Menjernihkan Hati dan Pikiran Manusia

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoSumboko perwakilan dari DAAI TV Jakarta memotong tumpeng ulang tahun ke-3 DAAI TV Medan, mengucap syukur dan doa bagi kehadiran DAAI TV di Medan.

Tahun ini sudah tiga tahun DAAI TV mengudara di Medan. “Dulu sewaktu kami diundang oleh Komisi Penyiaran Indonesia di Medan, semua perwakilan stasiun televisi tidak memercayai kalau DAAI TV mampu mengudara tanpa adanya bantuan iklan,” sharing Aswin Halim CEO DAAI TV Medan kepada para hadirin yang datang untuk merayakan ulang tahun ke-3 DAAI TV Medan pada tanggal 31 Mei 2010 di Kantor Tzu Chi Medan. “Mereka (perwakilan televisi lokal di Medan –red) mengatakan pastilah DAAI TV ini hanya bisa bertahan 2 atau 3 bulan saja, tetapi semua itu tidak terbukti,” tambahnya.

"Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan"
Kondisi tentang DAAI TV yang tidak menerima iklan seperti cerita Aswin memang benar, dan yang membuat semua orang semakin terkesan adalah karena seluruh biaya operasional DAAI TV Medan dihasilkan dari sampah daur ulang. Aswin juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para relawan daur ulang Tzu Chi yang tidak berhenti bersumbangsih. Wujud sumbangsih ini salah satunya dengan menayangkan potret-potret kehidupan di Sumatera Utara dalam tayangan Bingkai Sumatera.

“Ini menjadi sebuah perbincangan dan topik di Jakarta, bahwa DAAI TV Medan mampu beroperasi secara penuh dari sampah,” kata Sumboko, perwakilan DAAI TV Jakarta dengan bangga. Sumboko juga menambahkan, “DAAI TV benar-benar dibantu oleh para relawan Tzu Chi. Karena sebetulnya para relawanlah yang telah mengukir sejarah di Tzu Chi yang nantinya disebarkan melalui DAAI dan mereka mempercayai hanya DAAI TV yang mampu melakukannya.” DAAI TV senantiasa memegang 3 prinsip dalam menjalankan tugasnya, yakni “kebenaran, kebajikan, dan keindahan”. Inilah pedoman tayangan di DAAI TV untuk menampilkan sesuatu yang indah dan menyentuh sehingga mampu menggugah semua orang untuk turut berbuat bajik bagi sesama.

foto  foto

Ket : - Piter Huang dan Fayanti berkisah tentang pengalaman mereka sebagai relawan daur ulang di Tzu Chi             Tebing Tinggi. (kiri)
         - "Dengan teknologi yang ada, kita bisa menjadikannya perpanjangan lidah sehingga dapat menggugah             miliaran hati manusia,” harap Master Cheng Yen pada DAAI TV. (kanan)

Menggugah Hati Manusia
Sumboko sendiri bercerita mengenai pengalamannya di DAAI TV di mana dulunya dia juga tidak percaya kalau sebuah stasiun televisi mampu beroperasi tanpa ada iklan. Sewaktu berkunjung ke Taiwan, Sumboko melakukan penelitian, apakah benar DAAI TV itu tidak memerlukan pemasukan dari iklan. Dan akhirnya setelah penelitiannya selesai, barulah Sumboko sadar kalau sebagian besar biaya operasional DAAI TV diperoleh dari sampah daur ulang. Dan bagaimana sampah daur ulang ini bisa begitu berharga, semua ini adalah jasa dari para relawan Tzu Chi yang melakukan kegiatan daur ulang sehingga mampu melindungi dan menyelamatkan bumi ini, dengan mengubah sampah menjadi emas.

Da Ai TV sendiri mengudara pertama kali di Taiwan pada tahun 1998. Master Cheng Yen dalam ceramahnya saat itu mengatakan,”Di dalam kehidupan saya sangat terbatas ini, saya berkeinginan untuk menolong setiap makhluk yang menderita. Kalau kita dapat bersatu hati, barulah ada sebuah kekuatan. Dengan menggunakan teknologi yang ada sekarang, kita bisa menjadikannya perpanjangan lidah sehingga dapat menggugah miliaran hati manusia.” Pada bulan Oktober 2006, Indonesia adalah negara kedua yang memiliki stasiun DAAI TV di dunia. DAAI TV diharapkan menjadi wadah yang mampu menjernihkan dan menyucikan hati dan pikiran manusia yang tidak menayangkan tayangan yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, maupun magis.

foto  foto

Ket: - Peringatan ulang tahun DAAI TV Medan ini diisi dengan berbagai acara seperti isyarat tangan karyawan             DAAI TV Medan, bagian dari keluarga misi budaya humanis Tzu Chi. (kiri).
         - Para relawan Tzu Chi Medan ikut bergabung dengan kru DAAI TV Medan memperagakan isyarat tangan             "Satu Keluarga". (kanan)

Menginspirasi Masyarakat
Salah seorang relawan Tzu Chi Tebing Tinggi yang berdedikasi dalam daur ulang, Piter Huang bercerita bagaimana dirinya dapat bergabung di Tzu Chi dan menjadi relawan daur ulang. “Dulu saya tidak tahu hendak melakukan apa di Tzu Chi, akhirnya saya memilih daur ulang. Pertama-tama saya menggunakan motor untuk mengumpulkan koran-koran bekas,” kenang Piter, “Sewaktu pertama kali mengumpulkan sampah, ada yang bilang, ‘Ini paling-paling cuma sekali dua kali aja.’ Dia meragukan saya.” Perkataan tersebut tidak membuat Piter patah semangat dan terus mengumpulkan sampah daur ulang. Pernah satu kali Piter hendak membeli telepon seluler yang baru tetapi setelah dipikir-pikir dengan bertambahnya minat warga untuk mengumpulkan sampah daur ulang, Piter mengurungkan niatnya dan akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah becak motor. Becak motor tersebut dimodifikasi dengan sedemikian rupa sehingga dapat menampung lebih banyak lagi sampah daur ulang. Bersama istrinya Fayanti, tiga kali seminggu, Piter Huang menggunakan becak motor berkeliling ke kompleks-kompleks perumahan untuk mengumpulkan sampah daur ulang.

Banyak orang yang setelah menyaksikan DAAI TV merasa tergugah dan akhirnya bergabung dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Salah satunya adalah Ricard Harimukti yang biasa disapa Harimukti. Harimukti yang seorang Katolik ini merasa tergugah karena Yayasan Buddha Tzu Chi adalah yayasan yang tidak membedakan suku, agama, ras, dan latar belakang dalam menjalankan misi kemanusiaannya. “Selama setengah tahun setelah saya menyaksikan DAAI TV, saya mencari-cari di mana saya bisa bertemu dengan Tzu Chi,” ujar Harimukti. Memang sebuah ikatan jodoh yang sangat baik, pada suatu hari Harimukti bertemu dengan Wardi yang berseragam relawan Tzu Chi di suatu kantor kelurahan. Di sanalah pembicaraan mengenai Tzu Chi dibahas dan Wardi mengajaknya untuk mengikuti kegiatan di malam harinya. Pada hari itu Harimukti memutuskan untuk menjadi relawan Tzu Chi dan lebih memfokuskan diri di bagian penanganan pasien bantuan pengobatan khusus juga belajar untuk bervegetarian.

Di penghujung acara, para kru DAAI TV Medan dan semua relawan Tzu Chi Medan bersama-sama memperagakan isyarat tangan lagu Satu Keluarga. Ini adalah wujud kebersamaan antara kru DAAI TV dan para relawan Tzu Chi. Setelah acara sharing selesai dilakukan, para kru DAAI TV Medan dan Jakarta bergabung dengan relawan Tzu Chi Medan mengadakan acara pemotongan tumpeng bersama dan dilanjutkan dengan acara makan malam. Semoga kehadiran DAAI TV di Medan semakin membawa manfaat di masa mendatang.

  
 
 

Artikel Terkait

Arisan untuk Berdana

Arisan untuk Berdana

19 Januari 2010
Bagi Mey Hoa ini adalah titik terberat dalam hidupnya. Selain penyakit kanker yang dideritanya, ia juga harus menanggung beban sebagai orangtua tunggal yang harus mengasuh dua putri yang ikut dengannya.
Suara Kasih: Mengemudikan Perahu Cinta Kasih

Suara Kasih: Mengemudikan Perahu Cinta Kasih

08 Desember 2011
Insan Tzu Chi harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Untuk itu, kita harus meneladani Bodhisatwa. Tekad Bodhisatwa juga merupakan tekad kita.
Hidup dalam Kebersamaan

Hidup dalam Kebersamaan

11 Februari 2011 Menjelang Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan Februari 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan gathering perayaan Imlek bersama dengan para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) di Aula Serbaguna RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Jakarta Barat pada 23 Januari 2011.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -