Menguatkan Tekad dan Semangat

Jurnalis : Lisda Martono (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

fotoSebelum mengikuti pendalaman prinsip 4 in 1, relawan Tzu Chi melakukan pradaksina atau yang biasa yang disebut meditasi berjalan agar pikiran menjadi tenang dan jernih.

Minggu, 19 Desember 2010, pukul 13.00 siang, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara berdatangan memenuhi ruangan Jing Si Books & Café Pluit. Tujuan kedatangan mereka adalah mengikuti pendalaman prinsip 4 in 1 yang selalu diadakan tiap bulan. Tapi untuk bulan ini ada yang berbeda dari sebelumnya, karena ada tambahan 2 acara, yaitu penyambutan komite yang baru dilantik dan susunan tugas relawan fungsionaris tahun 2011.

Nony Intan sebagai pembawa acara hari itu, langsung memulai acara dengan mengajak semua relawan sama-sama memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen, lalu dilanjutkan dengan pradaksina atau lebih dikenal meditasi berjalan sebagai cara untuk memusatkan konsentrasi.

Selesai relawan mengikuti pradaksina, Like Shijie Ketua He Qi Utara, memberi kabar gembira dan bersyukur bahwa di He Qi Utara wilayah Jakarta telah bertambah 2 wilayah Hu Ai. Kemudian semua peserta menyambut 18 orang komite yang baru dilantik tahun ini di Taiwan. Mereka tampil bersama maju ke depan dan bergiliran memberi sharing pengalaman mereka selama di Taiwan dan menyebutkan nama yang diberikan oleh Master Cheng Yen. Ani Wijaya  salah satu anggota komite yang baru dilantik, dalam kesehariannya adalah seorang ibu rumah tangga. Ia mengurus anak, membantu suami, dan menjadi relawan fungsionaris Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Mereka yang telah menjadi anggota komite bukan berarti sudah lulus menjadi Bodhisatwa melainkan justru baru memulai langkah di jalan Bodhisatwa. (kiri)
  • Dalam sharingnya, Henry Tando bersyukur selama masa pelantikan, didampingi oleh Dui Fu (pendamping kelompok) yang pintar tapi rendah hati. (kanan)

“Pahlawan adalah nama yang diberikan untuknya oleh Master Cheng Yen. Usianya masih muda, pintar hingga mendapat beasiswa di Austen, Texas. Tetapi selesai mendapatkan gelar, ia lebih memilih kembali ke Taiwan dan bekerja di Tzu Chi,” cerita Henry Tando salah satu komite dalam sharing hari itu, mengenai relawan Taiwan yang menjadi Dui Fu-nya (Pendamping) selama di masa pelantikan komite. Kisah ini menggugah hati para peserta, bahwa makna kebahagiaan bukan terletak pada keberadaan benda melainkan keberadaan cinta kasih dalam hati.

Harus ada Niat dan Tekad
Selesai acara sharing, para relawan fungsionaris dari 6 Hu Ai secara bergiliran tampil maju ke depan. Masing-masing Hu Ai mengumumkan susunan nama relawan fungsionaris. Para relawan kemudian mengucapkan 10 sila Tzu  Chi secara bersamaan dan menyanyikan Mars Tzu Chi. Memang bukan hal yang mudah untuk mengemban tugas kemanusiaan, ditambah lagi kegiatan relawan sehari-hari ada yang bekerja, ada yang ibu rumah tangga, pengusaha atau lainnya. Tetapi asalkan kita sudah memiliki niat dan tekad, kita pasti mampu mengatasi segala rintangan yang ada. “Jia You!” (semangat –red) seru para relawan mengakhiri acara pada malam itu. Malam penuh kekeluargaan yang akan memotivasi relawan untuk melangkah maju memberikan yang terbaik, menyebarkan cinta kasih dan membantu orang yang masih membutuhkan uluran tangan mereka.

  
 

Artikel Terkait

Menularkan Budaya Humanis

Menularkan Budaya Humanis

24 Desember 2013 Tinnie Tiolani (tengah) sedang menjawab berbagai pertanyaan seputar pendidikan humanis dari para peserta. Ia menjelaskan bahwa kunci sesungguhnya dalam mendidik adalah ketulusan hati.
Selamat dari Bencana (bagian 3)

Selamat dari Bencana (bagian 3)

08 September 2009
Pada hari itu tim tanggap darurat Tzu Chi juga sudah merencanakan dua daerah yang akan diberi bantuan: Tasikmalaya dan Ciamis. Penyaluran bantuan pada kedua daerah ini dikarenakan kerusakannya paling parah.
Melengkapi Kebahagiaan

Melengkapi Kebahagiaan

16 Januari 2017

Di tengah rintik hujan yang mengguyur, Sabtu, 14 Januari 2016, 91 relawan dan guru Sekolah Tzu Chi Indonesia mengecat rumah warga penerima bantuan Bebenah Kampung di Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -