Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan

Jurnalis : Rina Mardiastuti (He Qi Pusat), Fotografer : Suwandi (He Qi Pusat)

Salah satu relawan pemerhati Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kaish Tzu Chi, Teguh Taslim berbagi perjalanan hidupnya selama 43 tahun pada acara Gathering anak asuh He Qi Pusat.

Minggu pertama bulan Mei yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2016, diadakan acara Gathering Anak Asuh di Gedung ITC Mangga Dua Lantai 6, Jakarta. Hari itu, sebanyak 59 anak asuh didampingi oleh 13 orang relawan yang tergabung dalam tim teratai hadir dalam kegiatan. Dengan mengusung tema ‘Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan’ seorang relawan pemerhati di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Teguh Taslim memberikan sharingnya.

Teguh Taslim berbagi perjalanan hidupnya selama 43 tahun. Ia adalah anak kesepuluh dari sebelas bersaudara. Papanya seorang ahli bahasa Belanda dan tulang punggung keluarga, semetara itu mamanya seorang ibu rumah tangga. Saat itu, Teguh hidup berkecukupan dan tidak merasakan kesusahan. Hingga pada suatu hari, tepatnya tahun 1977 adalah titik balik kehidupannya, papanya terjatuh dan lumpuh akibat stroke yang menyebabkannya tidak bisa mencari nafkah lagi untuk keluarga. Mamanya terpaksa menjual harta keluarga, seperti 3 rumah, perhiasan, dan menghabiskan tabungan untuk membiayai pengobatan rumah sakit, pendidikan anak-anak, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pada tahun 1997 papanya meninggalkan dunia.

Sebanyak 59 anak asuh hadir dalam kegiatan rutin bulanan. Kali ini kegiatan diadakan pada tanggal 1 Mei 2016 di Gedung ITC Mangga Dua Lantai 6, Jakarta.

Meskipun ada uluran tangan dari sanak keluarga orang tuanya yang turut prihatin dengan kondisi ekonominya, mereka ingin mengadopsi saudara-saudaranya agar mendapat pendidikan lanjutan. Mamanya tidak berniat memisahkan hubungan dengan anak-anaknya, demikian juga hubungan antar anak-anaknya sehingga ia menolak semua uluran tangan sanak saudaranya. Ia bertekad membesarkan anak-anaknya dengan tangan dan kasih sayangnya.

Sekitar tahun 1978, mamanya mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi. Ia memulai usaha kecil- kecilan dengan menjual empek-empek di pinggir jalan, berpanas-panasan dibawah terik matahari. Sebagiannya juga ada menitipkan dagangannya ke toko-toko makanan. Karena anak-anak harus mendapat belaian kasih sayang seorang ibu, tiga tahun kemudian, mamanya berhenti berjualan di pinggiran jalan, tetapi ia tetap menitipkan dagangannya ke toko-toko yang ia percaya. Setiap malam, anak-anak membantu mamanya membuat empek-empek. Mereka merasakan kesulitan mamanya yang juga merupakan kesulitan mereka. Mereka menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua dan bertekad mengubah kesulitan ini sebagai suatu kebahagiaan suatu hari nantinya.

Mamanya sangat bersyukur, anak-anaknya memiliki tekad kuat dalam pendidikan. Sebagian anak-anaknya mendapat pendidikan di Sekolah Negeri bebas biaya SPP, sebagian bersekolah dengan bantuan beasiswa. Teguh Taslim mengenyam pendidikan tiga tahun di Sekolah Dasar Madrasah dan melanjutkan dua tahun di Sekolah Dasar. Pada usia 15 tahun ia sudah tamat dari Sekolah Menengah Umum.

Teguh Taslim (kiri) bersama keluarganya usai penyerahan penghargaan kepada anaknya yang berprestasi.

Pada tahun 1983 mamanya tidak usaha empek-empek, semua keperluan hidup keluarga menjadi tanggungan dua anak tertuanya yang sudah mulai bekerja. Untuk membantu meringankan perekonomian keluarga, Taslim dan saudara-saudara menerima les untuk siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama. Saat Taslim di kelas satu Sekolah Menengah Pertama, ia mulai mengajar les bagi anak-anak murid Sekolah Dasar. Pada kelas dua Sekolah Menengah Pertama, selain mengajar siswa Sekolah Dasar, Teguh menerima seorang murid kelas tiga Sekolah Menengah Pertama, juga menjadi seorang asisten pengajar basic computer di salah satu kursus komputer. Sedangkan saudara-saudaranya lainya mengajar bahasa Inggris bagi siswa Sekolah Menengah Pertama.

Setelah mendapat gelar sarjana (S1) di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret, Solo, Teguh mendapat beasiswa dari UGM untuk melanjutkan pendidikan S2 jurusan Pemograman Komputer di Boston, USA dengan masa pendidikan dua tahun delapan bulan. Selama dua tahun ia bekerja di salah satu Instansi Pemerintah, Indonesia. Empat tahun sebagai Analyst Manager di Microsoft, USA. Terakhir ia bekerja sebagai Manager MIS di Singapura. Dengan pembekalan ilmu dan pengalaman, Teguh memutuskan kembali ke  negaranya, Indonesia dan sekarang memulai karirnya di bidang komputer dan perhotelan di Jakarta.

Dari pengalaman hidup yang sulit dan sederhana ini mendorongnya untuk selalu bersumbangsih bagi orang lain hingga akhirnya ia pun berjodoh dengan Tzu Chi. Ia mempunyai keinginan mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak yang kurang mampu. Dalam sharing singkat ini bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan pilihan hidup. Semuanya harus didukung suatu tekad yang kuat, keuletan untuk menggapainya. Pada kesempatan itu, ia juga memberikan motivasi kepada anak asuh agar tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermain, tetapi memanfaatkan setiap detik untuk belajar dan berdoa meskipun kondisi sulit sekalipun.

Salah satu peserta, Tirta pun merasa tergugah setelah mendengarkan sharing yang diberikan Teguh. Ia berjanji akan rajin belajar dan berdoa agar bisa mencapai cita-cita. Tirta juga berharap dengan kerja keras yang dilakukannya akan membuahkan hasil yang manis, sukses dalam karir yang akan dijalaninya kelak.


Artikel Terkait

Harapan di Tengah Keterbatasan

Harapan di Tengah Keterbatasan

03 September 2018
Sebagai wujud rasa syukur para relawan atas jalinan jodoh baik dengan para penerima bantuan, kegiatan gathering anak asuh dan pasien kembali dilaksanakan pada 26 Agustus 2018 dan menjadi puncak acara dari rangkaian kegiatan Xie Li Gathering relawan Tzu Chi Sinar Mas yang telah dimulai pada 24 Agustus 2018.
Belajar dari Si Pencipta Harry Potter

Belajar dari Si Pencipta Harry Potter

29 Maret 2016
Nelly, salah satu pengisi materi dalam kegiatan rutin anak asuh mengajak mereka untuk menyelami sang Harry Potter. Ia juga mengajak mereka melihat proses lahirnya Novel karya J. K. Rowling yang mendunia itu.
Jarak Tak Menjadi Penghalang

Jarak Tak Menjadi Penghalang

23 Desember 2016

Meski harus menempuh lebih dari satu jam perjalanan, relawan tetap memberikan cinta kasihnya kepada para anak asuh dengan kunjungan kasih di Sekolah Dharma Bakti,Lubuk Pakam, Deli Serdang. Kunjungan kasih diadakan padatanggal 21 Desember 2016 di penghujung tahun ini.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -