Mengubah Hati, Menggerakkan Tangan dan Menerangi Kehidupan dengan Welas Asih

Jurnalis : Michelle Selvia (Tzu Chi Batam), Fotografer : Vincent, Supardi (Tzu Chi Batam)

Tzu Chi Batam mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-3 di tahun 2025. Pelatihan yang berlangsung di Aula Jing Si Batam ini diikuti 103 relawan.

Tzu Chi Batam mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-3 dan Pelantikan Relawan Abu Putih pada Minggu, 29 Juni 2025. Kegiatan yang bertempat di Aula Jing Si Batam, ini merupakan bagian dari proses pembinaan menuju Relawan Abu Putih, sekaligus menjadi kesempatan untuk meneguhkan kembali semangat dan nilai-nilai Tzu Chi dalam diri para relawan.

Pelatihan ini kembali menjadi ruang pembelajaran untuk menumbuhkan cinta kasih, memperkuat semangat misi amal, serta menghidupkan budaya humanis. Dibuka dengan penghormatan kepada Buddha dan menyanyikan Mars Tzu Chi, pelatihan ini diharapkan menambah pengalaman para peserta melalui kisah-kisah nyata dari para relawan.

Sesi pertama dibawakan oleh Wangi Shijie yang membagikan pengalaman pribadinya. Dulu, ia adalah sosok yang pemalu dan cemas, bahkan terhadap orang terdekatnya. Namun perubahan besar terjadi saat ia mengikuti sebuah acara Tzu Chi yang bertema Hidup Bahagia. “Di sana saya disambut dengan tepuk tangan hangat. Saya merasa diterima dan dari kutipan-kutipan yang saya dengar, saya tersadar bahwa cinta kasih tidak boleh hanya tertuju pada keluarga, tapi harus meluas menjadi cinta kasih universal,” ungkap Wangi Shijie.

Wangi Shijie bercerita awal mula terbentukan Misi Amal Tzu Chi di Kota Batam dan menceritakan kisah penerima bantuan.

Kisah paling membekas yang dibagikan Wangi Shijie adalah tentang Roy, seorang pemuda berusia 21 tahun yang menderita kanker tulang. Kaki kanannya harus diamputasi dan sel kanker telah menyebar hingga ke paru-paru. Ketika keluarganya mengajukan permohonan bantuan ke Tzu Chi untuk pengobatan ke luar negeri, relawan dengan hati-hati menjelaskan bahwa sesuai kebijakan, pengobatan di luar negeri tidak dapat didanai.

Meski awalnya kecewa, Roy menerima keadaan tersebut dengan lapang hati. Ia berterima kasih kepada relawan karena merasa didampingi dan diperhatikan. Ia memilih untuk tidak melanjutkan pengobatan dan memfokuskan diri menjalani hari-hari yang ia anggap bermakna. Para relawan membantunya kembali ke kampus, bertemu teman-teman, mengikuti kegiatan Tzu Chi, bahkan merayakan ulang tahunnya.

Di penghujung hidupnya, Roy sempat membasuh kaki ibunya sebagai tanda bakti dan cinta. Saat akhirnya ia pergi, ia meninggalkan pesan yang membekas dalam ingatan para relawan. “Makna kehidupan bukan pada panjang atau pendeknya umur, tetapi pada bagaimana kita membentangkannya menjadi sesuatu yang berarti,” ujar Wangi Shijie.

Kisah Roy bukan hanya menyentuh, tapi juga menggugah kesadaran bahwa tugas relawan bukan sekadar membantu secara fisik, melainkan juga hadir, mendengarkan, dan menemani dengan sepenuh hati. Melalui kebersamaan yang tulus, Roy tidak merasa sendiri dalam menjalani sakit dan perpisahan.

Welas Asih di Meja Makan
Sesi kedua dibawakan oleh Marlina Shijie dengan tema “Hijau di Piring, Sehat di Hidup.” Pada kesempatan ini Marlina Shijie menjelaskan bahwa pola makan vegetarian bukan hanya menyehatkan, tetapi juga merupakan wujud welas asih terhadap semua makhluk hidup. “Saya sudah bervegetarian sejak SMA. Banyak yang mengira saya akan lemas atau kurang gizi. Nyatanya saya tetap sehat dan aktif,” ujarnya.

Marlina Shijie membagikan manfaat bervegetaris bagi kesehatan dan merupakan wujud welas asih terhadap semua makhluk hidup.

Melalui data dan contoh yang ditampilkan, Marlina Shijie menunjukkan bahwa sumber protein nabati seperti kedelai dan kacang-kacangan tidak hanya mencukupi kebutuhan tubuh, tetapi juga bebas kolesterol dan kaya antioksidan. Pola makan ini bahkan membawa manfaat spiritual karena dapat membantu mengurangi penderitaan makhluk hidup.

Penjelasan beliau semakin dikuatkan oleh testimoni seorang relawan yang awalnya ragu, namun memutuskan beralih ke pola makan nabati setelah empat dokter menyarankan hal serupa. Setelah menjalaninya, relawan tersebut merasakan tubuh yang lebih ringan dan pikiran yang lebih tenang.

Zhen Shan Mei: Merekam Cinta Kasih
Sesi berikutnya dibawakan oleh Agus Shixiong, yang mengangkat tim dokumentasi Tzu Chi atau kerap dipanggil relawan Ren Wen Zhen Shan Mei (budaya humanis, kebenaran, kebajikan, dan keindahan). Ia berbagi pengalamannya menjadi penulis dalam Tzu Chi Charity Golf Tournament.

Awalnya, ia mengira turnamen tersebut hanyalah acara olahraga biasa. Bahkan saat menerima tugas menulis, Agus Shixiong mengaku menanggapinya dengan sikap seadanya. “Waktu ditawari menulis, saya pikir kalau ada berita bagus, ya ditulis. Kalau tidak ada, ya seadanya. Turnamen golf ya turnamen golf. Kalau peserta ada waktu, ya ikut,” ujarnya jujur.

Namun, pandangannya mulai berubah ketika ia bertemu Harto, seorang peserta yang memutuskan bermain golf kembali setelah empat tahun, semata karena turnamen ini diadakan oleh Tzu Chi dan seluruh dana yang terkumpul digunakan untuk kegiatan amal.

Puncaknya, Agus Shixiong mewawancarai Harun Pandapotan, salah satu peserta sekaligus donatur dalam turnamen tersebut. Saat diwawancara, Harun Pandapotan mengungkapkan semua orang punya cinta kasih di dalam dirinya. Kalau diajak berbuat baik, pasti mau.

Mendengar hal itu, Agus Shixiong merasa malu sekaligus terharu. Ia tersadar, di balik acara yang terlihat sederhana itu, ada begitu banyak relawan yang telah bekerja sejak pagi, yakni menyambut peserta, menyiapkan makanan vegetarian, menyanyi lagu-lagu Tzu Chi, serta membagikan goodie bag. Semuanya dilakukan dengan semangat dan cinta kasih yang tulus.  “Saya lupa, bahwa acara ini bisa terjadi karena ada begitu banyak relawan yang telah berkorban waktu dan tenaga, dari pagi hari, bahkan sebelum acara dimulai,” ungkap Agus Shixiong.

Refleksi itu menyadarkan dirinya, dan mungkin juga relawan lainnya, bahwa tidak ada tugas yang kecil dalam Misi-Misi Tzu Chi. Bahkan peran menulis dan mendokumentasikan pun merupakan bagian penting dari mewariskan semangat gan en, zun zhong, dan ai kepada lebih banyak orang.

Hui Mei Shijie menceritakan pengalamannya sejak bergabung Tzu Chi dapat terjun langsung membantu sesama, sehingga ia yakin Tzu Chi adalah tempat yang tepat untuk beramal.

Pelatihan ini ditutup dengan pelantikan Relawan Abu Putih. Hui Mei Shijie, yang baru dilantik hari itu, juga menyampaikan rasa syukurnya. Ia mengaku sebelumnya hanya berdana, tetapi sejak bergabung dengan Tzu Chi dan ikut turun langsung ke lapangan, ia merasakan pengalaman yang berbeda. “Saat melihat langsung orang-orang yang kita bantu, dan mereka mengucapkan terima kasih, saya merasa sangat tersentuh. Hari ini saya semakin yakin bahwa Tzu Chi adalah tempat yang tepat untuk membantu sesama,” tutur Hui Mei Shijie.

Begitu pula dengan peserta lain, Wina Shijie. “Saya sangat tersentuh oleh kisah Wangi Shijie. Baru pertama kali saya mendengarnya, dan saya menangis. Misi amal menjadi sangat berarti karena langsung menyentuh mereka yang membutuhkan,” ungkapnya.

Wina Shijie juga menegaskan bahwa meski berat di awal, misi amal adalah jalan untuk menjalin jodoh baik dengan gan en hu, dan ia berharap semua relawan bisa turut mengambil bagian dalam mengurangi penderitaan di dunia.

Wakil Ketua Relawan Tzu Chi Batam komunitas He Qi 2, Yasin Shixiong menyampaikan terima kasih kepada segenap panitia pelatihan.

Wakil Ketua Relawan Tzu Chi Batam komunitas He Qi 2, Yasin Shixiong menutup pelatihan dengan memberikan selamat kepada para relawan yang baru dilantik dan mendoakan semangat mereka untuk menjalankan misi Tzu Chi ke depannya. Ia juga menyampaikan bahwa akar dari Tzu Chi adalah misi amal. “Kita membantu orang yang bukan saudara, bukan keluarga, tapi kita bantu sampai sejauh seperti keluarga,” kata Yasin Shixiong.

Tak lupa, Yasin Shixiong juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pembicara hari itu. Melalui pelatihan ini, para relawan tidak hanya mendapatkan ilmu dan inspirasi, tetapi juga menyadari kembali makna dari setiap tindakan kecil yang dilakukan dengan cinta kasih.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Bodhisatwa Berbuat Baik Bersama dan Memupuk Berkah

Bodhisatwa Berbuat Baik Bersama dan Memupuk Berkah

03 September 2024

Relawan dari komunitas He Qi Pantai Indah Kapuk (PIK) dan Muara Karang mengadakan Training Relawan Abu Putih ke-4 di Guo Yi Ting, Tzu Chi Centre. Tema pelatihan kali ini adalah “Bodhisatwa Berbuat Baik Bersama dan Memupuk Berkah”.

Melangkah dengan Yakin

Melangkah dengan Yakin

18 April 2016 Walau selama ini Jakiman sudah sering mengantar Shelly ke kegiatan, ikut baksos, bagi beras, mengantar celengan bambu, ke pondok pesantren dan kegiatan amal sosial lain, tapi hatinya masih belum tertarik untuk jadi relawan. Melalui baksos inilah, ia memantapkan hatinya untuk mulai melangkah di Tzu Chi.
Mengasah Kepekaan Rasa

Mengasah Kepekaan Rasa

12 Desember 2017
Bagi Ari Sobri, bekerja di DAAI TV merupakan hal yang spesial, “karena bisa melatih jiwa kerelawanan dan kemanusiaan. Jadi nggak hanya bekerja, kami juga bisa dengan mudah berkegiatan sosial melalui Tzu Chi,” ucapnya yang telah bergabung di DAAI TV sejak 2005 lalu. Selain dirinya, ada 57 staf DAAI TV Indonesia yang ikut dalam Pelatihan Relawan Abu Putih pertama bersama relawan komunitas He Qi Utara 1, Minggu, 10 Desember 2017 lalu.
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -