Mendalami Budaya Humanis Tzu Chi Melalui Kelas Budi Pekerti

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan, Dayar (Tzu Chi Bandung)

doc tzu chi indonesia

Para Xiao Pu Sa belajar gerakan isyarat tangan yang didampingi langsung oleh relawan Tzu Chi.

Bekal hidup dalam membentuk karakter seorang anak agar menjadi lebih baik lagi diterapkan pada Kelas Budi Pekerti (Qin Zi Ban) Tzu Chi Bandung. Selain itu hal ini pun memberikan pendidikan moral bagi anak-anak usia dini. Dengan begitu, kelak dewasa nanti anak-anak telah dibekali prinsip dasar Budaya Humanis Tzu Chi yang mengedepankan Bersyukur (Gan En), menghormati (Zun Zhong) dan mencintai (Ai). Suatu budaya interaksi antar sesama manusia sebagai teladan yang diwariskan turun temurun.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Minggu 14 Januari 2018, berlokasi di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung, di Jln. Jendral Sudirman No 628 Bandung. Sebanyak 10 peserta atau yang disebut dengan Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Kecil) mengikuti kelas budi pekerti ini. Pendidikan moral yang diterapkan bukan hanya bagi anak saja, peran orangtua pun harus dilibatkan. Maka dari itu kelas budi pekerti mengedepankan membangun karakter setiap individu dengan hal-hal kebaikan, mencintai, menghormati dan bersyukur. Kelas Qing Zi Ban bersama-sama mempelajari dan mengalami pendidikan kehidupan.

Pada hari itu, sebagai pembuka, para relawan Tzu Chi mengajak seluruh Xiao Pu Sa beserta orang tuanya memperagakan lagu isyarat tangan yang berjudul Kuaile de Pengyou (Teman yang Berbahagia). Terlihat seluruh peserta begitu antusias memperagakan isyarat tangan yang merupakan budaya humanis Tzu Chi. Setelah itu, relawan Tzu Chi Jakarta yaitu Christine Tjen memberikan pendidikan mengenai bersyukur. Para Xiao Pu Sa harus selalu bersyukur atas kehidupan yang sedang dijalaninya. Saat bekal kehidupan ini sedang diberikan, relawan Tzu Chi Bandung mendampingi para Xiao Pu Sa agar mereka jug dapat mengenal lebih dekat para relawan Tzu Chi.

doc tzu chi indonesia

Relawan Tzu Chi Bandung mengajak Xiao Pu Sa mengucapkan kalimat berbahasa Mandarin.

doc tzu chi indonesia

Felina Sinjaya selaku orangtua dari Ben memperkenalkan diri saat kegiatan kelas budi pekerti sedang berlangsung.

Ketika sesi bermain, para Xiao Pu Sa begitu bergembira bersama relawan Tzu Chi. Tidak hanya sekedar bermain, relawan Tzu Chi juga menerapkan nilai-nilai positif dari permainan yang diberikan kepada Xiao Pu Sa.  Sementara itu di ruang yang berbeda, para orang tua mendapatkan pengetahuan mengenai gerakan lagu isyarat tangan. Di kelas ini orang tua diajarkan makna dari bahasa universal yang diterapkan pada budaya humanis Tzu Chi yang berjudul Shou Qian Shou atau bergandengan tangan. Hal ini pun menjadi tantangan bagi orang tua karena di akhir pertemuan nanti mereka akan tampil di hadapan anaknya.

"Saya sangat senang sekali datang ke Bandung jadi anak-anak bisa mengerti tentang budi pekerti, cara membalas budi kepada orang tua. Dari orang tua sendiri kan tadi belajar bahasa isyarat bisa mengerti tentang kemanusiaan. Buat anak-anak sendiri jadi mengerti tentang balas budi kepada orang tua dan harus berlaku bagaimana di rumah," ucap Felina Sinjaya, orangtua dari Ben.

doc tzu chi indonesia

Para Xiao Pu Sa bermain bersama relawan Tzu Chi. Kegembiraan-pun begitu terasa ketika relawan mengajak berinteraksi dengan anak-anak yang mengikuti kelas budi pekerti.

doc tzu chi indonesia

Tidak hanya sekedar bermain, relawan Tzu Chi juga menerapkan nilai-nilai positif dari permainan yang diberikan kepada Xiao Pu Sa.

Felina menambahkan, bahwa pendidikan moral pada anak-anak sangat baik ditanamkan sejak dini, karena akan berpengaruh ketika dewasa nanti. Bagaimana cara menghargai diri sendiri, orangtua hingga lingkungan, juga beradaptasi, bila pondasinya baik maka hasilnya-pun akan lebih baik.

Hal senada diucapkan oleh relawan Tzu Chi asal Jakarta yaitu, Christine Tjen bahwa pendidikan budi pekerti yang dituangkan kepada anak-anak tak lepas dari budaya humanis Tzu Chi yang sangat mengedepankan bersyukur dan cinta kasih terhadap sesama. "Sebenarnya materinya itu dari Taiwan jadi Taiwan itu sudah buat kurikulum. Ada pendidikan karakter dan pendidikan kehidupan sehari-hari. Kemudian poin sebenarnya kita mau mengajarkan budaya humanis kepada anak-anak, hari ini temanya seperti bersyukur, menghargai diri sendiri dan juga menghormati orang tua, itu poin utamanya," kata Christine.

Christine pun berharap, kelas budi pekerti di Bandung dapat terus berkembang baik dari SDM (Sumber Daya Manusia) pengajarnya, juga para Xiao Pu Sa-nya terutama para relawan. ”Sebagai langkah awal belasan orangtua ini sudah sangat bagus dan nanti kalau bisa bertambah puluhan orang. itu akan lebih bagus lagi," lengkapnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Para Xiao Pu Sa bermain bersama relawan Tzu Chi. Kegembiraan-pun begitu terasa ketika relawan mengajak berinteraksi dengan anak-anak yang mengikuti kelas budi pekerti.

Artikel Terkait

Semangat Membimbing Para Bodhisatwa Cilik

Semangat Membimbing Para Bodhisatwa Cilik

28 Februari 2020
Melihat materi yang ditampilkan di kelas orang tua, Mariany, orang tua dari salah satu siswa Kelas Budi Pekerti terkesan. Ternyata tidak hanya anak-anak saja yang perlu bimbingan, para orang tua pun butuh hal yang sama sehingga mempunyai pemahaman yang sesuai.
Menghargai Diri Sendiri

Menghargai Diri Sendiri

02 Oktober 2020

Para xiao phu sa diajak untuk menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita tidak harus pandai dalam segala hal. Apa yang menjadi kekurangan kita, harus kita pelajari sehingga kita bisa. Dan apa yang menjadi kelebihan kita, harus kita kembangkan lagi dengan lebih berguna.

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti : Ajarang Jing Si yang diterapkan dalam Keseharian

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti : Ajarang Jing Si yang diterapkan dalam Keseharian

28 Oktober 2015 Kamp Bimbingan Kelas Budi Pekerti Erdongban selama 2 hari (24-25 Oktober 2015) meninggalkan banyak kesan bagi murid-murid. Tidak hanya kesan, tetapi niat untuk berubah yang dimulai dari diri sendiri pun mulai terbentuk.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -