Warga Binaan juga diberikan pembinaan cara menjaga kesehatan diri dan Lingkungan. Mereka juga diberikan obat dengan semua instruksi yang diberikan dokter dan apoteker dan mereka dengarkan dengan sungguh–sungguh.
Hubungan batin antara relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dan warga binaan di Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi telah terjalin selama kurang lebih tujuh tahun. Terutama bagi warga binaan yang beragama Buddha, para relawan Tzu Chi bukan hanya hadir untuk mendampingi secara spiritual, tetapi juga secara fisik melalui kegiatan bakti sosial (baksos) kesehatan.
Baksos kesehatan ini merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahun. Tahun 2025 menjadi tahun keempat pelaksanaannya, tepatnya pada 2 November 2025. Melalui kegiatan baksos kesehatan, relawan Tzu Chi Tebing Tinggi terus menunjukkan kepedulian terhadap warga binaan yang tak lepas dari penderitaan, baik lahir maupun batin.
Warga binaan sering kali mendapat pandangan negatif dari masyarakat, seolah mereka tak lagi layak mendapat perhatian. Padahal di balik kesalahan yang pernah dilakukan, mereka tetap manusia biasa yang membutuhkan kasih dan kepedulian.
Sebanyak 331 Warga Binaan menerima pelayanan kesehatan mulai dari pemeriksaan tekanan darah dan penyakit lainnya.
Saat ini, Lapas Tebing Tinggi menampung sekitar 1.300 warga binaan jauh melebihi kapasitas ideal yang hanya 500 orang. Kondisi yang padat ini tentu berdampak pada kesehatan fisik maupun mental para warga binaan.
Kegiatan baksos kesehatan kali ini melibatkan 67 relawan dan relawan kembang serta 70 tenaga medis dari Medan dan Tebing Tinggi. Ada 331 warga binaan mendapat pelayanan pemeriksaan umum, kulit, THT, hingga penyakit dalam (internis). Dari hasil pemeriksaan, penyakit kulit menjadi keluhan terbanyak, dialami oleh lebih dari 200 warga binaan. Sisanya menderita berbagai penyakit umum. Semua pasien mendapat pelayanan maksimal serta obat-obatan yang dibutuhkan.
Warga Binaan mendapatkan pemeriksaan berupa pemeriksaan Kesehatan Umum, pemeriksaan kulit, THT, dan juga penyakit Internis. Penyakit yang banyak diderita Warga Binaan ini adalah penyakit kulit dimana lebih dari 200 pasien menderita penyakit kulit.
Kepala Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi, Dede Muliadi, menyampaikan apresiasinya untuk Yayasan Buddha Tz Chi yang telah mengadakan baksos kesehatan bagi warga binaan. “Saya mengucapkan terima kasih atas pengobatan gratis dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Baksos ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit menular di Lapas kita yang padat penghuni. Tentunya kegiatan ini sangat membantu kami,” ujar Dede.
Namun bagi para relawan, kebutuhan warga binaan tak berhenti pada pengobatan fisik semata. Mereka juga membutuhkan “pengobatan batin” bimbingan untuk menemukan arah hidup yang benar. Karena itu, setiap minggu relawan Tzu Chi rutin memberikan pembinaan Dharma kepada warga binaan yang beragama Buddha agar dapat menumbuhkan penyesalan, kebajikan, dan semangat memperbaiki diri.
Sebanyak 67 relawan dan sukarelawan serta 70 Tenaga Medis baik dari Medan dan Tebing Tinggi memberikan pelayanan Kesehatan kepada 331 Warga Binaan Lapas Klas IIB Tebing Tinggi pada hari Minggu / 2 November 2025
Salah satu warga binaan, A Kiet, mengaku bersyukur bisa berjodoh dengan Tzu Chi. “Saya berterima kasih karena bisa mendapat pengobatan atas penyakit kulit saya. Tapi yang paling saya syukuri, saya bisa belajar Dharma di sini. Saya jadi tahu jalan hidup yang benar dan ingin menjadi suami serta ayah yang baik saat kembali ke keluarga saya. Saya menyesali semua kesalahan di masa lalu,” ungkap A Kiet tulus.
Kebahagiaan terpancar dari wajah warga binaan saat mereka dilayani dengan penuh kasih oleh dokter dan relawan. Mereka tertib mengikuti arahan medis, sehingga kegiatan berjalan lancar. Diharapkan kegiatan ini tak hanya mengurangi masalah kesehatan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Lebih dari sekadar pelayanan fisik, pendampingan relawan Tzu Chi merupakan wujud nyata cinta kasih dan kebijaksanaan. Melalui perhatian tulus kepada mereka yang pernah tersesat, relawan sesungguhnya sedang menuntun jiwa-jiwa untuk kembali menemukan cahaya kehidupan.
Editor: Anand Yahya