Menggenggam Kesempatan Bersumbangsih

Jurnalis : Teddy Lianto, Yuliati, Fammy Kosasih (He Qi Timur), Fotografer : Arimami Suryo A, Edi, Ong Tjandra (He Qi Barat), Halim Kusin (He Qi Barat), Philip (He Qi Barat)


Liu Sumei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Ketua Umum TIMA Indonesia, Sugianto Kusuma melantik anggota TIMA baru pada Minggu sore, 19 November 2017.

Pelantikan anggota baru Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia tahun 2017 menjadi serangkaian acara dalam HUT TIMA yang ke-15. Dibagi ke dalam dua barisan, 103 anggota TIMA baru yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, analis laboratorium, apoteker, asisten apoteker, dan teknisi elektromedik ini dilantik oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Sumei dan Ketua Umum TIMA Indonesia, Sugianto Kusuma.

Pelantikan anggota baru dilaksanakan pada Minggu sore, 19 November 2017. Sebelum dilantik, para peserta mengikuti kegiatan sosialisasi TIMA, dengan harapan mereka dapat lebih memahami apa yang dicita-citakan Tzu Chi ketika mendirikan TIMA.

Berbagai imbauan, informasi diberikan sehingga para anggota makin kenal dan paham ke mana arah mereka selama bergabung di TIMA. Tidak hanya imbauan, tetapi dalam acara ini para relawan yang sudah bergabung lama, mewariskan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para anggota baru yang hadir dalam acara.

Ibarat Tumbu Ketemu Tutup

Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, hadir Dra. M.M. Mien Sumirah, Apt  dan Dra. Nuraini Kusumadi, Apt. Pasalnya mereka berdua hari itu akan dilantik menjadi anggota TIMA setelah satu tahun aktif berkegiatan di TIMA. Pada tahun 2016 Mien Sumirah dan Nuraini bergabung dengan TIMA. Mereka bergabung dengan harapan di usia mereka yang sudah lansia, dapat berbagi pengetahuan kepada masyarakat luas.

Pada awal bergabung di TIMA, mereka mengira mereka hanya mau jadi asisten Apoteker, mengerjakan resep yang diberikan oleh dokter di setiap kegiatan baksos degeneratif. Tapi mereka berpikir jika terus hanya menjadi asisten apoteker, mereka pun pasti merasa bosan. Berhubung ia dan Nuraini ingin memberikan banyak manfaat ke pasien, maka pada baksos degeneratif selanjutnya, mereka pun bergabung di bagian (KIE) Konsultasi Informasi dan Edukasi, memberikan informasi DAGUSIBU kepada pasien. Seperti memberikan pemahaman cara pemakaian dan cara membuang obat agar tidak merusak lingkungan. 

Pemukulan genderang yang dilakukan oleh 18 tim medis TIMA, membuka acara HUT TIMA ke-15 pada hari itu.

doc tzu chi

Liu Su Mei menyematkan namateg kepada anggota baru TIMA dan memberikan doanya yang tulus kepada para anggota yang dilantik untuk terus aktif sehingga kelak masyarakat menjadi lebih sehat dan sejahtera.

“Makanya dengan bergabung dengan TIMA, saya seperti merasa Tumbu ketemu tutup (menemukan kecocokan). Apa yang saya dapat dari keahlian saya bisa saya share lagi untuk banyak orang sehingga makin banyak orang yang paham mengenai cara pemakaian dan membuang obat yang baik sehingga tidak merugikan masyarakat,” tutur Mien Sumirah lulusan farmasi dari Universitas Indonesia tahun 1981 ini.

Tidak hanya itu, Mien Sumirah juga merasa setelah ikut aktif di TIMA ia semakin mendapat banyak informasi mengenai pola makan yang sehat dan berimbang. “Makanya saya merasa berjodoh baik di TIMA, karena disosialisasi ini saya dapat lagi pendidikan seperti bervegetaris, pola makan yang sehat sesuai dengan apa yagn saya impikan,” jelas Mien sumirah dengan sumringah.

Senada dengan Mien sumirah, Dra. Nuraini Kusumadi, Apt yang prihatin dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pemakaian obat, berupaya meluruskan cara pemakaian obat yang baik sehingga masyarakat dapat terhindar dari efek samping yang buruk dari obat yang mereka konsumsi. Manfaat positif lain dengan aktif di TIMA, Nuraini juga merasa dia menjadi lebih peka dalam memahami penderitaan pasien yang datang berobat.

“Awalnya hanya ingin sekali-sekali ikut waktu ditawarkan pertama kali, tapi makin lama ikut baksos di Tzu Chi malah makin jatuh hati. Karena dengan terus berjumpa pasien, melihat, mendengar keluh kesah pasien di TIMA  jadi bisa belajar selain ilmu farmasi contoh masalah pelestarian lingkungan, vegetaris  sehingga diri makin jadi bisa berempati tidak hanya kepada lingkungan tetapi juga kepada orang lain,” ucap Nuraini, kakak kelas Mien Sumirah ini.

Lain halnya dengan dr. Karmelita yang datang dari Bandung. Ia bergabung dengan TIMA Bandung diperkenalkan oleh temannya. “Saya diingatkan selama masih muda harus mulai bersumbangsih, karena setelah tua mungkin fisik tidak memungkinkan lagi,” ujar dr. Karmelita dalam sharingnya.

Dokter spesialis mata ini juga sering mengikuti baksos dari rumah sakit tempat ia bekerja. “Baksos TIMA skalanya lebih besar, saya sangat terkesan dengan budaya humanis dalam Tzu Chi. Saya sering sharing pengalaman itu kepada keluarga saya,” ungkap dr. Karmelita.

Setelah mengikuti kegiatan TIMA, ia merasa mendapatkan banyak inspirasi. “Nilai-nilai universal ini yang harusnya lebih banyak kita sebarkan ke tempat yang lebih luas. Kita harus lebih banyak mencari persamaan, daripada perbedaaan,” ucapnya.

Dokter Karmelita juga sempat mendapatkan berkah bisa pulang ke halaman batin, Hualien Taiwan. Di sana ia mendapatkan banyak pelajaran tentang prinsip hidup yang dijalankan.

“Seperti disiplin, hemat, saling menghargai, dan bukan hanya sesama manusia tetapi juga menghargai alam,” ungkapnya. “saya sangat setuju dengan vegetarian karena bisa mengurangi emisi dan membuat kita lebih sejahtera,” lanjutnya.

doc tzu chi

Pada tahun 2016 Mien Sumirah dan Nuraini bergabung dengan TIMA. Mereka bergabung dengan harapan di usia mereka yang sudah lansia, mereka dapat berbagi pengetahuan mereka kepada masyarakat luas.

doc tzu chi

dr. Karmelita yang datang dari Bandung sangat terkesan dengan budaya humanis dalam Tzu Chi, dengan aktif di TIMA ia merasa mendapatkan banyak inspirasi.

Memberikan Bantuan Karena Peduli

Maria Magdalena N. Kabelen berjodoh dengan Tzu Chi melalui program beasiswa karir Tzu Chi. Perawat kelahiran Flores ini merasa bersyukur dapat memiliki kesempatan bergabung dalam program tersebut. Di program tersebut, dirinya dapat lebih memahami dengan  jelas bagaimana Tzu Chi merangkul semua orang tanpa melihat latar belakang apapun.

“Yang paling utama setelah bagaimana kita mengabdi dan mengemban misi di Tzu Chi, sebenarnya niat dari diri kita saja, kalau misalnya sudah dikasih, kesempatan ada beasiswa dan kesempatan belajar di Tzu Chi, kenapa kita tidak bersyukur, kalau kita sudah dikasih berarti jalan jalinan jodoh kita dengan Tzu Chi,” ulasnya.

Saat ini Maria Magdalena aktif berdinas di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng, sebagai tim perawat anak. Di Tzu Chi, ia melihat melayani pasien yang sakit lebih diutamakan. Ia juga merasa pelayanan rumah sakit di Tzu Chi termasuk yang luar biasa, contoh ada salah satu pasiennya kesulitan karena masalah BPJS, dari tim medis rumah sakit justru menyarankan dan memberikan solusi terbaik, sehingga pasiennya bisa tenang menjalani pengobatan tanpa harus resah karena masalah pembayaran rumah sakit.

Selain merawat pasien, tim medis juga mendampingi dan memberikan solusi pemecahan masalah bagi pasien tersebut.  “Selain kita merawat pasien secara fisik, kita juga sekaligus merawat jiwa, psikologis dan batin mereka karena musibah penyakitnya,” ungkap Maria.

Selain menjadi bagian dari rumah sakit, Maria Magdalena juga ingin bisa bersumbangsih untuk orang lain yang membutuhkan. Oleh karena itu ia pun bergabung dalam TIMA.

Maria Magdalena (ketiga dari kanan) merasa bersyukur dapat bergabung dalam TIMA, karena  menurutnya di kegiatan TIMA ia dapat menggunakan bakatnya untuk membantu sesama.

Di penghujung acara, sebanyak 103 anggota baru TIMA Indonesia berfoto bersama.

“Dengan sendirinya ketika di masyarakat ada butuh sesuatu, saya siap membantu, karena saya sudah punya pengalaman sebelumnya,” ujarnya lagi.

Jadi baginya menjadi bagian tim perawat TIMA dengan bekal pelatihan, pengalaman, pembelajaran, membuat ia bisa bersumbangsih lebih untuk orang banyak. Baginya menjadi tim medis khususnya tim medis TIMA membutuhkan banyak kesabaran, apalagi menangani berbagai macam kasus dan keluhan, termasuk karakter pasien.

Belajar dari tim dokter, tim perawat saat praktek di rumah sakit, bagaimana cara mereka menangani pasien, bagaimana cara menjelaskan kondisi penyakit khusus pasien dengan bahasa yang sabar, bahasa yang tenang, juga mudah dipahami pasien tanpa membuat pasien menjadi stres atau terbebani membuat Maria walaupun dari latar belakang suku yang keras seperti Flores, mau belajar melatih merendahkan diri, belajar melembutkan suaranya, melatih kesantuan berbicara dan melatih kesabaran dirinya supaya setara dengan pasien-pasien yang ditanganinya.

Menjadi barisan tim medis TIMA bagi Maria, “Memberikan bantuan karena kita peduli.” Harapan setelah dilantik menjadi barisan TIMA,”Saya bisa membantu orang yang sakit, tidak hanya di rumah sakit, tetapi juga di luar sana, saya bisa membantu meringankan beban penderitaan mereka”.

Pesan Cinta Kasih

Salah satu dokter senior di TIMA, dr. Sumarsudi mengingatkan kepada ratusan anggota baru TIMA yang dilantik hari itu agar tidak memaksakan diri dan menjalankan dengan sebaik-baiknya.

“Jangan kena penyakit 5K: KAGUM melihat Tzu Chi, setelah menjadi anggota merasa KAGET dan KECEWA, KAPOK jalankan kegiatan, lalu KABUR. Jadi percuma kita yang awalnya bagus tidak ada niat apa-apa,” tutur dokter spesialis bedah ini.

Ketua Umum TIMA Indonesia, Sugianto Kusuma juga memberikan pesan usai melantik relawan medis baru. “Yang dilantik hari ini banyak relawan berusia muda, yang akan menjadi harapan masa depan TIMA. Dokter dan perawat adalah profesi yang luar biasa. Sedangkan relawan pendamping juga dapat bersumbangsih untuk meringankan beban batin para pasien, misalnya seperti relawan yang sudah pernah menderita penyakit kanker dapat menenangkan pasien yang sedang menjalani perawatan,” ujar Sugianto Kusuma. “Dengan mendengarkan orang yang sudah melalui hal yang sama, hati pasien sudah terlebih dahulu tenang 50 persen,” tambahnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

HUT TIMA ke-19: Bersatu Hati, Bergandengan Tangan dalam Misi Kesehatan

HUT TIMA ke-19: Bersatu Hati, Bergandengan Tangan dalam Misi Kesehatan

06 Desember 2021

Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama TIMA Indonesia merayakan HUT ke 19 Tahun berdirinya TIMA Indonesia pada Minggu, 28 November 2021.

Tingkatkan Kebersamaan, Tebarkan Cinta Kasih

Tingkatkan Kebersamaan, Tebarkan Cinta Kasih

08 Desember 2014 Acara peringatan yang dihadiri oleh sekitar 300 tamu undangan tersebut  merupakan puncak acara dari Kamp TIMA yang digelar sejak 29 November 2014.
Kamp TIMA 2015: Hingga ke Pelosok Nusantara

Kamp TIMA 2015: Hingga ke Pelosok Nusantara

07 Desember 2015

Pada 5-6 Desember 2015, TIMA Indonesia mengadakan kamp sekaligus perayaan HUT TIMA Indonesia yang ke-13. Kegiatan ini sekaligus menjadi momen pelantikan 42 anggota TIMA baru. 

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -