengungkapkan bahwa permasalahan yang dialami dalam proses irigasi ini bukanlah permasalahan yang sederhana. “Tidak sesederhana perbaikan talang air saja,” ujarnya. Ia kembali mengurai apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh warga setempat yang tidak hanya perbaikan semata. “Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses rehabilitasi ini,” ungkapnya mengawali penjelasan. “Pertama, menjaga kebersihan. Hal ini karena melihat sampah yang telah menumpuk di dalam saluran irigasi yang menyumbat aliran air, entah dari warga yang membuang sampah di lingkungan atau sampah yang terbawa arus dari hulu sungai. Kedua adalah mengeruk endapan lumpur karena saluran irigasi ini ternyata juga sudah mengalami pendangkalan akibat sampah. Ketiga baru kita bisa melakukan perbaikan dari talang air,” jelasnya. Hong Tjin juga menekankan akan pentingnya perawatan infrastruktur terkait setelah perbaikan selesai dilakukan. “Selanjutnya adalah bagaimana kita bisa merawat infrastruktur, menghargai, bersyukur atas talang air yang nantinya bisa mengalirkan air dengan lancar. Karena merawat adalah tanggungjawab kita bersama,” ucapnya.
Keterangan :
Kolonel Kav. Wawan Ruswandi, Komandan KOREM 052/WKR juga mengungkapkan hal senada berkaitan dengan perawatan yang menjadi tantangan ke depannya. “Tantangan bagi warga ke depannya adalah perawatan dan kebersihan. Diharapkan mereka mampu menjaga dan merawat apa yang sudah diberikan demi ketahanan pangan warga setempat,” harapnya. Dengan adanya bantuan ini semoga nantinya kehidupan pertanian warga serta sistem pengairan daerah setempat dapat kembali normal seperti semula. Selain itu semoga jodoh yang telah terjalin bersama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi dapat terajut semakin erat. | |||
Artikel Terkait
Aksi Tanam Pohon DAAI TV Medan
27 Januari 2022Mengawali tahun 2022, seluruh jurnalis, staf DAAI TV Medan dan juga relawan Tzu Chi melakukan aksi tanam pohon di kawasan wisata Central Park Zoo & Resort di Pancur Batu Deli Serdang, Sabtu 15 Januari 2022.
Menggalang Hati Melalui Mi DAAI
07 November 2017Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur mempromosikan Mi Instan DAAI sekaligus memperkenalkan misi amal Tzu Chi kepada para pengunjung Taman Jogging 1, Kelapa Gading, Minggu 5 November 2017.
Sampah Bukan Warisan
10 Juli 2019Kegiatan pameran Jing Si Books & Cafe diadakan untuk kedua kalinya di Summarecon Mall Serpong, Tangerang, Banten dengan topik Misi Pelestarian Lingkungan bertema Sampah Bukan Warisan. Pameran yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, 22 – 23 Juni 2019 ini banyak didukung oleh para relawan dari Komunitas He Qi Barat 2. Pada hari Sabtu 22 Juni tercatat 114 relawan dan 23 Juni ada 111 relawan Tzu Chi yang hadir untuk mendukung kegiatan pameran pelestarian lingkungan ini.