Mengawali Tahun Ajaran Baru di Tzu Chi Center
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariMPLS merupakan konsep baru dari masa orientasi siswa. Hal ini dilakukan setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan secara resmi menggantikan masa orientasi siswa (MOS) dengan konsep pengenalan lingkungan sekolah yang diterbitkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa Baru. Apabila MOS lebih dianggap sebagai ajang pelonco dan bullying, maka MPLS yang sesuai dengan namanya merupakan satu wadah pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa yang pastinya diisi dengan berbagai kegiatan positif.
Kepala SMA Ehipassiko School Roch Aksiadi S.Ag., S.T menuturkan bahwa pihak sekolah ingin memperkenalkan siswa/siswi mereka dengan berbagai hal positif di Tzu Chi. “Kami ingin memperdalam pelajaran budi pekerti dan aksi pelestarian lingkungan dari para siswa,” ucap Adi. “Kami nanti juga ingin mengadaptasi hal-hal positif ini dan kami terapkan di sekolah,” imbuhnya.
Salah satu siswi yang tampak antusias adalah Hanni Thenadiputto, XI-IPA. Ia mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke Tzu Chi bersama orang tuanya, namun ia menambahkan bahwa masih terbersit rasa penasaran setiap kali menginjakkan kaki di gedung berlantai 8 ini. “Saya penasaran dan berharap bisa belajar budi pekerti di sini,” tuturnya.
Siswi berusia 16 tahun tersebut merasa senang karena MOS yang kini sudah berganti konsep menjadi MPLS bisa diisi dengan hal positif, termasuk bisa berkunjung ke Tzu Chi Center. Sebelumnya, ia pun pernah mempunyai pengalaman MOS yang kurang berkenan. “Dulu pernah sih diminta pakai topi dari bola plastik yang dilapisi kertas minyak. Memang ngerjainnya nggak seberapa, tapi rasanya aneh dan nggak bermanfaat,” ucapnya.
Ia merasa bahwa MPLS yang ia ikuti kali ini berbeda dan terasa banyak manfaat. “Melalui MPLS di Tzu Chi ini kami dikenalkan dengan dunia kerelawanan, sosial, membantu orang, ada dunia broadcast juga. Kami juga diajarkan untuk saling menghormati karena manusia itu sama. Perbedaan memang ada, tapi tidak untuk membeda-bedakan,” tutur Hanni.
Roch Aksiadi pun senang karena sambutan siswa dan relawan Tzu Chi sama-sama positif. Kedepannya ia mengharap bimbingan dari Tzu Chi untuk dapat mewujudkan apa yang ingin ia capai yaitu pendalaman pendidikan budi pekerti serta aksi pelestarian lingkungan.
Artikel Terkait
Melatih dan Membina Insan Tzu Chi Makassar
16 November 2016Minggu, 13 November 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Makassar mengadakan training relawan biru putih dan abu putih. Kegiatan ini diikuti oleh 45 peserta dengan tujuan agar para relawan memiliki pedoman dan pondasi saat terjun dalam setiap kegiatan Tzu Chi.
Mengucap Syukur dan Berbagi Kebahagiaan di Penghujung Tahun 2014
31 Desember 2014Guna mengakrabkan suasana, relawan dan adik-adik membagi team dengan huruf depan yang sama dalam waktu satu menit dan melakukan sesi perkenalan dalam satu grup. Ketika sesi berlangsung mereka diiringi dengan musik yang semangat selain itu serunya mencari anggota dengan mempunyai huruf depan yang sama dan membuat lingkaran menambah kehangatan.
Gathering Olahraga Keluarga Besar di Tahun ke-2
02 Desember 2016Pekan olahraga Tzu Chi 2016 dimulai pada 8 November 2016 dan diikuti oleh keluarga besar karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Final Pekan Olahraga Tzu Chi 2016 yang diadakan serentak di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk pada Sabtu, 26 November 2016 ini mempertandingkan 6 cabang olahraga.