Menjadi Bodhisatwa Pelestarian Lingkungan

Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Anand Yahya

fotoDi Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, para relawan berlatih memilah limbah sekaligus sampah batin. Sikap saling menghargai dan menghormati menjadi tujuan dari setiap pelatihan diri.

“Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.”
Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

 

Baru-baru ini, dalam acara Lentera Kehidupan yang kita saksikan setiap hari, Master Cheng Yen sering bercerita tentang Bodhisatwa pelestarian lingkungan. Ceramah Master ini bertujuan untuk mengingatkan kita untuk terus menjalankan misi pelestarian lingkungan dengan giat. Hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, mengapa Master Cheng Yen tiada lelahnya mengingatkan kita untuk melakukan daur ulang, bervegetarian, dan menjaga kelestarian lingkungan? Ini semua disebabkan karena belum semua orang menjalankannya, ditambah keadaan bumi yang semakin memprihatinkan dengan pemanasan global, krisis pangan, dan bencana alam yang sering terjadi. Kita harus berterimakasih kepada Master Cheng Yen, karena selalu mengingatkan kita untuk menjaga bumi ini.

Seringkali tanpa disadari, kita juga melakukan hal-hal yang melukai bumi kita ini. Contohnya, memesan makanan di restoran dengan porsi berlebih-lebihan sampai akhirnya dibuang sia-sia. Contoh lain adalah penggunaan styrofoam, plastik dan kertas yang berlebihan untuk kemasan makanan ataupun barang-barang lainnya. Hal-hal ini memicu terjadinya ketidakselarasan alam yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Ternyata, begitu mudah kita melukai bumi kita, tetapi sadarkah kita kalau melindungi dan merawat bumi juga merupakan hal yang sangat mudah?

Dewasa ini, banyak organisasi pecinta alam yang menjalankan misi pelestarian lingkungan. Cara yang ditempuh berbeda-beda, ada yang meminta anggotanya untuk berhenti merokok, ada komunitas “bike to work” alias bersepeda ke kantor, dan perlindungan terhadap satwa yang hampir punah. Menjalankan misi yang serupa, Yayasan Buddha Tzu Chi mempunyai jalannya sendiri, yaitu dengan mengajak orang untuk melakukan daur ulang dan bervegetarian. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, muda maupun tua, perempuan maupun laki-laki, miskin maupun kaya. Asal semuanya dijalankan dengan niat yang tulus dan dimulai dari diri sendiri, benih-benih cinta kasih yang disalurkan melalui perbuatan pelestarian alam akan bertumbuh dan berbuah menjadi kebajikan.

foto    foto

Keterangan :

  • Vegetarian Food Competition yang diadakan pada bulan Maret 2012 oleh Tzu Ching Indonesia mendobrak stereotipe masyarakat tentang makanan vegetarian (kiri).
  • Daur ulang adalah kegiatan positif yang menyehatkan dan dapat dilakukan oleh siapa saja (kanan).

Makan Vegetarian 80% kenyang, 20% untuk Membantu yang Kekurangan
Menjalankan misi pelestarian lingkungan ternyata tidak hanya bermanfaat bagi bumi kita, tetapi juga sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri. Contohnya dengan bervegetarian, dan kampanye yang baru-baru ini digalakkan: makan vegetarian 80% kenyang dan 20%-nya untuk membantu yang membutuhkan. Selain makanan vegetarian dapat menyehatkan badan, kegiatan ini adalah sebuah pelatihan dalam hidup bagi individu untuk belajar mengendalikan diri dan peduli terhadap sesama. Sayang sekali, masyarakat masih terkurung dalam berbagai stereotip yang salah tentang vegetarian, misalnya makanan vegetarian yang membosankan, kurang menyehatkan, dan monoton.

Saya merasa terkesan akan kegiatan Vegetarian Food Competition yang diadakan oleh Tzu Ching pada bulan Maret yang lalu. Dalam kegiatan itu, para muda-mudi Tzu Chi yang kreatif dan energik membuat berbagai kreasi makanan dengan bahan dasar tempe yang unik. Saya melihat dan merasakan bahwa makanan vegetarian tidak kalah enak dari makanan non-vegetarian, sekaligus mendobrak stereotip bahwa gaya hidup vegetarian hanya cocok untuk orang-orang tua. Pesan yang ingin disampaikan Tzu Ching adalah bervegetarian itu mudah, dan semua orang pastilah telah menangkap pesannya dengan baik.

Makan vegetarian 80% kenyang juga sebuah kampanye yang positif dan menguntungkan bagi semua pihak. Pola makan yang tidak sehat menyebabkan maraknya penyakit obesitas, darah tinggi, dan diabetes. Dr. Kao Rei He, pengawas RS Tzu Chi di Hualien, mengatakan, “Dari sudut pandang medis, makan 80% kenyang adalah cara yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan tubuh.” Dengan makan 80% kenyang, kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan 20%-nya diberikan untuk orang yang membutuhkan.

Kegiatan Positif yang Bisa Dilaksanakan Oleh Semua Insan
Contoh konkrit lainnya adalah kegiatan daur ulang. Daur ulang adalah kegiatan yang sangat mudah dan dapat dilaksanakan oleh setiap individu, dimulai dari rumah masing-masing. Di Tzu Chi, botol, kertas, dan koran bekas bukanlah sampah yang dijejalkan ke dalam tempat sampah setelah sekali pakai, melainkan emas cinta kasih. Emas-emas cinta kasih yang dikumpulkan nantinya dimanfaatkan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

foto   foto

Keterangan :

  • Rasa tanggung jawab terhadap kelestarian bumi harus ditanamkan sejak dini (kiri).
  • Salah satu kreasi masakan vegetarian: nasi goreng tempe. Selain bervegetarian, kita juga dianjurkan untuk makan 80% kenyang dan memberikan 20%-nya ke orang yang membutuhkan (kanan).

Serangkaian langkah-langkah daur ulang tidak hanya dianggap sebagai aksi melestarikan bumi, tetapi juga sebagai olahraga dan interaksi sosial yang positif. Menurut Agus Yatim Shixiong, relawan yang sehari-hari bertugas di Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang, relawan yang datang ke depo pelestarian lingkungan pada akhir pekan terdiri dari berbagai macam kalangan, mulai dari murid TK, mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga Lansia. Bagi para ibu rumah tangga, kegiatan memilah emas bisa menjadi hobi yang positif dibandingkan menggunjingkan orang lain. Bagi para Lansia, aktif di depo dan bertemu dengan sesama Bodhisatwa pelestarian lingkungan pastilah mernjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan daripada terus-terusan berdiam diri di rumah. Bahkan untuk para Bodhisatwa Cilik pun, mereka bisa membantu kegiatan daur ulang dengan menginjak-injak botol bekas, sebuah kegiatan yang menyenangkan, positif, dan menyehatkan.

Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi: Ladang Pelatihan Bagi Diri Sendiri, Ladang Berkah Bagi Sesama
Di luar hal-hal positif tersebut, kegiatan daur ulang mempunyai makna yang lebih dalam lagi. Depo pelestarian lingkungan tidak hanya berperan sebagai tempat penampungan dan tempat kegiatan, tetapi bagi para donatur dan relawan juga dipandang sebagai ladang berkah dan ladang pengendalian diri. Tidak bisa dipungkiri, manusia dengan segala keterbatasannya, dalam interaksi dengan sesama manusia tidak selalu ideal. Tetapi, seiring waktu berjalan dan bertambahnya intensitas interaksi antar sesama relawan, ladang hati setiap insan Tzu Chi juga dibina dan diolah menjadi lebih baik. Para donatur ‘emas’ bisa belajar untuk semakin bajik dalam bersumbangsih mempersembahkan ‘emas’ sebagai wujud cinta kasih, dan relawan juga bisa semakin sabar dan telaten dalam memilah dan mengolah ‘emas’.

Ada lebih dari 5.000 depo pelestarian lingkungan dan hampir 70.000 orang Bodhisatwa Pelestarian Lingkungan di Taiwan. Angka ini terkesan begitu jauh bila dibandingkan dengan keadaan di Indonesia, padahal Indonesia memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang lebih besar. Tetapi, apabila semua orang bersatu hati untuk mencapai tujuan yang sama serta sosialisasi pelestarian lingkungan yang dilaksanakan dengan baik, bukan mustahil pada suatu hari nanti setiap individu menjalankan misi ini dengan bersungguh-sungguh dan bumi bisa lebih lestari. Master Cheng Yen mengatakan bahwa Bodhisatwa Pelestarian Lingkungan adalah sekelompok orang yang sangat bijaksana, dan beliau sangat menghormati dan mengasihi mereka. Bumi yang lebih asri dapat terwujud jika dimulai dari diri sendiri. Marilah senantiasa menumbuhkan kesadaran untuk menjaga bumi kita dengan berdaur ulang, bervegetarian, dan giat menggalang Bodhisatwa pelestarian lingkungan di sekeliling kita.

Bagi Shixiong-Shijie sekalian yang berminat untuk menjadi donatur ‘emas’ atau relawan daur ulang, silakan mengunjungi atau menghubungi depo-depo pelestarian lingkungan Tzu Chi di bawah ini atau kantor penghubung/perwakilan/cabang di kota anda:

Depo Pelestarian Lingkungan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi
Jl Kamal Raya, Outer Ring Road Cengkareng Timur, Jakarta Barat 11730
Tel. 021-7063 6783 Fax. 021-7064 6811

Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang
Jl. Muara Karang Blok M-9 Selatan No. 84-85, Pluit, Jakarta Utara
Tel. 021-6660 1218, Fax.021-6660 1242

Depo Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading
Jl. Pegangsaan Dua KM. 4, 5 No. 161 Jakarta Utara
Tel. 021-4682 5844

Depo Pelestarian Lingkungan Mangga Dua Square
JITEC Mangga Dua Square Ramp 10 Selatan, Jakarta Utara
Tel. 021-2728 6668

Depo Pelestarian Lingkungan Kosambi
Kompleks Kosambi Baru Jl. Kosambi Timur Raya No. 111, RT. 02 / RW. 01
Duri Kosambi Cengkareng, Jakarta Barat
Tel. 021-4450 4556, 021-9626 2786

Depo Pelestarian Lingkungan Tangeran
Ruko Pinangsia Blok L No. 22 Lippo Karawaci, Tangerang
Tel. 021-5577 8361/71 Fax. 021-5577 8413

Depo Pelestarian Lingkungan Bekasi
Jl. Penggilingan Baru No. 89, Kel. Harapan Baru, Bekasi Utara
Tel. 021-8896 1412

  
 

Artikel Terkait

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.1)

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.1)

15 Juli 2013 Pelatihan yang dilaksanakan pada 5-9 Juli 2013 di Xi She Ting, Aula Jing Si, PIK, (dua hari untuk guru Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng dan dua hari untuk guru Sekolah Tzu Chi Indonesia) ini dihadiri oleh 94 guru Sekolah Cinta Kasih dan 109 guru Sekolah Tzu Chi Indonesia.
Jalinan Jodoh yang baik

Jalinan Jodoh yang baik

31 Juli 2019

Farah Rahma (24) mendapatkan pengalaman baru saat mengikuti sosialisasi tentang Tzu Chi yang diadakan di Galeri DAAI lantai 1, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu 7 juli 2019.  

Waisak di Pulau Batam

Waisak di Pulau Batam

19 Mei 2010
Salah seorang peserta yang bernama Amini berkata bahwa ini kali pertama dia mengikuti acara perayaan Hari Waisak yang diselengarakan oleh Tzu Chi. Ia merasa perayaan ini sangat spesial. Saat memberi hormat kepada Buddha dan menyirami Rupang Buddha, ia merasa seperti sedang menyucikan hati sendiri
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -