Mengikis Kesombongan

Jurnalis : Lirsa Young, Rangga Setiadi, Ryoko Huang (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Edy Kurniawan (Tzu Ching Bandung)
 
 

fotoPada tanggal 21 Maret 2012, insan Tzu Chi Bandung mengadakan bedah buku "20 Kesulitan Dalam Kehidupan".

Kegiatan bedah buku dari para relawan Tzu Chi Bandung terus berlanjut. Dan untuk kali ini, kegiatan berlangsung pada tanggal 21 Meret 2012, yang bertempat di Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung, Jl. Ir. H. Juanda no. 179, Bandung. Disini para relawan maupun peserta  saling menghimpun topik yang dibahas serta berbagi kisahnya.

 

 

 

Pembahasan untuk kali ini mengenai kesulitan, yaitu, “Sulit untuk Melenyapkan Kesombongan” dan “Sulit untuk Tidak Meremehkan Orang Lain” yang termasuk dalam sebuah buku yang berjudul “20 Kesulitan Dalam Hidup”.

Menurut salah satu relawan Tzu Chi, Brigitta Shijie, kesombongan akan timbul apabila seseorang merasa dirinya paling hebat. “Mengapa kesombongan itu bisa terjadi? sombong bisa terjadi karena orang merasa dirinya paling hebat, paling pintar, paling kaya. Kesombongan juga bisa terjadi karena takut disaingi orang lain. Jadi kesombongan itu ada 2, yaitu: secara materi (kekayaan harta benda) dan secara pengetahuan (akademis),” katanya.

Sedangkan relawan lainnya, Pepeng Shijie, bahwa kesombongan itu akan berdampak pada karma kehidupan kita sendiri. Dan khususnya bagi orangtua yang sudah berkeluarga, alangkah baiknya dapat mengajarkan kepada anak-anaknya untuk mengikis rasa sombong. Sebaiknya sebagai orang tua, kita harus mengajarkan kebaikan pada anak-anak sejak dari dini. Karena batas kebaikan dan keburukan itu sangat tipis. Begitu juga dengan kesombongan. Karena biasanya bila kita sombong dan meremehkan orang lain, kita bisa kena karmanya seperti disombongi oleh orang lain. Jadi kita perlu menanamkan pikiran baik pada anak-anak supaya mereka sedari kecil sudah bisa menghormati orang lain yang kesombongan itu dapat dikikis habis,” ujarnya.

Definisi sombong mendapatkan tanggapan yang kian beragam dari para relawan Tzu Chi. Misalnya saja Hellen Shijie. Baginya, di zaman modern ini kesombongan timbul dari persepsi manusia itu sendiri, yang dimana seseorang itu merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Dan bukan hal yang mudah juga untuk menghindari sikap sombong yang ada dalam diri seseorang. “Di zaman modern ini, subjek kesombongan menjadi berbeda, contohnya dalam hal kepandaian IQ, EQ, SQ dan kekayaan materi. Jadi sombong itu sebenarnya muncul karena persepsi manusia itu sendiri,” kata Hellen.

Bagi Hellen Shijie, selain kesombongan, kesulitan dalam hidup dihadapi juga ketika kita berbaur dengan orang sekitar. Salah satunya adalah meremehkan dan membandingkan orang lain kerap kali terjadi meskipun pembawaan diri sudah menuju jalan yang benar. “Dan untuk tidak meremehkan orang lain itu sangatlah susah. Kadang kita ingin bersikap rendah hati pada orang sekitar kita, tetapi secara dibawah sadar muncul pikiran membandingkan yang sama juga dengan meremehkan,” tambah Hellen.

Adapun hal-hal yang membuat kita sering meremehkan orang lain juga karena ego kita atau kesombongan kita sendiri diracik oleh pikiran yang sempit, sehingga kita mulai membanding-bandingkan. Seharusnya perlu kita sadari bahwa tidak mengetahui sesuatu bukan berarti tidak dapat mempelajarinya. Biasanya kita selalu memandang orang hanya dari penampilan luar saja, sehingga bila kita merasa diri kita lebih baik, maka kita sudah memberi “stempel” di dahi orang tersebut sebagai orang yang lebih rendah dari kita.

foto   foto

Keterangan :

  • Muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) juga ikut serta dalam kegiatan bedah buku ini (kiri).
  • Sebanyak 20 orang relawan ikut mendalami isi buku dengan topik bahasan “Sulit untuk Melenyapkan Kesombongan” dan “Sulit untuk Tidak Meremehkan Orang Lain” (kanan).

Maka dari itu, alangkah baiknya mari kita renungkan kembali salah satu dari kata perenungan Master Cheng Yen, yaitu, “Tiga tiada di dunia ini: Tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan”. Perenungan tersebut dapat diartikan berarti kita harus memandang semua orang secara setara.

Catatan dari Penulis
Mengenai rasa sulit untuk menlenyapkan kesombongan, pertama-tama kita harus belajar untuk menghilangkan semua kesombongan untuk mengembangkan pikiran yang luas dan dalam. Seperti harapan Master Cheng Yen, begitu kita masuk ke dunia Tzu Chi, kita diliputi oleh cinta kasih, berlapang dada, dan pikiran terbuka. Karena pikiran suci menciptakan tanah suci.

Sebelumnya, mari kita lihat apa “Sombong” itu? Sombong itu berarti memamerkan sesuatu. Sombong itu berarti berbangga diri yang berlebihan. Sombong itu berarti merasa diri lebih penting. Sombong itu berati memiliki kualitas baik. Kesombongan adalah rumput liar yang bila tidak disingkirkan, maka akan menjatuhkan diri. Berbangga diri adalah baik bila bersikap wajar. Namun berbangga diri yang berlebih-lebihan adalah kesombongan.

"Si Sombong" ini adalah akar kuat yang sulit dicabut dan bekarakter kuat. Walau terlihat kecil namun ia dapat muncul setiap waktu, bak rumput liar, yang bila kita potong tidak hingga ke akarnya maka ia akan tumbuh kembali. Memang untuk melenyapkan kesombongan memiliki kesulitan tersendiri. Namun, ada berbagai cara untuk memadamkan percikan api kesombongan ini, yaitu dengan kebijaksanaan.

Ketika kita menyadari proses kelahiran dan kematian, maka kita menyadari bahwa di dunia ini, tanpa inti, jadi tidak ada yang perlu saya sombongkan. Pada saat lahir, tanpa sehelai benang pun melekat, begitu pergi hanyalah fisik yang tak kekal yang tertinggal. Semuanya kosong adanya.

Bila memahami diri sendiri secara mendalam, benar-benar makna secara mendalam yang sesungguhnya, maka secara alami mampu melenyapkan kesombongan diri dan tidak meremehkan orang lain. Seperti dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen, "Iblis yang ada di luar diri kita tidaklah menakutkan, yang mengerikan adalah iblis yang terdapat di dalam hati"

Cacatan kecil ini kupersembahkan bagi semua insan. Mari kita mempraktikkannya secara bersama-sama dalam kehidupan kita sehari-hari. Menebar Dharma dengan penuh welas asih, berbagi agar diri sendiri semakin bertumbuh bijak, demikian juga dengan sesama, bukankah ini merupakan perbuatan yang baik?

  
 

Artikel Terkait

Menggarap Ladang, Melatih Diri

Menggarap Ladang, Melatih Diri

15 Januari 2013 Keberadaan Aula Jing Si di Indonesia merupakan sebuah sejarah dan rumah bagi seluruh Bodhisatwa dunia yaitu relawan Tzu Chi di Indonesia. Tentunya "rumah kita bersama" ini haruslah juga dijaga dan dibersihkan oleh pemilik rumahnya sendiri.
“I Love You, Mom”

“I Love You, Mom”

14 Juni 2011
“Makasih ya, Ma, nanti Pinpin akan mempergunakan hari-hari Pinpin untuk berbuat baik. Mama harus maafin Pinpin yah! Pinpin mungkin pernah berkata, berbuat, dan berperilaku kasar, jadi maafin Pinpin ya ma. I Love u, mama.“ Itulah penggalan isi surat Jeshika Febri untuk mamanya.
Gathering Karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

Gathering Karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

18 Februari 2014 Ada sebuah istilah  tak kenal maka tak sayang. Oleh karena itu haruslah saling kenal baru bisa saling memahami. Hal inilah yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -