Menebar Cinta Kasih

Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara)

Relawan Tzu Chi He Qi Utara kembali menebarkan cinta kasih melalui kegiatan Ai Sa yang diadakan pada hari Minggu, 27 April 2014 di Kenari PIK, Jakarta.

“Orang yang paling berbahagia adalah orang yang hatinya penuh cinta kasih,” kata perenungan Master Cheng Yen.

Perjuangan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk mengalang para bodhisatwa baru tidak akan pernah berhenti, salah satu upayanya adalah mengadakan kegiatan Ai Sa (menebarkan cinta). Relawan Tzu Chi He Qi utara saat ini berkesempatan untuk mengadakan Ai Sa di kawasan perumahan Bukit Golf Mediterania (Kenari) Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Sebelum kegiatan dilaksanakan segala hal yang diperlukan untuk mendukung suksesnya acara ini selalu dilakukan termasuk meeting persiapan dan pembagian undangan Ai Sa. Pembagian Undangan Ai Sa kepada warga dilaksanakan pada tanggal 17 April 2014. Relawan He Qi Utara sangat Yong Xin (bersungguh hati) untuk mendukung suksesnya acara ini. Terlihat 59 orang relawan yang hadir bersatu padu sehingga acara ini ternyata dapat berjalan lancar dan lebih cepat dari yang telah dijadwalkan. Saat membagikan undagan kami tidak menemui hambatan atapun kendala, warga setempat sepertinya sudah mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi. Mungkin karena daerah ini letaknya berdekatan dengan Tzu Chi Center (Jing Si Tang). Ketika kami mengunjungi rumah para warga, semua menyambut kami dengan baik. Ada beberapa dari warga yang memiliki anak berusia balita menayakan kepada kami mengenai sekolah Tzu Chi PIK dan ketika tim saya membagikan undangan pada salah satu rumah, kami disambut sangat ramah  ternyata Shijie tersebut merupakan adik ipar dari Anna Tukimin Shijie yang saat ini menjadi ketua Hu Ai Jelambar, senang rasanya pembagian undangan ini berjalan dengan baik dan lancar.

Hari ini tanggal 27 April 2014, tibalah saatnya pelaksanaan kegiatan Ai Sa, jam tiga sore saya bergegas dari Jing Si Tang, PIK mengikuti kegiatan camp Zhen Shan Mei yang belum selesai menuju Kenari PIK. Perjalanan menuju Kenari PIK tidak memakan waktu yang cukup lama karena jarak perjalanan yang saya tempuh bersama teman-teman tidak jauh, ada sedikit kekhawatiran saya melihat kondisi cuaca walaupun tidak mendung tetapi langit sendiri tidak berwarna biru yang menunjukan cerah, apalagi kegiatan ini dilaksanakan di tempat yang terbuka. Begitu kami sampai persiapan sudah hampir rampung, meja-meja sudah ditata dengan rapi, sound system sudah stand by, banner Tzu Chi sudah terpasang di depan bersebelahan dengan meja tempat diletakannya infocus, tempat ini walaupun tidak terlalu besar tetapi dengan hamparan rumput hijau menambah asri dan sedikit pepohonan memberikan kesejukan udara bagi penghuni sekitar sini layaknya sebuah taman terbuka keluarga dimana sore hari sebuah keluarga dapat bersantai menikmati matahari terbenam dengan putra atau putrinya bermain sepeda mengelilingi taman ini. Sungguh sangat cocok tempat ini untuk diadakan kegiatan gathering. Relawan yang hadir hari ini sepertinya sudah siap dengan tugasnya masing-masing, tampak wajah-wajah ceria yang akan menyambut para warga Kenari yang akan hadir pada hari ini.


Sudarman Koh Shixiong menceritakan kisah perjalanannya hidup dan jalinan jodohnya menjadi relawan Tzu Chi bersama keluarganya.


Kebahagiaan terpancar dari para relawan yang telah berbagi cinta kasih kepada warga Kenari PIK.

Satu-persatu para warga Kenari mulai berdatangan dan begitu jam menunjukan pukul empat sore Mei Rong Shijie dan Martha Khosyahri Shijie yang segera membuka acara. “Selamat sore semua,” sapa mereka berdua kepada semua yang hadir tak lupa menggunakan krim Tzu Chi yang selalu diajarkan kepada kami semua yakni senyum. “Karena hari ini temanya adalah kehidupan bahagia kami ingin menanyakan kepada Bapak dan Ibu semua yang hadir menurut bapak dan ibu sendiri apa arti dari kehidupan bahagia”.  Sambil berjalan ke arah tamu yang hadir Martha Shijie memberikan microfon kepada salah tamu “kehidupan yang bahagia buat saya adalah memiliki kesehatan,” jawab salah seorang tamu yang hadir.

Ada peserta yang memberikan sedikit kejutan kepada kami semua , “kehidupan yang bahagia adalah bebas dari samsara (bebas dari penderitaan) ” dengan spontan dan tak terduga, yah itulah jawaban dari seorang anak yang berusia kurang lebih sepuluh tahun, kontan semua para hadiri memberikan tepuk tangan yang meriah. “Penuh filosofi,” Mei Rong Shijie memberikan pujian kepada jawaban tersebut. Saya sendiri sungguh sangat terinspirasi karena jawaban anak tersebut sangat kental dengan ajaran agama Buddha yang mengajarkan bahwa kehidupan ini diliputi oleh samsara atau penderitaan.

Tanpa sharing dari relawan sepertinya tak akan lengkap, kesempatan hari ini tak disia-siakan oleh dua orang relawan yang mau berbagi pengalaman, yang pertama sharing adalah Sudarman Koh Shixiong, perkenalannya dengan Tzu Chi dimulai tahun 2002 dari tantenya Herlina Shijie dan di tahun 2002 pula ia juga menjadi donatur tetap Tzu Chi. Meskipun demikian untuk menjadi relawan belum terlaksana karena ia pernah berada di luar kota untuk beberapa saat ditambah ia sendiri mengalami kegagalan dalam usahanya, dan sempat mengalami down namun akhirnya ia bisa bangkit apalagi ia teringat kata perenungan dari Master Cheng Yen, Sukses terbesar adalah mampu bangkit dari kegagalan kegagalan memberikan pelajaran yang sangat berarti dalam hidupnya terutama memberikan kekuatan dan belajar bersikap rendah hari. Di tahun 2007 ia mulai melangkahkan diri menjadi relawan dan kebetulan memperoleh kesempatan di bimbing oleh salah seorang relawan senior dari negeri Malaysia Ji Shou Shixiong dan di tahun 2008, ia dilantik menjadi relawan biru putih.


Relawan Tzu Chi dengan ramah tamah menampilkan keindahan budaya humanis yang disambut baik oleh warga Kenari PIK.


Relawan menampilkan isyarat tangan “Ren Shi Ni Zhen Hao” untuk menyambut para warga sekitar PIK Kenari yang hadir.

Sudarman Koh Shixiong sebenarnya belum lama tinggal di kawasan PIK sebelumnya ia sekeluarga tinggal di daerah Kelapa Gading, karena kebutuhan pendidikan untuk putrinya dan ia sangat mempercayakan pendidikan kepada Sekolah Tzu Chi PIK ia memutuskan memasukan putrinya ke Sekolah Tzu Chi PIK. Awal pertama ia tidak terlalu mempermasalahkan kondisi jarak rumahnya dengan sekolah tetapi setelah beberapa saat melihat putrinya harus bangun pagi sekali dan pulang sekolah sampai di rumah sekitar jam delapan malam, ia pun khawatir terlalu jauh perjalanan yang harus ditempuh akan menyebakan putrinya terlalu lelah, tahun 2014 ini ia memutuskan tinggal dikawasan PIK. Setelah tinggal di kawasan PIK yang dekat dengan Jing Si Tang PIK ia beserta anak, istrinya yang juga sudah menjadi relawan kini mempunyai waktu lebih selain bisa mengikuti kegiatan Tzu Chi juga bisa mengikuti kelas budaya humanis yang diselengarakan Tzu Chi, aktifitasnya sehari-hari dari Senin hingga Minggu adalah di Jing Si Tang, PIK.

Yuli Natalia Shijie yang saat ini adalah ketua Hu Ai PIK turut memberikan sharing hari ini. Ia mengenal Tzu Chi sudah sepuluh tahun, dan suaminya yang sudah bergabung menjadi relawan telah dikaruniai satu orang putra dan dua orang putri yang juga mengikuti kegiatan Tzu Chi. Bisa dikatakan keluarganya adalah keluarga Tzu Chi. Dalam sharing-nya ia sangat berterima kasih terhadap besarnya peran serta warga kawasan PIK karena ketika tahun 2013 Jakarta tertimpa bencana. Bantuan warga kawasan PIK memberikan konstribusi terbesar karena memang letak warga kawasan  PIK yang sangat dekat dengan Jing Si Tang PIK.  Kedepannya ia mengharapkan dukungan lebih besar lagi dari warga kawasan PIK terhadap keberadaan Tzu Chi, turut serta bersama-sama Tzu Chi melakukan kebajikan dan menanggulangi bencana. Pada kegiatan Ai Sa kali ini relawan Tzu Chi menampilkan isyarat tangan dengan lagu “Ren Shi Ni Zhen Hao” untuk menyambut para warga yang sudah berkenan hadir mengikuti serangakaian acara ini.

Di akhir acara kami memperoleh kesempatan berbincang-bincang dengan dua orang pejabat setempat yang telah memberikan dukungan terhadap kegiatan ini. Pertama pak Martin Wiganda sebagai RW 06 Kelurahan Kamal Muara mengatakan, “Saya mengharapkan agar warga bisa lebih memahami kegiatan Tzu Chi dan mau berpartisipasi juga warga yang lain tergugah untuk ikut, Tzu Chi menolong tanpa pamrih, dari keinginan hati,“ ujarnya kepada kami. Pak Martin sendiri walaupun belum bisa menjadi relawan saat ini sudah menjadi donatur dan membantu dalam lingkungan sekitarnya, ia juga pernah mengikuti tour keliling Jing Si Tang. Yang kedua adalah Pak Yudi Hendra yang merupakan RT 05 “anak saya sekolah di Tzu Chi sekarang kelas 2 SD. Saya juga pernah berkunjung ke Tzu Chi dan sangat mendukung Tzu Chi. Saya juga telah menjadi donatur Tzu Chi “ ungkapnya. Ia juga menceritakan kepada kami bahwa di sini sampah sudah dikelola dengan sangat baik, tak ada masalah ketika kami menanyakan perihal sampah. Terima kasih Pak RT dan Pak RW atas dukungannya terhadap Tzu Chi semoga saat kita berjumpa kembali sudah menjadi relawan menutup perbincangan kami.

Selama acara berlangsung meskipun cuaca kondisinya tidak terlalu cerah syukurlah semua berjalan dengan baik dan lancar, tidak terjadi hujan karena memang kegiatan ini dilaksanakan diruangan terbuka yang membuat kami semua cemas khawatir akan turun hujan,  semua relawan telah bersatu hati bergotong royong mendukung suksesnya kegiatan ini juga dukungan dari semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu. semoga sukses acara ini akan disusul dengan sukses kedepannya untuk banyak menggalang bodhisatwa-bodhisatwa baru bermunculan, Gan En.


Artikel Terkait

Jurnalisme Empati Sebagai Sarana Memberikan Pendidikan

Jurnalisme Empati Sebagai Sarana Memberikan Pendidikan

05 Desember 2016

Jurnalisme Empati yang merupakan salah satu metode penulisan dengan cara memandang jurnalisme dari sisi narasumber menjadi topik seminar yang membuka Festival Budaya Humanis Tzu Chi, di Tzu Chi Center, Minggu Desember 2016. Materi ini dibawakan oleh wartawan senior Harian Kompas, Maria Hartiningsih.

HUT Tzu Chi ke-25: Rasa Sebagai Satu Keluarga

HUT Tzu Chi ke-25: Rasa Sebagai Satu Keluarga

12 September 2018
Rasa satu keluarga ditunjukkan para santriwati Pondok Pesantren Nurul Iman yang ikut memperagakan lagu isyarat tangan Satu Keluarga. Mereka berlatih serius agar dapat menampilkan pertunjukan yang sempurna dalam perayaan HUT Tzu Chi Indonesia ke-25 pada 8 dan 9 September 2018 di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara.
Kiai Said Ungkap Kekagumannya kepada DAAI TV di Taiwan

Kiai Said Ungkap Kekagumannya kepada DAAI TV di Taiwan

18 April 2018
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam kunjunganya ke Kantor DAAI TV di Taiwan, Selasa (17/4) mengungkapkan kekagumanya akan capaian Tzu Chi dalam berbagai bidang. Termasuk di bidang kesehatan, pendidikan dan juga media dengan tumbuh berkembangnya DAAI TV dalam skala international.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -