Mengenang Kisah Tzu Chi
Jurnalis : Lina Karni Lukman (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Hok Lay Shixiong juga mendapatkan berkah untuk membawakan materi yang sangat bagus, yaitu ”Kisah Perjalanan Hidup Master Cheng Yen” mulai dari awal Master dilahirkan pada 14 Mei 1937 di Ching Sui, Taiwan sampai ketika Yayasan Buddha Tzu Chi didirikan pada tanggal 14 Mei 1966. ”Master mempunyai banyak kelebihan dan kita sebagai murid harus mendengarkan kata-kata Beliau,” ujar Hok Lay Shixiong. Ia juga menjelaskan bahwa ”Walaupun Master hidup dalam kekurangan tetapi Master sangat menekankan prinsip hidup kemandirian, yaitu Sehari tidak bekerja, sehari tidak makan, Karena Master tidak menerima persembahan apapun, jadi bagaimana kita sebagai murid memberikan dukungan kepada Guru kita? Master Cheng Yen mendapatkan royalti dari penjualan buku yang beliau tulis, namun Master tidak menggunakan royalti tersebut untuknya pribadi. Setiap akhir tahun kita semua menerimaAngpao dari Master Cheng Yen. Walaupun jumlahnya tidak seberapa, hanya 5 NTD saja, tetapi itu adalah berkah yang diberikan Master kepada murid-muridnya, dan uang 5 sen tersebut berasal dari royalti yang beliau terima. Hok Lay Shixiong menambahkan, “Master mengatakan walaupun kita benar, kita harus siap untuk meminta maaf, apalagi kalau kita salah harus lebih siap lagi untuk meminta maaf. Master selalu menyebut kita semua adalah Bodhisatwa Hidup, lalu orang seperti apa yang bisa menjadi Bodhisatwa? Orang bisa membantu orang lain dan orang yang penuh dengan kasih sayang adalah Bodhisatwa. Dunia Tzu Chi adalah tempat untuk berkumpulnya orang-orang yang mau untuk belajar, penuh Cinta Kasih dan suka menolong, tempat kita bersama-sama melakukan kebajikan”.
Keterangan :
”Segala hal berasal dari satu tekad, di mulai dengan satu benih dari Master, yaitu bersukacita dalam bersumbangsih sehingga bisa mewujudkan cita-cita mulia, menciptakan Dunia Tzu Chi,” ujar Hok Lay Shixiong yang mengakhiri sharing-nya dengan kata-kata ”Cinta Kasih Universal Mencemerlangkan Dunia”. Fonny Shijie yang membawakan tema berikutnya yaitu Kisah Tzu Chi, memulai dengan pengertian dari kata Tzu Chi, 慈 (Tzu) = Welas Asih dan 濟 (Chi) = Melenyapkan Penderitaan, jadi Tzu Chi dapat berarti, ”Dengan welas asih menyelamatkan dunia”. Fonny Shijie juga menjelaskan visi dan misi, serta arti dari logo Tzu Chi. ”Di Tzu Chi kita memberi dengan Cinta Kasih yang artinya dengan memberikan bantuan, kita bisa mengembangkan Cinta Kasih kita”, kata Fonny Shijie. Setelah itu Juliana Shijie membawakan tema topik ”Jalinan Jodoh Tzu Chi di Indonesia”. JulianaShijie menjelaskan dengan sangat terperinci tentang bagaimana Tzu Chi ada dan berkembang di Indonesia. Dengan suaranya yang ramah, Juliana Shijie mengajak semua relawan baik yang masih aktif pada saat ini untuk mengajak relawan yang sedang dalam masa tidak aktif untuk bersama-sama ikut serta dalam pelaksanaan peresmian Aula Jing Si pada tanggal 7 Oktober 2012 yang merupakan momen bersejarah bagi kita semua, karena selama 18 tahun Tzu Chi Indonesia berdiri akhrinya kita memiliki rumahsendiri. Membuat Hidup Kita Lebih Berarti.
Keterangan :
”Master mengatakan bahwa hidup ini singkat dan bila ada kesempatan gunakanlah untuk berbuat kebajikan, jangan hanya berpangku tangan saja. Berbuat kebajikan haruslah ditambah dengan Kebijaksanaan, dan saat ini kita sedang membuat catatan hidup, jadi buatlah catatan hidup kita menjadi lebih berarti,” ujar Po San Shixiong. ”Di Tzu Chi kita sering mendengarkan Dharma tapi kalau hanya didengar saja itu tidaklah cukup, Dharma selain didengar juga harus dipraktikkan. Kalau kita berbuat kebajikan baru mendapatkan 10 persen saja, akan bertambah 30 persen kalau kita juga bisa membuat hidup orang yang kita bantu menjadi lebih bermakna, dan akan menjadi 100 persen dengan tambahan 60 persen yang lebih besar kalau kita juga bisa merubah hidup kita sendiri menjadi lebih baik, tetapi darimana tambahan 60 persen itu? Tambahan itu adalah dari kebijaksanaan. Tetapi kalau kita merasa sudah hebat karena telah menolong orang lain itu menandakan kita sudah terjebak kedalam ego dan itu akan membuat kita bukannya mendapatkan 10 persen tetapi malah berkurang 10 persen, dan akan berkurang 30 persen kalau apa yang kita lakukan itu diikuti oleh orang lain agar ia menjadi terkenal seperti kita, dan akan bertambah lengkap menjadi 100 persen kalau diri kita sendiri juga berubah menjadi sombong,” Jelas Po San Shixiong yang didengarkan dengan seksama oleh semua relawan. ”Dalam hidup ini kita haruslah selalu bersyukur, puas diri, saling menghargai, dan saling toleransi. Manfaatkan tubuh yang diberikan kepada kita ini untuk berbuat kebajikan, janganlah merusak tubuh ini dengan kebiasaan yang tidak baik, seperti merokok, minum alkohol dan sebagainya,” tambah Po San Shixiong yang sebelum mengakhiri sharing-nya sempat memperkenalkan buku Master edisi bahasa Indonesia yang terbaru yaitu ‘’Pedoman Guru Humanis’’ kepada semua relawan. Mendengar setiap materi yang dibagikan oleh pembicara membuat ingatan kita segar kembali, dan semoga dengan mengikuti pendalaman prinsip 4 in 1 ini setiap relawan fungsional diharapkan dapat terus menggenggam berkah dan menjalin jodoh yang baik dengan sesama. |
| ||
Artikel Terkait

Misi Mustahil yang Menyentuh Hati
01 Agustus 2025Karyawan DAAI TV dan relawan Tzu Chi mengikuti kegiatan Belajar Bersama yang merupakan program bulanan (25/7/2025). Bertemakan Mission Impossible, kegiatan ini menggugah kesadaran akan pentingnya menebar Dharma dan welas asih di tengah dunia yang penuh gejolak.
Belajar Memanfaatkan Waktu
03 April 2018Memasuki minggu keempat di bulan Maret 2018, komunitas He Qi Utara 2 kembali mengadakan kelas budi pekerti Tzu Chi dengan mengusung tema Memanfaatkan Waktu. Para murid diajak untuk belajar menentukan mana saja kegiatan yang seharusnya menjadi prioritas untuk didahulukan.

Berbagi Buku, Penunjang Masa Depan
30 Desember 2022Kebutuhan buku menjadi hal yang penting untuk menunjang proses belajar di sekolah. Hal ini yang mendasari relawan Xie Li Kalimantan Tengah (Kalteng) 2 membantu pengadaan buku di perpustakaan SDN 1 Desa Sebabi, Kecamatan Batu Ampar, Kalimantan Tengah.