Membina Diri di Tzu Chi

Jurnalis : Juliana Santy, Teddy Lianto, Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Juliana Santy
 

foto
Relawan Tzu Chi memulai pelatihan pada hari ketiga dengan melakukan pradaksina mengelilingi lapangan Aula Jing Si.

Pada training relawan biru putih yang diadakan pada tanggal 10-13 Oktober 2013 ini, bertemakan “Mendekatkan diri dengan Master dan mendalami 37 Faktor Pendukung Pembinaan Diri”.  Di hari ketiga, relawan melakukan kebaktian dan melantunkan sutra 37 Faktor Pendukung Pembinaan Diri. Suasana pelatihan terasa menjadi sangat khidmat. Walaupun tidak semua relawan beragama Buddhis, tapi ada yang mau ikut serta dalam kebaktian, salah satunya adalah Linda Susilawati.

“Walaupun bukan Buddhis, tapi saya ingin mengetahui caranya, ternyata kurang lebih sama dengan agama saya, sampai saya meneteskan air mata tanpa disadari. Ketika saya anjali dan samadhi, rasanya semua lepas, batin terasa damai dan tentram,” tutur relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas di Jambi ini.

Berawal dari baksos katarak, ia pun merasa terpanggil untuk ikut membantu di dalam baksos tersebut, dan dari sana ia pun mulai menjadi relawan Tzu Chi. Perubahan dialami dirinya sejak bergabung bersama Tzu Chi, “Saya merasa ikut Tzu Chi hati saya damai sekali. Kehidupan yang saya alami, yang dulunya banyak problem yang harus saya tangani karena saya single parents, sekarang menjadi merasa apa yang diterima (terjadi) saya iklas, sabar, dan tabah, sehingga hati saya merasa sangat damai,” ucapnya. Dan usai pelatihan dan pelantikan ini, ia pun berharap dapat terus meningkatkan rasa belas kasih yang lebih universal kepada sesama makluk di dunia ini.

Akar dan Kekuatan
Sama halnya dengan relawan lainnya, yaitu Sucipto, yang juga menemukan ketenangan dan pelatihan diri di Tzu Chi. Sucipto bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 2009. Ia mengenal Tzu Chi dari senior di kampusnya dulu (ITB,Bandung) dan kemudian ia pun mengikuti kegiatan Tzu Ching Camp ke-4. “Saya ikut Tzu chi  karena saya sendiri suka dengan dunia sosial dan lihat di Tzu Chi ada satu wadah untuk kegiatan sosial dan kegiatannya positif , jadi saya juga ingin bergabung,” terang Sucipto yang juga aktif di wihara.

foto   foto

Keterangan :

  • Linda Susilawati (jilbab putih) merasakan kedamaian di dalam hatinya sejak ikut serta dalam Tzu Chi (kiri).
  • Sucipto (kiri) bergabung menjadi relawan Tzu Chi bersama Tzu Ching (Muda-mudi Tzu Chi) sejak tahun 2009 (kanan).

Sejak mengenal Tzu Chi pula, dirinya mulai mengenal untuk mencari mata pencaharian yang benar – seperti yang terdapat dalam 37 Faktor Pendukung Pembinaan Diri , Mata Pencaharian Benar -. Dulu ia bekerja sebagai arsitek di perusahaan fastfood (makanan siap saji) ternama, tapi bekerja di sana tak membuat hatinya tenang. “Karena saya merasa kalau saya bekerja di sana, kan di sana ada banyak potong ayam yang berarti ada pembunuhan makhluk hidup, meskipun bukan saya yang melakukan pemotongan, tetapi tetap ada jalinan jodoh buruk. Lalu semakin banyak saya ikut mendesain cabang baru, berarti semakin banyak pula makhluk yang terbunuh. Karena itu saya memilih untuk berhenti dari pekerjaan ini,”ujar Sucipto yang kini bekerja di perusahaan ramah lingkungan.

Tidak hanya mencari mata pencaharian yang benar, tetapi Sucipto juga untuk  tidak membuat kedua orang tuanya yang tinggal di Aceh merasa khawatir kepada dirinya. Selama aktif di muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) prestasinya di akademik tidak menurun dan ia pun semakin sadar akan pentingnya komunikasi dan perhatian kepada orang tua selama masih ada kesempatan. Ia menceritakan bahwa saat aktif di Tzu Chi, orang tuanya merasa khawatir jika pelajarannya akan terganggu. Tetapi ia membuktikan bahwa Tzu Chi tak menganggu pendidikannya, ia masih tetap berprestasi dan dapat bekerja dengan lancar, sehingga orang tuanya pun sudah dapat memahami keikutsertaannya bersama Tzu Chi.

Dalam berkegiatan Tzu Chi, Sucipto tidak hanya ikut berkegiatan tetapi juga ingin membantu Master Cheng Yen menyebarkan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Hal ini yang ia rasakan ketika ikut serta dalam Tzu Ching Camp internasional tahun lalu(2012).

Ketika melantunkan teks 37 Faktor Pendukung Pembinaan Diri, kita dapat menemukan istilah Lima Akar dan Lima Kekuatan. Akar kekuatan dan keyakinan, Akar dan kekuatan semangat, Akar dan kekuatan perhatian, Akar dan kekuatan keteguhan pikiran, serta Akar dan kekuatan kebijaksanaan yang pertama dari Lima Akar adalah keyakinan. Sering dikatakan bahwa keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Akar dari segala praktik Dharma bersumber pada keyakinan. Kita harus yakin, yakin terhadap Dharma dan belajar membedakan yang baik dan buruk. Jika dapat menerepkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, maka pikiran akan teguh dan cemerlang.

  
 

Artikel Terkait

Peduli Merapi: Galang Hati di ITC Mangga Dua

Peduli Merapi: Galang Hati di ITC Mangga Dua

16 November 2010
Mona, salah seorang pengunjung pusat perbelanjaan ITC Mangga Dua Jakarta yang berasal dari Makassar, segera ikut berdana begitu melihat relawan Tzu Chi berkeliling membawa kotak dana berlogo dan bertuliskan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Pintu Gerbang Penggalangan Bodhisatwa

Pintu Gerbang Penggalangan Bodhisatwa

24 Desember 2012 Waktu berlalu dengan sangat cepat. Seiring berlalunya waktu satu hari, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Setiap hari kita harus mengingatkan diri sendiri dengan perkataan ini. Setiap berlalunya satu hari, kita harus berpikir jika waktu telah berlalu satu hari lagi dan usia kita juga berkurang satu hari.
Internasional : Penghargaan untuk Tzu Chi

Internasional : Penghargaan untuk Tzu Chi

08 April 2011
Di hari ulang tahunnya yang ke-60, Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan Filipina (DSWD) memberikan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas dedikasi tanpa pamrih para relawannya dalam membantu DSWD memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di negara itu.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -