Membawa Kegembiraan dalam Tenda

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Relawan Tzu Chi mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama-sama di tenda pengungsian

“One little two little three little Indian. Four little five little six little Indian. Seven little eight little nine little Indian. Ten little Indian boys.”

Lagu Indian boys yang baru akrab di telinga anak-anak naungan sebuah NGO bernama Surga di Bhaktapur bergema berkali-kali di tenda, di depan gedung yang biasa mereka tinggali. Setelah lagu usai, sekitar sepuluh bocah usia kurang dari sepuluh tahun serentak berteriak “Once more…once more please.” Mereka sangat senang dengan lagu baru itu. Sementara itu Rudi Suryana, relawan Tzu Chi Indonesia, dan Ong Seng Yeow, relawan Tzu Chi Malaysia, mulai kembali bernyanyi dengan mereka. Tepuk tangan riuh selalu menyertai saat lagu selesai didendangkan. Anak-anak terlihat tidak lagi khawatir dengan keadaan sekitar yang berbeda. Kini tempat tinggal mereka hanyalah halaman dengan beratapkan tenda.

Yayasan Surga menaungi sekitar 20 anak dengan kebutuhan khusus. Dan Tzu Chi datang ke yayasan ini untuk membantu memberikan penghiburan kepada mereka. Ong Seng Yeow yang malam sebelumnya (16/5/15) telah datang berkunjung ke tenda mereka merasa bahwa ini merupakan sebuah tempat yang membuatnya terharu. “Banyak anak di sini tinggal dengan trauma yang masih membayangi mereka. Tapi mereka tidak takut untuk menghadapi keadaan,” ucapnya. “Kami ke sana dan kemudian mengajak mereka bermain dan menyanyikan sebuah lagu. Kami juga menghibur mereka dengan membawa boneka-boneka dan menceritakan sebuah kisah untuk mereka. Mereka sangat menyukainya,” tambahnya.

Senyum hangat selalu menyambut relawan ketika datang berkunjung di tempat-tempat warga, begitu pula di salah satu kamp naungan NGO bernama Surga, yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus.


Anak-anak mengungkapkan terima kasih kepada relawan.

Ketika mereka datang kembali di pagi harinya (17/5/15) dengan membawa karpet. Anak-anak menyambut dengan riang gembira. “Namaste…..,” ucap mereka memberikan salam dengan tangan menelangkup di depan dada. Senyum mereka mengembang dengan pipi merah terbakar matahari. “Is that for us?” tanya salah satu anak sambil menunjuk gulungan karpet yang masih dipegang oleh relawan. “Ya, sure,” jawab relawan. “Waahh…such a nice carpet,” celoteh sang anak sambil membuka bungkusan karpet bergambar aneka karakter kartun berwarna-warni. “You have to take a good care to the carpet. Don’t forget to make it stay clean because you do all your activities here. Okay???” pesan relawan pada anak-anak.

Sementara itu, Rudi Suryana yang baru dua hari bergabung dengan tim juga merasakan hal yang sama dengan Ong Seng Yeow yang telah lebih dulu datang. Ia membawa hobinya dalam menyanyi dan bermain musik untuk menghibur anak-anak dan beberapa warga yang dikunjungi oleh relawan. “Tadinya saya berencana bawa gitar, tapi rasanya agak repot. Jadi akhirnya bawa harmonika,” tuturnya. Ia menjelaskan bahwa musik itu sama dengan senyuman yan g merupakan bahasa universal, “Saya nggak bisa bahasa Nepal, jadi saya gunakan musik melalui harmonika saya untuk menghibur mereka.” Mendengar permainan harmonika dari Rudi, banyak relawan lain yang memberinya pujian. Namun bukan pujian yang ia harapkan, melainkan keadaan yang semakin membaik dari hari ke hari sehingga kehidupan warga dapat kembali normal seperti sedia kala. 

Tim relawan Tzu Chi bersiap melakukan kunjungan kasih ke beberapa tempat pengungsian di sekitar lapangan Maheswori, Bhaktapur.


Artikel Terkait

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -