Mengembangkan Jiwa Kebijaksanaan

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara)

Sabtu,13 September 2014, 62 relawan berkumpul di Gedung DAAI Lantai 1 untuk bersama-sama mendengar sharing dari Jishou, seorang relawan asal Malaysia

Master Cheng Yen pernah mengungkapkan kekhawatirannya akan mandeknya pertumbuhan jiwa kebijaksanaan murid-muridnya. Sehingga Master Cheng Yen menghimbau murid-muridnya untuk mendengarkan Dharma setiap hari melalui Xun Fa Xiang. Secara harfiah Xun Fa Xiang berarti menghirup keharuman dharma. Setiap hari kecuali tanggal 1 dan 15 penanggalan imlek, insan Tzu Chi berkumpul untuk mendengarkan Xun Fa Xiang. Dengan rutin mendengarkan Dharma di pagi hari diharap dapat mengembangkan jiwa kebijaksanaan insan Tzu Chi.

Sabtu, 13 September 2014 bertempat di Gedung DAAI Lantai 1 diadakan sesi sharing oleh komunitas relawan Hu Ai Pantai Indah Kapuk. Salah seorang insan Tzu Chi asal Malaysia, Jishou yang sudah lama menjadi relawan berkesempatan membagikan pengalamannya dalam sharing ini. Sharing yang mengangkat tema Xun Fa Xiang, Zhang Hui MingMenghirup Keharuman Dharma, Mengembangkan Jiwa Kebijaksanaan ini dihadiri oleh 62 relawan.

Sharing ini mengangkat Xun Fa Xiang, Zhang Hui MingMenghirup Keharuman Dharma, Mengembangkan Jiwa Kebijaksanaan. Hal ini untuk membagikan pengalaman Jishou mengenai manfaat mendengarkan Xun Fa Xiang

Jishou mengungkapkan kebahagiaannya karena terlahir di zaman yang sama dengan Master Cheng Yen sehingga dapat berinteraksi langsung. Selain itu, dia juga menekankan pentingnya Xun Fa Xiang sebagai sarana melatih dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen bahwa Tzu Chi adalah ladang pelatihan batin. Dengan mengikuti kegiatan Tzu Chi dan menjalankan 4 misi utama bertujuan mendapat kebahagiaan secara lahir dan batin. Lebih lanjut, Jishou mengibaratkan Tzu Chi dan diri sebagai palu dan paku. “Datang ke Tzu Chi, dapat palu, pakunya di mana? Pakunya ada di kehidupan kita, bukan di Tzu Chi. Datang Tzu Chi cari palu, dapat palu, pulang rumah lalu ketok pakunya,” ungkapnya. Dijelaskan arti dari perumpaan tersebut bahwa Tzu Chi merupakan tempat untuk mencari cara mengatasi masalah. Setelah mengetahui caranya kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jishou menganalogikan Tzu Chi sebagai tempat untuk mendapatkan metode atau cara yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Jishou membagikan pengalamannya ketika dia melakukan kunjungan kasih ke panti jompo. Di sana dia berbicara sambil memegang tangan seorang wanita lansia dengan penuh perhatian. Seketika wanita tersebut merasa bahagia. Saat itu Jishou menyadari bahwa ia tidak pernah sekalipun memegang tangan mertuanya dengan cara seperti itu. Sepulangnya, dia mulai mempraktekkan hal tersebut dengan berbicara dan memegang tangan mertuanya.


Artikel Terkait

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -