Menumbuhkan Nilai-Nilai Kebajikan

Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Hendra , Salina (He Qi Barat)

fotoAlbert yang mengalami kecelakaan sehingga harus diperban untuk beberapa waktu, tetapi Albert tetap berniat untk mengikuti kegiatan kelasa budi pekerti ini.

Setiap orang tua selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya dan berharap sang anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang jujur, beretika dan sopan. Begitulah harapan para orang tua yang telah mendaftarkan anak mereka ke Qing Zhi Ban (kelas Budi Pekerti Tzu Chi) yang diselenggarakan di Sekolah SMK Tzu Chi lantai 4, pada hari Minggu tanggal 26 Februari 2012 pukul 09.00 WIB. Total anak-anak yang hadir di Qing Zhi Ban adalah 48 orang.

 

Elly Shijie, relawan Tzu Chi menjelaskan jika tujuan diadakannya Qing Zhi Ban adalah untuk menumbuhkan nilai-nilai kebajikan agar tercipta badan dan jiwa yang sehat serta mampu mencintai diri sendiri dan orang lain. Selain itu juga untuk lebih mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Elly Shijie menambahkan jika salah satu syarat untuk dapat mengikuti Qing Zhi Ban adalah orang tua harus ikut serta mendampingi anak di kegiatan  dan tak boleh diwakili oleh pengasuh anak-anaknya. Selain itu batas usia anak untuk ikut  Qing Zhi Ban adalah 5-8 tahun. Harapannya ialah  setelah mempelajari dan menyelami nilai-nilai kebajikan di Qing Zhi Ban, anak-anak dapat melanjutkannya juga di lingkungan rumah. Apalagi Qing Zhi Ban hanya diadakan satu bulan sekali dan biasanya pada hari Minggu.

Hari ini Qing Zhi Ban diisi dengan kegiatan penjualan seragam untuk anak-anak. Setelah bertukar pakaian, langsung dilakukan proses pengambilan foto anak-anak dan orang tuanya oleh relawan 3 in 1 Tzu Chi untuk keperluan pembuatan nametag, yang selanjutnya akan dipakai setiap mengikuti Qing Zhi Ban. Senyum bahagia dan kekompakan terukir di wajah anak dan orang tua sehingga menghasilkan foto yang indah.

Selanjutnya orang tua diberikan sosialisasi tentang Qing Zhi Ban dan Tzu Chi agar orang tua memiliki gambaran dan memahami apa itu Qing Zhi Ban dan Tzu Chi dengan benar. Sedangkan anak-anak dibawa ke ruangan lain oleh para relawan Tzu Chi untuk menghias celengan bambu, dimana semua peralatan dan perlengkapannya telah dipersiapkan.

Anak-anak begitu antusias, bahkan mereka begitu fokus agar dapat membuat celengan terbaiknya karena celengan itu akan dibawa pulang ke rumah dan tentu saja mereka juga ingin memperlihatkan keindahan celengan buatan tangan mereka sendiri kepada orang tua. Anak-anak ini sangat menggemaskan dan  apa adanya. Setiap anak memiliki karakter yang unik, ada karakter anak yang begitu pendiam, ada yang aktif, bahkan ada yang cuek. Para relawan  mendampingi anak-anak dengan sabar dan penuh  bahagia. Interaksi antara anak-anak dan para relawan terlihat begitu hangat. Euforia ruangan menghias celengan sungguh menyenangkan.

foto   foto

Keterangan :

  • Para relawan dengan penuh cinta kasih mendidik dan mengayomi para murid seperti layaknya anak atau kerabat sendiri (kiri).
  • Selain pendidikan budi pekerti, para murid diajarkan untuk menyisihkan uang jajan mereka guna membantu orang yang kurang mampu (kanan).

Keterbatasan Gerakan Fisik bukanlah Masalah.
Salah satu anak yang hadir di ruangan Qing Zhi Ban adalah Albert, usia 7 tahun dan sudah kelas 2 SD. Dia baru saja mengalami kecelakaan yang mengakibatkan salah satu kakinya harus mendapat perawatan dan harus duduk di kursi roda. Dia begitu menikmati setiap detik waktunya dalam menghias celengan bahkan sepertinya dia tak begitu mempermasalahkan keadaan kakinya dan tetap mampu mengikuti setiap pelajaran seperti anak-anak lainnya.

Dan ketika Albert masuk ke kelas Qing Zhi Ban, setelah selesai menghias celengan, ayah dan ibu dari Albert langsung menyambut dan dengan sigap merapikan posisi kursi rodanya. Ibu duduk di samping Albert, dan ayah duduk di belakang kursi roda Albert. Keluarga ini sungguh terlihat sangat kompak, saling menyayangi dan saling melindungi.

Hani, sang ibu mengatakan bahwa Albert adalah anak satu-satunya, seorang anak yang mandiri dan aktif. Kemudian sang ibu juga berkata bahwa dari kecil, Albert memang sudah dididik untuk harus menghadapi setiap cobaan dalam hidup dengan tegar. Jadi ketika mengalami kecelakaan dan kakinya harus dibalut dan bahkan harus memakai kursi roda selama proses perawatan, Albert menjalaninya dengan tegar dan tetap ceria seperti tidak terjadi apa-apa. Dan Albert sendiri yang meminta orang tuanya untuk tetap mengantarnya ke Qing Zhi Ban walaupun kondisi kakinya seperti itu. Ayah dan ibu pun mewujudkan permintaan Albert, lagipula memang sang ibu juga berharap agar dengan terus mengikuti Qing Zhi Ban, Albert dapat menjadi pribadi yang dapat berbakti pada orang tua dan tetap memegang nilai-nilai budi pekerti di kehidupan agar nantinya dapat berguna bagi masyarakat dan negara.

Betapa indahnya suatu keluarga dimana dapat terjalin suatu hubungan hangat dan saling memahami antara orangtua dan anak. Dan jikalau setiap keluarga selalu berusaha menumbuhkan dan mempraktikkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, maka selain dapat menciptakan keluarga bahagia lahir batin, tentunya turut mendukung terciptanya masyarakat yang harmonis.

  
 

Artikel Terkait

Bakti Sosial Kesehatan Umum di Festival Hijau

Bakti Sosial Kesehatan Umum di Festival Hijau

01 Agustus 2017

Festival Hijau diadakan selama dua hari, pada 29 dan 30 Juli 2017. Pada hari kedua, festival juga diisi dengan kegiatan bakti sosial kesehatan umum, sehingga makin terasa lengkap dalam menebarkan kebaikan bagi masyarakat.

Senyum Bahagia dari Gigi Sehat

Senyum Bahagia dari Gigi Sehat

22 Agustus 2016

Minggu, 14 Agustus 2016, sebanyak 68 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 1 berkumpul di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke untuk melakukan baksos gigi bagi anak-anak penghuni rusun.

Saatnya Menjadi Bodhisatwa Dunia

Saatnya Menjadi Bodhisatwa Dunia

24 Oktober 2011 Dalam kegiatan ini, para relawan yang akan dilantik diberikan materi dan pemahaman lebih mendalam mengenai visi dan misi Tzu Chi dengan tujuan agar para relawan lebih berani untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar lagi dan dapat dengan tulus membantu sesama dan dunia.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -