Melatih Kerapihan dan Kekompakan

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Henry Tando, Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoLivia Lie, seorang komite yang memberikan pelatihan tata cara penghormatan Wen Xun Rao Fo Li fo, sedang memberi contoh cara yang benar membuat mudra.

 

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu kita khawatirkan adalah apabila tidak pernah melangkah demi meraih kemajuan. (Master Cheng Yen)

Malam itu, 16 Juli 2010, bertempat di Jing Si Books and Café Pluit, kelas pelatihan 3 in 1 kali ini mengambil tema yang sangat berbeda dari kelas-kelas sebelumnya. Relawan 3 in 1  keempat he qi (komunitas relawan Tzu Chi: Utara, Barat, Timur, Selatan) datang dengan semangat  dan tepat waktu untuk mengikuti pelatihan kelas 3 in 1. Penenangan batin dengan pemberian hormat terhadap Master Cheng Yen (Wen Xun), bernamaskara (Li Fo) dan meditasi berjalan (Rao Fo)  adalah 3 tata cara penghormatan yang sudah dibakukan oleh Tzu Chi agar terjadi keseragaman oleh para relawannya.

 

Keseragaman dan Kekompakan
Seperti biasa, kelas 3 in 1 dimulai dengan wen xun (penghormatan kepada Master Cheng Yen) sebanyak 3 kali. Pada saat melakukan wen xun, para mentor yang dikepalai Livia Shijie, langsung mengarahkan cara penghormatan yang benar. Posisi tangan beranjali di depan dada, badan dibungkukkan 90 derajat dengan mengucapkan Amitofo di dalam hati, diulang ke dua kali, lalu pada saat penghormatan ketiga kalinya, tangan membentuk mudra. Mudra adalah sikap tangan di mana jari tengah, jari manis, dan kelingking kanan diletakkan di atas jari tengah, jari manis dan kelingking kiri. Kedua telunjuk membentuk gua yang tidak lancip pada ujung kuku jari telunjuk tersebut. Kedua ibu jari pun bertemu di tengah dan diletakkan pada jari tengah tangan kanan. Mudra ini diletakkan 10 cm dari hidung.

Latihan selama 15 menit ini membuahkan hasil yang sangat baik. Pada saat wen xun bersama-sama setelahnya, relawan 3 in 1 sudah dapat dengan cepat menguasai dan dengan kompak membentuk keseragaman dalam penghormatan kepada Master Cheng Yen.

Di dalam ajaran Master Cheng Yen, terdapat 8 Jalan Kebenaran Buddha. Barisan kancing di baju komite wanita (Ba Cheng Dao) terdapat 8 buah, begitu pun dengan langkah Li Fo. Sebagai permulaan, tangan beranjali di depan dada. Langkah pertama, tangan kanan diletakkan di matras belakang, kaki diturunkan sambil lutut ditekuk. Langkah kedua, tangan kiri diletakkan di matra bagian depan, tangan kanan mengikuti, kedua tangan membentuk huruf 8 dalam bahasa mandarin (Ba). Langkah ketiga, kepala diletakkan di antara kedua tangan. Langkah keempat, tangan dibuka perlahan menghadap ke atas, hal ini disimbolkan sebagai penerimaan berkah.

foto  foto

Ket : - Karim Baharuddin, salah seorang mentor dari pelatihan, sedang membetulkan sikap tangan yang benar             dalam pembuatan mudra.   (kiri)
       - Ketika para relawan 3 in 1 sudah dapat membuat mudra dengan benar, Livia memimpin penghormatan           kepada Master Cheng Yen sebanyak tiga kali.    (kanan)

Langkah kelima, tangan menutup kuncup dan dibuka kembali dengan arah ke bawah, hal ini disimbolkan sebagai pemberian berkah bagi semua orang. Langkah keenam adalah kepala kembali ke semula dengan tangan kanan mundur ke matras belakang dan tidak lagi sejajar dengan tangan kiri, dan tangan kiri masih tetap di tempatnya. Langkah ketujuh adalah tangan kiri diletakkan di depan dada dengan sikap beranjali, lutut mulai ditekuk. Langkah ke delapan adalah kaki bangun dan lurus dengan sempurna, tangan kanan beranjali bersama dengan tangan kiri.

“Dua Kata Satu Langkah”
Jing Ji Qing Cheng adalah lagu yang mengiringi meditasi jalan yang disebut Rao Fo. “Dua kata satu langkah,” ujar Livia menjelaskan cara melangkah dari Rao Fo. “Ketika kita mendengar Jing Ji, itu berarti kaki kanan. Qing Cheng itu kaki kiri melangkah, begitu seterusnya,” lanjutnya. “Tangan diletakkan di atas ikat pinggang membentuk fang chang. Badan tegak, mata lihat ke kerah baju depannya,” ujar Nony Intan, salah seorang mentor yang ikut membina hari itu kepada saya.

Pelatihan Rao Fo yang paling lama dilakukan yaitu selama 1 jam, memulas senyum yang indah di wajah Livia. “Hen pang (hebat sekali-red), Shixiong-Shijie. Walau baru belajar kali ini, semuanya sudah sangat rapi berjalannya. Benar-benar bagus”, ungkap Livia dengan penuh kegembiraan.

foto  foto

Ket : - Sikap badan yang tegak dan mata mengarah kepada kerah baju dari relawan di depannya adalah sikap          yang benar. (kiri)
       - “Saya melihat di sana, semua orang dapat berbaris dengan rapi, menghormat dengan rapi, dan          bernamaskara dengan rapi, jadi saya juga ingin para relawan 3in1 juga demikian,” ujar Henry Tando          (kanan)

Dengan pelatihan Wen Xun Li Fo Rao Fo selama 2 jam,  kelas 3 in 1 ditutup dengan Ceramah Master Cheng Yen dan sharing dari Koordinator 3 in 1 He Qi Utara. Ceramah Master Cheng Yen yaitu tentang perlunya diadakan suatu evaluasi dari setiap kegiatan yang dilakukan, karena dari evaluasi yang dilakukan akan menunjukkan hasil dari kerja keras yang selama ini dilakukan.

Dalam sharingnya, Henry Tando menceritakan pengalamannya pulang ke Taiwan Juni lalu. “Sewaktu saya mau berangkat ke sana, di Jakarta di-training dulu, karena saya benar-benar nggak bisa bahasa Mandarin. Begitu sampai sana, untung saya sedikit-dikit mengerti. Melihat ke kiri dan kanan, saya merasa semua orang sangat kompak dalam melakukan Wen Xun Li Fo Rao Fo. Jadi saya ingin relawan 3 in 1 juga demikian,” ungkap Henry Tando dalam  sharingnya menutup malam pelatihan kelas 3 in 1 hari itu. Sharing pun merupakan bentuk perbuatan baik yang harus ditangkap setiap kesempatannya, sebab kesempatan yang terlepas tidak akan pernah kembali dan segalanya menjadi terlambat.

  
 
 

Artikel Terkait

Berbakti Pada Ibu di Waisak Tzu Chi

Berbakti Pada Ibu di Waisak Tzu Chi

06 Juni 2014 Wajah Nenek Hartati diliputi senyuman, walau kini umurnya telah mencapai 88 tahun, dengan kondisi pergerakannya sudah tidak leluasa lagi, tapi di umurnya yang telah lanjut nenek Hartati masih bisa mengikuti acara waisak yang di adakan oleh Tzu Chi di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, pada hari Minggu 11 Mei 2014.
Harapan Baru untuk Kirana

Harapan Baru untuk Kirana

07 April 2016
Kirana Putri (3,5), terlahir dengan bibir sumbing, berbeda dengan kedua kakak perempuannya. Hal ini membuat keluarganya yang tinggal di Kampung Bimbul No.19, RT 03/07, Desa Sukamulya, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini dirundung kesedihan. Minggu, 20 Maret 2016 menjadi hari yang bersejarah dan menggembirakan bagi Kirana dan keluarganya setelah berhasil dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi. 
Tetesan Cinta Kasih

Tetesan Cinta Kasih

29 Juni 2015 Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh relawan maupun pedonor. Sebelum donor, setiap pedonor harus melakukan registrasi dan pemeriksaan kesehatan kepada petugas, jika memiliki kesehatan yang baik maka akan diambil darah untuk didonorkan. 
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -