Menumbuhkan Tunas saat Bencana Melanda

Jurnalis : Willy, Fotografer : Willy, Anand Yahya

Pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Kamp TTD 2015 di Ciawi, Bogor. Kegiatan ini diikuti oleh 97 relawan Tzu Chi dari Jakarta, Tangerang, Manado, Bandung, Lampung, Makassar, dan Medan.

“Bencana alam adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Ketika bencana itu terjadi, Tzu Chi tidak tinggal diam. Insan Tzu Chi selalu berupaya untuk membantu dan memberikan bantuan,” ujar Joe Riadi, Koordinator Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia dalam sambutannya saat membuka Kamp TTD 2015 yang digelar pada 8 dan 9 Agustus 2015 di Ciawi, Bogor. Kamp TTD yang merupakan kali ketiganya digelar ini mengusung tema “Menebar Cinta Kasih, Memupuk Kebijaksanaan” dan dihadiri oleh 97 relawan Tzu Chi dari Jakarta, Medan, Bandung, Makassar, Lampung, Tangerang, dan Manado.

Saat ditemui Joe Riadi menuturkan bahwa tujuan dari Kamp TTD ini untuk mendekatkan insan relawan Tzu Chi serta menjalin kerja sama dengan relawan Tzu Chi dari berbagai wilayah di Indonesia. Lebih lanjut, relawan yang akrab disapa Ayau ini menjelaskan bahwa semua relawan memiliki potensi untuk membantu dalam tim tanggap darurat. “Semua relawan itu bisa. TTD selalu tim, tidak bisa satu atau dua orang. Namanya TTD, tim tanggap darurat, ada tim pemerhati, ada tim konsumsi, ada tim logistik, tim transportasi, dan tim medis,” tambah Ayao.

Berbagai materi diberikan kepada para peserta. Salah satunya mengenai pertolongan pertama saat bencana terjadi yang dibawakan oleh Dr. Tonny Christianto.


Like Hermansyah, Koordinator Relawan He Qi Pusat mengungkapkan bahwa dalam kerelawanan di daerah bencana, insan Tzu Chi perlu juga menggalang hati masyarakat melalui budaya humanis dan perhatian para relawan.

Lebih lanjut, relawan yang telah menjadi Koordinator TTD Tzu Chi Indonesia selama enam tahun itu berharap kamp ini dapat menyiapkan para relawan kala bencana menghantam daerah-daerah di Indonesia. “Kita mengadakan ini bukan untuk supaya ada bencana, tetapi, ketika ada bencana, kita sudah siap. Kita mempersiapkan diri. Ketika terjadi bencana, kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan,” tambah Ayao.

Berbagai pemateri berkesempatan mengisi kamp ini dengan berbagai pengetahuan yang perlu dipahami oleh peserta. Mulai dari pemahaman dasar mengenai bencana dan jenis-jenisnya yang dibawakan oleh Sudarno; pertolongan pertama di saat bencana yang dipaparkan oleh Dr. Tonny Christianto; uraian tugas dan peran tim medis dalam penanganan bencana oleh Dr. Subekti; pemahaman mengenai tugas tim advance dalam tim tanggap darurat oleh Jhonny; hingga peran relawan pemerhati bencana yang dibawakan oleh Dr. Kimmy.

Salah satunya adalah Like Hermansyah, Koordinator relawan He Qi Pusat yang menekankan pentingnya relawan menggalang hati masyarakat untuk ikut menabur cinta kasih dengan berbuat kebajikan. Menurutnya, hal ini ditujukan agar dalam kegiatan darurat bencana, insan Tzu Chi tidak hanya memberikan bantuan fisik, namun juga inspirasi dan cinta kasih dalam hati para penerima bantuan. “Menebar cinta kasih adalah kaki kiri dan kaki kanannya adalah memupuk kebijaksanaan,” ujar Like dalam pemaparannya. “Kalau kita bersungguh hati, apa hasilnya? Walaupun beras habis dimakan, tapi insan Tzu Chi menyentuh hati mereka dengan budaya humanisnya, dengan perhatiannya. Sehingga, apa yang tersimpan ke dalam hati, shixiong, shijie? Cinta kasihnya.”

Selain itu, para peserta kamp kali ini tak melulu diajak berkutat dalam pemberian materi di dalam kelas. Menjelang sore, para peserta diajak untuk  belajar diluar ruang. Salah satunya dalam sesi team building. Sesi ini mengajak para peserta bekerja sama dalam tim melalui berbagai permainan. Permainan ini juga mendorong para peserta untuk memeras otak dalam memecahkan berbagai persoalan.

Benny Pandelaki, Koordinator relawan Tzu Chi Manado  bersyukur dapat berjodoh dengan Tzu Chi dan mengikuti Kamp TTD 2015.

Dulu Darurat Bencana, Kini Belajar Siaga

“Awalnya saya tahu Tzu Chi sudah sekitar lima atau enam tahun lalu, namun belum jodohnya kita,” ujar Benny Pandelaki, Koordinator relawan Manado. Saat Manado luluh lantak dihantam bencana, Tzu Chi turun membantu dengan memberikan berbagai bantuan fisik dan menebar cinta kasih. Bak benih yang dirawat dengan baik, benih cinta kasih itu tumbuh menjadi satu komunitas kerelawanan.

Perhatian tulus relawan menyentuh warga sekitar dan tak terkecuali, Benny. Secara tak sengaja Benny melihat mobil dengan bendera Tzu Chi ketika Manado tengah berduka. Sejak itu, Benny mulai membantu kegiatan Tzu Chi. Kini, dia bersama tiga relawan lain dari Manado datang ke Kamp TTD 2015 untuk mendalami cara dan prinsip pemberian bantuan Tzu Chi. “Sangat bersyukur bisa ikut acara ini. Ini adalah satu hal yang penting karena kita akan turun ke lapangan dan berhadapan masyarakat,” ujar pria kelahiran 17 Agustus itu.

Adi Prasetio memberikan pengalamannya dalam berbagai kerelawanan bencana yang pernah dia lakukan. Saat ditemui langsung dia berharap relawan Manado dapat terus berkembang.

Adi Prasetio yang turut hadir dalam Kamp TTD 2015 sempat berbagi cerita dengan para peserta mengenai bencana banjir Manado 2014 silam. Baginya, ketika menghadapi bencana, para relawan harus siap siaga dengan berbagai kondisi yang mungkin terjadi. Lebih lanjut, Adi berharap kerelawanan Manado yang baru tumbuh dapat berkembang lagi sehingga dapat menjadi mandiri. “Mudah-mudahan di Manado dapat berkembang sendiri. Hal ini tergantung jodoh dan relawan itu sendiri,” tambah Adi.


Artikel Terkait

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -