Meneladani Jejak Langkah Master Cheng Yen

Jurnalis : Stephen Ang, Sufenny (He Qi Utara), Fotografer : Teksan Luis, Stephen Ang (He Qi Utara)

Pelatihan Abu Putih

Metode interaktif pada pelatihan relawan Abu Putih kedua He Qi Utara di tahun 2015 ini mengajak para peserta untuk mempelajari setiap misi dan visi Tzu Chi yang terpampang di setiap sudut Aula Jing Si.

Dalam menjalani visi-misi Tzu Chi, sangatlah penting bagi setiap relawan untuk memahami perjalanan Master Cheng Yen dari awal keberadaan Yayasan Buddha Tzu Chi hingga saat ini. Oleh karena itu, pada hari Minggu, 22 Maret 2015, relawan komunitas He Qi Utara kembali mengadakan pelatihan relawan Abu Putih yang kedua. Sejak pukul tujuh pagi, para panitia telah bersiap-siap di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta untuk menyambut kedatangan peserta. Sebanyak 143 relawan mengikuti pelatihan kali ini dan bukan hanya terdiri dari relawan He Qi Utara, melainkan juga relawan dari He Qi Pusat, He Qi Selatan, dan Tzu Chi Tangerang.

Pada kesempatan ini, para relawan diajak untuk menyaksikan kisah awal kehidupan Master Cheng Yen sejak kecil. Master Cheng Yen merupakan seorang anak yang rajin belajar dan membantu semua pekerjaan rumah. Bahkan ketika ibunya sakit, Master Cheng Yen selalu merawat dan giat berdoa untuk kesembuhan ibunya. Suatu hari kematian ayahnya yang secara tiba-tiba membuat Master Cheng Yen menyadari akan ketidakkekalan hidup. Proses perjalanan Master Cheng Yen menjadi seorang bhiksuni dan mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di Hualien, Taiwan juga tidaklah mudah. Walau penuh dengan rintangan, Master Cheng Yen selalu memegang teguh tekadnya, menjadikan dirinya sebagai teladan.

Pindi Kisata, relawan Tzu Chi yang juga aktif mengikuti Xun Fa Xiang (Menghirup Keharuman Dharma di Pagi Hari) di Tzu Chi Center mengaku terharu melihat bagaimana Master Cheng Yen menghadapi begitu banyak penderitaan, membangun Tzu Chi, dan bisa menginspirasi begitu banyak orang.

Pelatihan Abu Putih

Setelah mendengarkan sharing dari pembawa materi, peserta Pelatihan Relawan Abu Putih juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan menceritakan kembali apa yang telah dipelajarinya.

“Kita jadi bertanya pada diri  sendiri apa sebenarnya makna kita hidup? Hidup yang begitu lengkap, baik, bisa hilang tiba-tiba. Tentu ini menimbulkan sebuah pertanyaan yang mendasar. Tujuan kita hidup apa? Untuk apa kita  berjuang? Nah, saya rasa, kejadian yang dialami Master Cheng Yen telah membuka sebuah pertanyaan besar dalam  hidupnya  yang  juga  tentunya  ini  mengarahkan  beliau menjalani  kehidupan seperti sekarang, dengan tekun terus berjuang untuk mengembangkan misi-misi Tzu Chi,” ungkap Pindi.

Melakukan pekerjaan kasar dan membuat kerajinan tangan untuk bertahan hidup merupakan tradisi para penghuni Griya Jing Si selama lima puluh tahun ini. Dalam kondisi yang serba kekurangan itu, Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi yang diberi nama pada awalnya Badan Amal “Ke Nan” Tzu Chi. Hingga saat ini, para penghuni Griya Jing Si masih tetap berpegang pada semangat kemandirian dan tidak pernah berubah. Mengikuti langkah Master Cheng Yen tidaklah mudah. Baik bhiksuni maupun muridnya yang semuanya memegang teguh pada prinsip “sehari tidak bekerja sehari tidak makan”. Setiap hari, mulai dari pukul 3 pagi setiap penghuni Griya Jing Si telah mulai beraktivitas hingga malam hari untuk mendukung kehidupan di Griya Jing Si. Dengan semangat inilah setiap orang saling menyatukan hati dan kekuatan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Pelatihan Abu Putih

Cindy Lie (paling kanan) sangat bersyukur bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi dan bertekad meneladani ajaran Master Cheng Yen.

Cindy Lie, salah satu relawan yang hadir mengikuti pelatihan relawan Abu Putih ini menuturkan bahwa dia terinspirasi oleh semangat Master Cheng Yen. “Terus  terang  saja,  selama  ini  saya  sangat  sangat  kagum sekali  kepada  guru  kita, Master Cheng Yen. Semangat beliau luar biasa, pantang menyerah, belajar, dan belajar terus. Master Cheng Yen yang usianya sudah lanjut, dari muda tidak pernah sekalipun berdiam diri. Mengabdikan  seluruh hidupnya untuk menolong semua makhluk,” tutur Cindy Lie.

Setelah mengikuti pelatihan, para relawan diharapkan dapat memahami prinsip kehidupan yang dijalankan oleh Master Cheng Yen dan Shifu Griya Jing Si yaitu kè jǐ fù lǐ (Mengendalikan Diri dan Mengembalikan Nilai Luhur Kesopanan). Dengan menjalankan hidup sederhana dan menahan nafsu diri sendiri, kita telah menghargai berkah yang ada. Dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan, kita seyogyanya memegang teguh aturan dan nilai tata krama. Dimulai dari diri sendiri, barulah dapat mempengaruhi yang lain untuk bersama-sama mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen di jalan Bodhisatwa ini.


Artikel Terkait

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -