Menanamkan Sikap Peduli Lingkungan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Seorang siswa SD Cinta Kasih Tzu Chi memungut sampah yang ia temukan saat akan menyisir Pantai Tanjung Pasir. Sebanyak 50 relawan terlibat dalam kegiatan membersihkan pantai itu.

Puluhan pedagang asongan dan cenderamata tampak berebut merubungi bus besar milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang baru tiba di pelataran parkir Pantai Tanjung Pasir, Tangerang. Dengan bersemangat mereka hendak menawarkan barang dagangannya kepada para penumpang di dalamnya. Tapi, niat itu mereka urungkan ketika melihat yang turun dan berbaris rapi dari bus itu, justru menyiapkan dan menenteng alat-alat kebersihan.

Minggu pagi, 20 April 2008, sebanyak 20 siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat dan orangtuanya—setiap murid didampingi ayah atau ibunya—guru, serta relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan pembersihan Pantai Tanjung Pasir di Kampung Melayu, Teluk Naga, Tangerang, Banten. Lebih dari 50 orang terlibat dalam kegiatan pembersihan dan pengumpulan sampah-sampah organik dan non organik (plastik, botol, styrofoam, dan kertas pembungkus makanan).

Menggerakkan Para Pedagang
Dimulai sejak pukul 08.30 pagi, para siswa dan orangtuanya, guru serta relawan Tzu Chi bekerja keras membersihkan pantai di tengah teriknya panas matahari. Setiap sampah yang mereka kumpulkan seolah berlomba dengan peluh keringat yang menetes. Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para ‘relawan lingkungan’ ini untuk bekerja. “Nggak capek, malah senang bisa ikut kegiatan ini,” ujar Brigita, siswi kelas 2 SMP Cinta Kasih Tzu Chi. Meski awalnya kurang menyukai kegiatan semacam ini, tapi setelah melihat kondisi pantai yang kotor, Brigita pun tergerak untuk peduli pada kebersihan pantai. Perasaannya lebih miris lagi ketika melihat sampah terbanyak justru jenis styrofoam dan botol-botol minuman yang butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa terurai. Satu hal yang membesarkan hatinya adalah ketika beberapa pedagang di sekitar pantai ikut membantunya mengambil sampah-sampah dan menaruhnya ke dalam kantung plastik besar yang telah disediakan. “Saya bersyukur sekali, ternyata mereka (para pedagang dan petugas pantai –red) ikut tergerak untuk peduli pada lingkungannya. Justru para pengunjung yang tampak cuek,” terang Brigita sambil tersenyum. Setelah tiga jam berselang, Brigita dan relawan Tzu Chi lainnya pun kembali sambil membawa sampah-sampah yang telah berhasil mereka kumpulkan ke dalam bak penampungan.

foto   foto

Ket : - Botol-botol minuman dan bungkus makanan (styrofoam) banyak yang dibuang para pengunjung dan
           pedagang tidak pada tempatnya. Akibatnya, pantai pun menjadi kotor dan terkesan kurang terurus. (kiri)
         - Sampah yang terkubur pasir, terkadang sangat sulit untuk dibersihkan. Padahal, banyak dari benda-benda
           itu yang membutuhkan waktu lama untuk bisa terurai dengan tanah. (kanan)

Keterbatasan Fisik Bukan Halangan
Bagi Suparman (34), kegiatan bersih-bersih pantai ini baru pertama kali diikutinya. Pria bertubuh “mungil” ini sehari-hari bekerja sebagai tenaga pengajar di TK,SD, SMP, dan SMA Seraphine Cengkareng sebagai guru Pendidikan Seni dan Budaya. Mengetahui informasi dari relawan Tzu Chi dan juga DAAI TV, Suparman dengan antusias pun tergerak untuk berpartisipasi. “Saya sangat mencintai alam. Hati saya sebenarnya nggak rela kalau alam kotor ataupun dirusak,” tegasnya. Meski dengan fisik yang terbatas, tidak menghalangi Suparman untuk bekerja seperti relawan-relawan lainnya. Bermodalkan sapu lidi panjang dan wadah plastik, Suparman menyisir sampah-sampah yang bertebaran. Disapunya sampah-sampah, dikumpulkan, dan setelah banyak dimasukkan ke dalam polybag yang telah disiapkan. Bahkan tangannya yang berbalut sarung tangan, kerap kali harus menarik sampah-sampah plastik ataupun kain yang terkubur di dalam pasir. “Terlihat sekali jika masyarakat nggak peduli dengan lingkungannya,” keluh Suparman.

Menurut pria yang juga pernah bermain dalam beberapa sinetron Indonesia ini, kegiatan seperti ini sangat positif untuk menumbuhkan kepedulian lingkungan pada anak-anak dan warga masyarakat. “Sekarang kan kita sedang menghadapi krisis lingkungan hidup, makanya saya termotivasi sekali untuk ambil bagian dalam penyelamatan lingkungan hidup,” ujarnya. Dia pun sudah berencana untuk mengajak murid-muridnya bergabung dalam kegiatan ini. “Setelah saya terangkan program pelestarian lingkungan, murid-murid saya juga tertarik. Sudah ada 10 orang yang bersedia bergabung untuk ikut kegiatan ini bulan depan,” ungkap Suparman senang.

foto   foto

Ket : - Di tengah ramainya pengunjung Pantai Tanjung Pasir yang berwisata pada hari Minggu, 20 April 2008, para
           relawan Tzu Chi justru bekerja membersihkan sampah-sampah di sepanjang pantai itu. (kiri)
         - Suparman (memakai rompi) dan Brigita (siswi SMP Cinta Kasih) bekerja sama menggotong sampah-
           sampah yang telah dikumpulkan para relawan. (kanan)

Teladan bagi Siswa-siswa Lainnya
Bukan kebetulan jika 20 siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang terlibat dalam kegiatan pembersihan pantai Tanjung Pasir ini adalah mereka yang memiliki prestasi akademis di kelasnya. “Mereka dipilih untuk memberikan keteladanan bagi teman-temannya. Diawali dari mereka sebagai leader di kelas, dan kemudian mereka akan menyebarkan kepada teman-temannya,” kata Eko Rahardjo, koordinator kegiatan ini.

Orangtua murid juga dilibatkan sebagai pendamping dengan tujuan mendekatkan komunikasi dan interaksi antara anak dan orangtua, selain tentunya untuk mengajak orangtua berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas lingkungan dan kemanusiaan.

foto   foto

Ket : - Banyaknya pengunjung dan para pedagang makanan yang kurang menjaga kebersihan di sekitar pantai
           membuat sampah-sampah banyak berserakan di sepanjang pantai. (kiri)
         - "You Are Very Good", semboyan ini diucapkan untuk menghargai jerih payah para para siswa dan
           orangtuanya, guru, serta relawan melakukan atas kegiatan yang telah mereka lakukan. (kanan)

Upaya pembersihan lingkungan Pantai Tanjung Pasir tentunya tidak cukup hanya sampai di sini. Rencananya, para guru Sekolah Cinta Kasih dan relawan Tzu Chi akan menggalakkan juga penanaman pohon, menyediakan bak sampah di sekitar pantai, membuat brosur dan menyosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kepada para pedagang, pengunjung, dan warga masyarakat sekitar pantai. Dengan kesadaran dan kepedulian semua pihak, maka kerusakan alam pun dapat semakin dikurangi. Ini akan semakin cepat terealisasi jika kepedulian ini dimulai dari diri sendiri yang dipraktekkan dalam tingkah laku dan perbuatan nyata.

 

Artikel Terkait

Meringankan Derita Korban Kebakaran

Meringankan Derita Korban Kebakaran

03 Agustus 2013 Setelah menerima informasi tentang musibah kebakaran, relawan Tzu Chi melakukan survei ke lokasi dan memutuskan untuk memberikan bantuan untuk para korban pada tanggal 17 dan 18 Juli. Bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi berupa paket bantuan dan santunan untuk para korban.
Suara Kasih : Makna Hidup yang Sesungguhnya

Suara Kasih : Makna Hidup yang Sesungguhnya

20 Januari 2011 Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia ini tidak memiliki nama. Tujuan orang menamai segala sesuatu adalah untuk memberi identitas. Rupang Buddha dan Bodhisatwa bertujuan untuk menyadarkan kita bahwa kita adalah praktisi Buddhis. Buddha adalah Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Buddha telah mencapai pencerahan.
Membangun Sikap Anak di Kelas Budi Pekerti

Membangun Sikap Anak di Kelas Budi Pekerti

14 Februari 2018
Kegiatan kelas budi pekerti untuk Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Kecil) yang berlangsung pada 11 Februari 2018, di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -