Tzu Chi Bandung berkolaborasi dengan Atlas Medical Pioneer (AMP) Universitas Padjadjaran mengadakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dan menberikan ilmu menolong orang dalam kondisi darurat.
Relawan Tzu Chi Bandung pada 5-6 Juli 2025 menggelar seminar dan pelatihan bantuan hidup dasar, yang di gelar di Aula Jing Si Bandung. Kegiatan ini diikuti sebanyak 69 peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi ini bekerja sama dengan Atlas Medikal Pioneer (AMP) Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Seminar Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah pelatihan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis pada masyarakat umum dalam memberikan pertolongan pertama dalam kondisi gawat darurat. Kondisi yang dimaksud seperti henti jantung mendadak, kesulitan bernapas, kecelakaan, dan kondisi darurat lainnya. Tujuan dari seminar ini agar para relawan yang awam mampu memberikan respon cepat dan efektif dalam situasi darurat medis sebelum tenaga medis profesional tiba.
Qanitah Nisrina Nazhmi Relawan, relawan Tzu Ching Bandung mempraktikan cara membantu orang yang dalam kondisi henti jantung.
Dr. Laksmini Devi, Sp. P.K, Tim Medis TIMA Bandung berharap dengan kegiatan ini para relawan dapat menyerap ilmu dari pelatihan dengan baik. Karena pelatihan dasar mengenai penangan darurat ini sangat diperlukan. “Terutama untuk relawan Tzu Chi sendiri, diharapkan dimanapun dia berada, dia menjadi berani untuk menolong orang. Dan tentu saja menolongnya itu dengan cara yang benar dan tepat. Sehingga siapa yang ditolong, maka itu kesempatan hidupnya menjadi lebih besar,” pungkas dr. Laksmini Devi, Sp. P.K.
Pelatihan ini diisi oleh mahasiswa yang tergabung di Atlas Medical Pioneer (AMP) yakni organisasi pencinta alam berbasis medis di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Dr. Fatya Annisa Haryandini perwakilah dari AMP sekaligus pemateri dan instruktur dalam pelatihan ini, mengungkapkan kebahagiaannya dapat membagikan ilmu dasar BHD kepada para relawan.
Kesempatan ini juga relawan Tzu Chi diajakan untuk bagaimana caranya untuk membantu orang dalam kondisi patah tulang.
“Kita fokus pada dua materi. Yang pertama triase, yang kedua bantuan hidup dasarnya itu sendiri. Jadi diharapkan setiap orang yang melakukan pelatihan di sini, bisa mengetuai atau mengomandani satu tim yang bisa membantu suatu kejadian atau suatu kasus yang korbannya banyak. Dan juga jika diperlukan bantuan hidup dasar pada saat itu, juga bisa langsung dilakukan. Untuk yang hari kedua, kita fokus pada pembalutan luka, pembedaian, dan juga teknik evakuasi. Harapannya, para peserta pelatihan bisa membantu melakukan lanjutan dari korban yang ditemui, bagaimana merawat lukanya, dan memindahkan ke fasilitas kesehatan yang diperlukan,” ujar dr. Fatya Annisa Haryandini.
Dr. Fatya Annisa Haryandini, instruktur dari AMP mengatakan tujuan pelatihan ini agar relawan mampu memberikan respon cepat dalam kondisi darurat.
Peserta yang mengikuti pelatihan ini terdiri dari berbagai jenjang kerelawanan, salah satunya Qanitah Nisrina Nazhmi, relawan Tzu Ching Bandung yang sangat antusias mengikuti pelatihan pengetahuan baru ini. “Kita belajar banyak tentang bagaimana kita harus mengklasifikasi bahaya yang sedang terjadi. Terus, kita juga diajarin bagaimana caranya CPR, bagaimana caranya membantu pernapasan di tube. Ini bermanfaat banget untuk kehidupan sehari-hari, apalagi kalau tiba-tiba di sekitar kita ada kecelakaan, atau ada kondisi kritis lain yang ada di sekitar kita,” ucap Qanitah Nisrina Nazhmi.
Dengan adanya seminar ini, diharapkan para relawan bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapat jika terjadi kondisi darurat sehingga dapat melakukan pertolongan pertama dan persentasi keselamatan yang membutuhkan pertolongan darurat akan lebih besar.
Editor: Arimami Suryo A.