Memupuk Benih Persahabatan

Jurnalis : Sandy Gunarso Wijoyo, Fotografer : Sandy Gunarso Wijoyo
 
foto

Relawan Tzuchi memberikan celengan bambu kepada pasien Tzu Chi, Suzan. Meski mengalamai keterbatasan fisik, Suzan tetap berkeinginan untuk membantu orang lain.

Siang itu, matahari tampak bersahabat dengan relawan tzuchi yang mengadakan kunjungan kasih. Kali ini, para relawan mengunjungi tempat tinggal pasien kasus Tzu Chi yang bernama Suzan (19) di kawasan Jembatan Besi, Jakarta Barat.

Setibanya di lokasi, relawan yang berjumlah tujuh orang itu segera disambut Suzan dengan senyum ceria. Wajar saja bila gadis muda itu melakukannya. Sepeninggal ayah tercinta untuk selamanya, sang ibu dan saudara kandung lainnya terlalu sibuk untuk memberikan perhatian. Penyakit epilepsi yang membuat Suzan tak mampu beraktivitas serta bicara normal, semakin membuatnya terjauhkan dari keluarga.

Kedatangan relawan tak hanya untuk memberikan perhatian, mereka pun membantu Suzan melakukan hal-hal sederhana—bagi orang lain—yang tak mudah dilakukannya. Dengan penuh kasih sayang, mereka menggunting kuku tangan dan kaki Suzan yang sudah panjang dan tak terawat. Sambil melakukannya, relawan mengajak Suzan berbincang santai. Hal itu membuat Suzan terhibur dan senyum ceria tak lepas dari wajah lugunya.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi tersenyum bersama Suzan. Sejak ayahnya meninggal, ibu dan saudara Suzan terlalu sibuk
           untuk menghiburnya. Kehadiran relawan Tzu Chi menjadi pengobat kesepiannya. (kiri)
         - Keakraban Suzan bersama relawan Tzu Chi. Kehadiran relawan Tzu Chi dapat memberikan keceriaan
           dalam diri gadis yang memiliki penyakit epilepsi ini. (kanan)

Sehabis beraktivitas, relawan pun memberikan sebuah celengan bambu pada Suzan. Walau tinggal di rumah sederhana berukuran 6 x 7 meter2 persegi, gadis asli Jakarta itu mampu beberapa kali mengisi penuh celengan bambu serta menyerahkannya pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Suzan pun tak segan-segan meminta pada relawan untuk mengajaknya bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Suzan mau ikut seku(shegu –red), mau nyapu, mau ngepel,” katanya sambil terbata-bata. Relawan menjadi gembira dan terharu mendengarnya.

Sebelum relawan berpamitan, Suzan masih bercengkrama dengan relawan. Hal itu membuktikan keakrabannya dengan para relawan Tzu Chi. Bagi Suzan, relawan sudah menjadi bagian hidup yang tak mungkin terpisahkan lagi.

Kehidupan tak selamanya penuh keberuntungan. Sama halnya dengan Suzan dan keluarganya. Namun semua akan beruntung dan menjadi lebih baik bila ada kepedulian sesama yang bersedia berbagi suka.

foto  

Ket : - Relawan Tzu Chi memotong kuku tangan dan kaki Suzan. Keterbatasan fisik dan mental membuat Suzan
           sulit untuk melakukannya sendiri.

 

Artikel Terkait

“Besar Gunung, Masih Besar Hati Nenek”

“Besar Gunung, Masih Besar Hati Nenek”

16 Februari 2010 Sebanyak 20 relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Selatan mengunjungi dan memberi perhatian kepada 156 penghuni panti yang berada di Jl. Margaguna No. 1, Radio Dalam, Jakarta Selatan. Karena dilakukan bertepatan dengan menjelang perayaan Imlek, maka bingkisan yang diberikan pun bernuansa etnik Tionghoa: kue keranjang, jeruk, dan angpau.
Waisak 2017: Memaknai Waisak, Membangkitkan Welas Asih

Waisak 2017: Memaknai Waisak, Membangkitkan Welas Asih

22 Mei 2017

Ribuan orang memadati Jiang Jing Tang, Lt. 4 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta untuk mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha membentuk formasi barisan genderang dan genta. Ritual Hari Waisak yang dirangkai dengan peringatan Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia ini digelar selama dua sesi (pagi dan sore) pada tanggal 14 Mei 2017.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -