Menabur Berkah dan Kebijaksanaan di Awal Tahun

Jurnalis : Novia Ferryani (Tzu Chi Singkawang), Fotografer : Bong Bui Kim (Tzu Chi Singkawang)
doc tzu chi
Isyarat tangan Gui Yang Du (Lukisan Anak Kambing Berlutut) yang disertai drama pendek sebagai inti dari kegiatan Pemberkahan Awal Tahun 2017

Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Singkawang melaksanakan acara Pemberkahan Awal Tahun 2017 sekaligus Ramah Tamah Tahun Baru Imlek 2568 pada Selasa, 7 Februari 2017. Acara ini diadakan di salah satu gedung serba guna Singkawang dan dihadiri oleh relawan Tzu Chi Singkawang serta para donatur yang berjumlah 500 orang lebih.

Tema dalam kegiatan ini adalah “Memupuk Berkah: dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa. Membina Kebijaksanaan: dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan.” Acara ini pun dibuka dengan atraksi Barongsai yang dimainkan oleh siswa SMP Singkawang yang menambah suasana Imlek dalam gedung menjadi meriah.

Acara dilanjutkan dengan pemutaran Kilas Balik Tzu Chi Indonesia dan Kilas Balik Tzu Chi Singkawang yang berupa rekaman kegiatan  selama 2016. Pada tahun 2016 ini pula, Tzu Chi Singkawang genap berusia 6 tahun. Dalam perjalanannya, Tzu Chi Singkawang tidak hanya bersumbangsih di Kota Singkawang saja, cinta kasih Tzu Chi juga telah sampai ke tiga desa binaan yaitu desa Salumang, desa Caokng, dan desa Bilayuk yang berada di wilayah Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak. Dalam acara ini juga tampil empat remaja putri dari desa binaan yang mempersembahkan tarian khas Dayak. 

Salah satu penampilan dari desa Caokng, salah satu desa binaan Tzu Chi Singkawang yang membawakan persembahan tarian Dayak dalam acara Pemberkahan Awal Tahun 2017

Inti dalam kegiatan Pemberkahan Awal Tahun 2017 ini adalah isyarat tangan Gui Yang Du yang disertai drama pendek dan drama 10 Budi Orangtua. Gui Yang Du (Lukisan Kambing Berlutut) yang memiliki makna anak kambing saja tahu cara berterima kasih kepada ibunya, yang tercermin saat anak kambing berlutut untuk meminum susu ibunya. Dari drama pendek yang ditampilkan bersamaan dengan isyarat tangan Gui Yang Du ini menceritakan tentang seorang anak yang dari kecil bersama orangtuanya hingga dewasa. Suatu hari tibalah anak tersebut harus merantau keluar daerah demi meningkatkan derajat kehidupan keluarganya. Tanpa mendapatkan kabar dari sang anak, orangtua tersebut menunggu dan terus menunggu anaknya pulang. Hingga saatnya anak mereka pulang untuk berbakti kepada orangtuanya dan mereka pun terlihat sangat gembira bisa bertemu kembali dengan anaknya.

Serta untuk sutra 10 Budi Orangtua terhadap anaknya, menampilkan 10 babak penderitaan orangtua yang dimulai dari budi orangtua melindungi bayi dalam kandungan, budi derita sakit saat menjelang persalinan, budi melupakan penderitaan sendiri yang sebenarnya merupakan hari penuh cobaan bagi sang ibu, budi kasih sayang tanpa pamrih, budi memberikan yang terbaik bagi sang anak, budi menyusui dan membesarkan anak, budi mebersihkan yang kotor, budi kerinduan orangtua pada anaknya yang merantau, budi perhatian dan pengertian sampai dengan budi kasih sayang yang abadi dari orangtua, serta untuk sutra 10 Budi Orangtua terhadap anaknya.

Pesan cinta kasih yang disampaikan oleh Tjhang Tjin Djung, Wakil Ketua Tzu Chi Singkawang dalam Pemberkahan Awal Tahun 2017

Arti dari drama yang ditampilkan tersebut untuk menunjukan seberapa besar budi orangtua untuk membesarkan kita. Maka dari itu, janganlah kita menyakiti ataupun melukai hati orangtua. Seperti satu diantara kata perenungan Master Cheng Yen. “Ada dua hal yang tidak dapat ditunda di dunia ini yaitu berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan”.

Kegiatan dilanjutkan dengan sharing pasien kasus dan dalam kesempatan ini hadir satu keluarga yang menerima bantuan pengobatan dari Tzu Chi. Salah satu anggota keluarga tersebut bernama Vania Larisa, ia merupakan seorang balita yang menderita kelainan ginjal dengan nama penyakitnya Sindrome Nifrotik Resisten Steroid.

Vania menjalani pengobatan di RCSM Jakarta selama lebih dari satu bulan.  “Saya sebagai orangtua Vania Larisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah membantu anak saya, gan en,” ucap Gunawan Tjhai, ayahanda Vania Larisa.

Selanjutnya Wakil Ketua Tzu Chi Singkawang, Tjhang Tjin Djung dalam pesan cinta kasihnya menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh relawan dan donatur yang bersedia membagikan waktu, dana, dan tenaganya untuk turut bersumbangsih bersama Tzu Chi. Pada akhir kata, beliau juga mengutip sebuah kalimat perenungan dari Master Cheng Yen untuk para relawan dan donator agar lebih semangat dan antusias lagi dalam mengemban misi-misi Tzu Chi. “Dengan memberikan perhatian kepada orang lain, sama artinya dengan memberi perhatian pada diri sendiri. Dengan membantu orang lain, sama artinya dengan membantu diri sendiri,” ungkap Tjhang Tjin Djung.

Doa bersama dengan membawa pelita oleh seluruh tamu yang hadir dalam Pemberkahan Awal Tahun 2017 Tzu Chi Singkawang.

Sebagai penutup acara, semua relawan dan donatur berdoa bersama berdasarkan keyakinan masing-masing sambil membawa pelita dan diiringi dengan musik “Hui Sha Ren sheng Cai Bi” dan tentunya doa insan Tzu Chi setiap tahun selalu sama, mensucikan hati manusia, masyarakat damai tenteram , dunia bebas dari bencana.

Sebagai wujud rasa syukur, tiap tahun Master Cheng Yen selalu membagikan Angpau Fu Hui (Berkah dan Kebijaksanaan). Angpao dari Master adalah suatu berkah, suatu doa untuk kita semua, yang berasal dari hak cipta buku yang telah dibuat oleh Master Cheng Yen. Seluruh peserta yang mengikuti kegiatan Pemberkahan Awal Tahun 2017 ini mendapatkan angpau yang isinya terdapat 3 butir padi yang melambangkan tiga ajaran tanpa celah : SILA, SAMADHI, PANNA yang artinya dengar, renungkan, dan praktikkan agar benih cinta kasih tersebar ke seluruh penjuru hati.

 


Artikel Terkait

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -