Membulatkan Tekad

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Dimin (He Qi Barat), Hadi Pranoto, Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

foto
Para relawan Tzu Chi Indonesia mengikuti pelatihan relawan di Aula Jing Si Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk selama 3 hari pada tanggal 22-24 Maret 2013.

“Surga dan neraka tercipta oleh pikiran sendiri. ketika merasakan kebahagiaan itulah surga kita dan ketika merasakan kerisauan itulah neraka kita.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

 

 

Kalimat itulah yang selalu teringat dalam benak Elisah, seorang insan Tzu Chi Pekanbaru yang kurang lebih 6 tahun masuk barisan Tzu Chi. Selama tiga hari, Elisah mengikuti pelatihan relawan Indonesia yang dulu pernah ia ikuti di Taiwan pada tahun 2010. Elisah mengaku merasakan hal yang berbeda pada pelatihan kali ini. Biasanya training 4 in 1 diadakan di Taiwan, namun kali ini diadakan di negara sendiri. hal ini yang membuat Elisah semakin bersemangat dalam mengikuti Pelatihan ini. “Biasanya di Taiwan, sekarang di negara sendiri. Begitu sayangnya Master kepada kita sampai mengutus empat Shifu membina dan melatih kita,” ungkapnya. Elisah merupakan satu dari sembilan belas relawan dari Tzu Chi Pekanbaru yang harus meninggalkan anak-anaknya demi mengikuti pelatihan ini. Suami yang juga merupakan relawan Tzu Chi belum memiliki jodoh baik untuk mengikuti pelatihan lantaran harus menjaga anak di rumah. Setelah berdiskusi bersama, akhirnya Elisah mendapat kesempatan ini.

Elisah merasa beruntung mengikuti pelatihan relawan kali ini. Ia merasakan Dharma yang begitu mendalam dan membulatkan tekad berjalan sesuai di jalan Dharma. “Dulu saya baca dan dengar Dharma lewat gitu aja, tapi Shifu mengajarkan Dharma itu penting sehingga bisa bertekad seperti Master,“ aku Ibu dua anak ini. Dalam tekadnya, Elisah ingin mendalami lebih banyak Dharma Master sehingga bisa meresap ke dalam hati. Mengikuti pelatihan ini tidak hanya sekedar ikut saja. Dalam jiwa Elisah juga terdapat harapan dengan adanya pelatihan kali ini. “Semoga Pekanbaru berkembang lebih banyak lagi. Semoga bisa mengembangkan Tzu Chi. Tentunya kami berharap semua keluarga makin maju,” harap Elisah.

foto  foto

Keterangan :

  • “Semoga saya bisa mempertahankan semua ini. Saya tidak akan keluar dari Tzu Chi sekalipun dipaksa untuk keluar,” tekad kuat. Elisah aktif di Tzu Chi fokus pada bidang pendidikan Tzu Shao (kiri).
  • Gatot tetap mau mengikuti pelatihan relawan ini walaupun jarak yang harus ditempuh membutuhkan waktu yang cukup lama dari Biak. “Saya akan menularkan apa yang saya peroleh dari pelatihan ini kepada orang lain di tempat tinggal saya,” tekad Gatot (kanan) .

Tekad yang Kuat
Jalinan jodoh Elisah dengan Tzu Chi berawal di tahun 2007. Elisah merupakan salah satu orang yang aktif di Vihara. Elisah bertemu dengan kawan yang sama-sama aktif di wihara, hingga suatu saat bertemu kembali di pasar. Kawan Elisah mengajaknya untuk datang ke acara kelas kaligrafi yang diadakan Tzu Chi Pekanbaru di kantor Tzu Chi yang dulu masih berada di mall. Undangan kelas kaligrafi tersebut gratis. Menurut Elisah mendengar gratis itulah yang mendorong dirinya bersama suami dan keluarga hadir pada acara tersebut walaupun sempat terbersit keraguan untuk hadir. “Dibayangan saya Tzu Chi itu Vihara, ternyata sampai disana kok ada Shijie-shijie yang lagi Shou Yu (isyarat tangan). Saya jadi ragu, kok Tzu Chi begini ajarannya jangan-jangan Tzu Chi nggak bener kok ajaranya begini gitu,” cerita Elisah mengenang masa itu. Matangnya jalinan jodoh Elisah dengan Tzu Chi muncul saat kawannya membawakan buku-buku Tzu Chi yang kemudian di baca dan diresapi Elisah. Hingga akhirnya ia ke kantor Tzu Chi menanyakan apa yang bisa ia lakukan di Tzu Chi, dan kemudian menjadi bagian dari barisan Tzu Chi dalam menebarkan cinta kasihnya.

Elisah yang sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga dan membantu suami jaga toko memiliki banyak kesempatan untuk bersumbangsih di Tzu Chi. Banyak perubahan yang dialami oleh Elisah selama menyalami Dharma Master Cheng Yen dan berjalan di jalan Bodhisatwa. Elisah yang dari kecil hingga besar tidak pernah merasakan makan sayur sama sekali. Rasa sayang dari keluarga ditunjukkan kepada Elisah dengan tidak memberikan asupan sayur pada menu makannya. Elisah tidak pernah merasakan sayur, hingga saat ikut pelantikan relawan biru putih di Jakarta ia mendapatkan kata perenungan mengenai menghargai kehidupan. “Saat training saya mendapatkan pelajaran kata perenungan bahwa setiap orang takut mati, begitu juga dengan makluk lain yang takut mati juga. Dari situ saya mengurangi makan daging,” ungkapnya. Jodoh Elisah untuk bervegetarian matang ketika ia mengikuti acara pelatihan relawan di Tzu Chi Pusat Taiwan. Dengan memperoleh banyak Dharma tentang menghargai kehidupan, ia mulai untuk vegetarian. “Pada tahun 2010 saya ikut training 4 in 1 di Taiwan. Dari sana saya mulai vegetarian. Suami juga ikut vegetarian, kalau anak-anak kadang ikut,” aku Elisah.

Kini Elisah aktif di Tzu Chi fokus pada bidang pendidikan Tzu Shao (kelas budi budi pekerti). Ia merasa terharu dan bersyukur sekeluarga bisa sehati. Selama menapaki jalan Tzu Chi, tidak ada halangan apapun yang datang dari keluarga karena keluarga saling mendukung bahkan mertua Elisah juga mendukung kegiatan yang di lakukannya. Ia merasa mendapat berkah bisa mengenal Master Cheng Yen dan ajarannya. Bagi Elisah, Master Cheng Yen merupakan seorang guru yang tidak memikirkan diri sendiri tapi demi dunia. “Semoga saya bisa mempertahankan semua ini. Saya tidak akan keluar dari Tzu Chi sekalipun dipaksa untuk keluar,” tekad Elisah semakin kuat. Semoga tekad kuat Elisah bisa menjaadi teladan bagi keluarganya untuk terus menapaki jalan Bodhisatwa.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan rapi para insan Tzu Chi membentuk barisan berdasarkan kelompok masing-masing sebelum memasuki ruangan untuk memulai kegiatan (kiri) .
  • Dengan penuh semangat dan sukacita para relawan Tzu Chi Indonesia mengikuti training 4 in 1 yang diselenggarakan di Indonesia (kanan) .

Belajar Mengendalikan Diri
Demikian halnya dengan Gatot Ahmadi, salah satu relawan Tzu Chi Biak yang juga turut serta pada pelatihan relawan Indonesia di Jakarta. Ia merasa mendapat banyak manfaat dengan turut menapak di jalan Tzu Chi. “Mendapat semangat demi melakukan kebaikan, saya menjadi bertambah wawasan bukan seperti ibarat katak dalam tempurung,” aku Gatot. Melalui semangat Tzu Chi yang terpatri dalam hatinya, ia bertekad akan melebarkan sayap insan Tzu Chi di Biak. “Saya akan terus memperkenalkan Tzu Chi di lingkungan saya tinggal. Kebetulan saya kerja sebagai sales dan selalu keliling (kerja lapangan) jadi bisa memperkenalkan Tzu Chi kepada orang-orang yang saya temui,” ungkap Gatot penuh semangat.

Selama berjalan di jalan Tzu Chi sejak tahun 2009 banyak perubahan yang terjadi pada diri Gatot. Ia mengaku setelah bergabung di Tzu Chi, pelan-pelan bisa mengubah sifat iri hati dan sifat galak dalam dirinya. “Dulu saya iri dengan pekerjaan teman sekantor dalam hal pekerjaan sekarang sudah tidak ada rasa iri lagi. Selain itu dalam mendidik anak, saya termasuk seorang ayah yang galak. Namun sekarang sudah bisa mengurangi sikap galak kepada anak bahkan  sudah tidak galak lagi dalam mendidik anak,” akunya. Gatot juga sudah mulai mengurangi konsumsi daging. Baik daging, ayam, maupun ikan-ikanan sudah tidak makan lagi.  “Yang memotivasi saya untuk mengurangi makan daging karena merasa kasian kalau melihat hewan-hewan ketika di sembelih meskipun saya belum vegetarian sepenuhnya,” ungkapnya.

Gatot yang sehari-hari bekerja di perusahaan swasta di Papua sebagai salesman tetap mau mengikuti pelatihan relawan ini walaupun jarak yang harus ditempuh membutuhkan waktu yang cukup lama dari Biak. Baginya, pelatihan ini bisa memberikan banyak pengetahuan. Ia merasa mendapatkan apa yang sudah di pelajari selama pelatihan ini salah satunya setelah ia mengikuti sesi pendidikan bahwa anak tidak hanya menguasai pelajaran saja, namun juga memiliki budi pekerti yang baik. “Dari sharing pendidikan, anak-anak bukan cuma pintar matematika saja tetapi juga tentang mengerti aklak yang mulia,” terangnya. Melalui tekad dalam dirinya setelah ikut pelatihan ini ingin memperkenalkan Tzu Chi kepada orang-orang di Biak. “Saya akan menularkan apa yang saya peroleh dari pelatihan ini kepada orang lain di tempat tinggal saya,” tekad Gatot. Semakin banyak insan yang mendalami Dharma, semakin banyak benih-benih cinta kasih yang tumbuh dan  memiliki tekad luhur pada jalan Bodhisatwa.
  
 

Artikel Terkait

Tzu Ching Camp 2017: Kebaikan Berawal dari Kebahagiaan

Tzu Ching Camp 2017: Kebaikan Berawal dari Kebahagiaan

24 Juli 2017

Tzu Ching Camp 2017 digelar di  Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta,  22-23 Juli 2017.  Kegiatan yang diikuti oleh 102 peserta dari Jakarta, Bandung, Tangerang, dan Biak ini akan mendidik serta memberikan pengalaman untuk menjadi generasi muda Tzu Chi.

Pikiran dan Perasaan Welas Asih

Pikiran dan Perasaan Welas Asih

11 Februari 2010
“Saya sangat pasrah saat itu, anak saya dianjurkan oleh dokter untuk dioperasi, tapi dari mana dana itu. Tapi memang benar, kita tidak boleh pasrah, saya diberitahu mengenai Tzu Chi dan akhirnya ada ditanggapi dengan baik oleh Tzu Chi,” kata Bapak Indra Gunawan.
Belajar Bersama Bedah Buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan”

Belajar Bersama Bedah Buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan”

22 Desember 2023

Kegiatan belajar bersama bedah buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan kolaborasi HA Tiban Uma dan Batam Center yang berlangsung dari November 2022 sampai Desember 2023 telah sampai di bab 20 “Sulit untuk memahami metode terampil” dan bab penutup dengan tema “Jalan Para Bodhisattva”.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -