Menyadari, Menghargai, dan Menciptakan Kembali Berkah

Jurnalis : Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Wismina, Hery Junaidi (Tzu Chi Pekanbaru)

Kelas Anak Asuh

Pada Kelas Anak Asuh, Minggu, 6 Desember 2015 silam di Kantor Tzu Chi Pekanbaru, 52 Anak Asuh diajak untuk mendalami lagi makna dari berkah.

“Pengetahuan memang penting, tapi lebih penting lagi budi pekerti”

~ Kata Perenungan Master Cheng Yen~

Kata perenungan di atas cocok menggambarkan apa yang telah diterapkan dalam pemberian bantuan pendidikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru. Seperti yang pada Kelas Anak Asuh (Penerima Bantuan Pendidikan) pada Minggu, 6 Desember 2015 silam di Kantor Tzu Chi Pekanbaru. Kegiatan Kelas Anak Asuh yang  rutin diadakan setiap hari Minggu pertama setiap bulannya ini memberikan pendalaman budi pekerti kepada para penerima bantuan pendidikan.

Tishe, relawan Tzu Chi yang juga membawa jalannya kegiatan hari itu membuka kelas dengan memberi pertanyaan, “Apa yang bisa kita syukuri pada pagi ini?” kepada 52 anak asuh yang hadir. Fitrah, salah satu anak asuh menjawab, “Bersyukur bisa menghirup udara pagi.” Monica, anak asuh lainnya menambahkan, “Bersyukur bisa berkumpul bersama dengan teman-teman di Tzu Chi.”

Seperti kelas-kelas sebelumnya, para anak asuh bersama-sama menyanyikan lagu berjudul “Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan (Namaku adalah Sang Pemberani)” yang sarat makna. Tishe kembali mengingatkan bahwa makna lagu tersebut bisa menjadi inspirasi dan motivasi agar anak-anak bisa belajar menghadapi kesulitan yang muncul.

Kelas Anak Asuh

Yelina (kanan) mengungkapkan bahwa dia bahagia bisa di Tzu Chi, selain bisa bertemu dengan teman-teman, juga bisa bertemu dengan shigu (panggilan bibi di Tzu Chi).

Tishe juga menceritakan pengalaman hidupnya saat dirinya duduk di bangku SMA. Waktu itu, Tishe juga mengalami kesulitan karena biaya sekolah. Tapi, hal ini tidak membuatnya menjadi putus sekolah. Tishe kemudian mencari cara untuk bisa membiayai sekolah dengan mengajar les. Dia juga menuturkan bahwa makna dari lagu ini juga mengajak untuk menjadi insan dengan tangan di atas yang artinya berbagi dengan sesama.

“Dengan memberi sesuatu buat yang lain, dengan begitu kita juga akan memperoleh rahmat dari Yang Kuasa. Pemberian itu tidak selalu mesti dalam bentuk materi, dengan memberikan senyuman, dengan membantu mengajari teman yang tidak mengerti pelajaran, juga disebut pemberian,” tambah Tishe.

Menyadari Berkah

Pada setiap pertemuan, Master Cheng Yen senantiasa hadir bersama dengan anak-anak melalui tayangan Lentera Kehidupan. Wejangan dari Master Cheng Yen kali ini ada mengulas tentang sekelompok orang  di India Timur yang harus bekerja keras demi menopang kehidupan keluarga. Dalam kisahnya, masyarakat di India Timur itu mesti menempuh perjalanan sejauh 80 kilometer setiap hari untuk membanting tulang. Mereka mengandalkan sebuah sepeda dan berangkat dari desa mereka untuk pergi berjualan batu bara. Sambil mendorong sepeda, mereka naik dan turun gunung.

Master Cheng Yen juga mengingatkan bahwa orang yang memiliki berkah harus tahu berhemat dan membantu orang yang membutuhkan. Beliau memberi  contoh mengenai pembagian beras cinta kasih oleh insan Tzu Chi di Ladysmith, Afrika Selatan. Daerah ini yang sebelumnya merupakan tempat yang rawan kejahatan. Namun, berkat pendampingan, perhatian, dan cinta kasih dari  relawan Tzu Chi, lambat laun tempat ini menjadi lebih harmonis.

Juga mengenai pembagian beras cinta kasih di Filipina. Saat itu, ada satu pria penerima beras mendengar ucapan relawan Tzu Chi yang mengatakan bahwa memberi lebih dipenuhi berkah daripada menerima. Pria itu tergerak untuk berbagi beras yang diterimanya dengan tetangganya. Selain itu, ada juga penerima bantuan  yang mengumpulkan barang daur ulang yang telah dicuci bersih dan kemudian disumbangkan ke Tzu Chi. Seperti yang sering diucapkan Master Cheng Yen bahwa cinta kasih dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat kebajikan.

Menghargai Berkah

Relawan Tzu Chi juga mengajak para anak asuh untuk mendalami Kata Perenungan yang berbunyi, “Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai, dan menciptakan kembali berkah tersebut.”

Tishe menjelaskan makan dari Kata Perenungan tersebut dengan contoh makanan. “Pada saat kita bisa mempunyai sepiring nasi dan kita berdoa sebelum makan, ini merupakan wujud dari menyadari berkah,” ujar Tishe. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa memakan makanan tersebut hingga habis juga adalah bentuk menghargai berkah tersebut. “Setelah kita makan kita menjadi kenyang kemudian dengan tenaga yang ada kita melakukan hal-hal baik, kita giat belajar, membantu mama dan papa, itu merupakan wujud dari menciptakan berkah kembali,” pungkasnya.

Kelas Anak Asuh

Melalui celengan bambu Tzu Chi, anak-anak diajak untuk kembali menciptakan berkah bagi sesama.

Untuk membuat anak-anak lebih memahami kata perenungan tersebut, Kiho, relawan Tzu Chi lain membuat pertanyaan dalam format kuis. “Anak-anak bisa bersekolah, itu dikategorikan tindakan menyadari berkah, menghargai berkah, atau menciptakan berkah?“ tanya Kiho. Ternyata, anak-anak telah paham betul. Buktinya, saat Kiho menanyakan dengan pertanyaan mengumpulkan barang daur ulang untuk disumbangkan ke Tzu Chi, anak-anak menjawab bahwa itu merupakan wujud dari menciptakan berkah kembali.

Menciptakan Kembali Berkah

Anak-anak juga diajak menciptakan berkah kembali melalui celengan bambu yang telah mereka isi. Sekitar 12 anak yang membawa celengan untuk dituang dalam kegiatan hari itu. Salah satunya adalah Firman. Dia menjelaskan bahwa dirinya motivasinya adalah ingin menciptakan berkah kembali. Firman mengisi celengan dengan menyisihkan uang jajannya.

Kelas Anak Asuh

Tri, bersama anaknya, Tiara, berharap tabungannya dalam celengan bambu Tzu Chi dapat membantu sesama.

Sama halnya dengan Firman, Elvina juga menabung setiap hari ke dalam celengan bambu Tzu Chi karena teringat untuk membantu orang lain. “Niat baik untuk menolong orang lain haruslah ditumbuhkan setiap hari,” Tishe menambahkan. Ada juga anak-anak yang membawa celengan pulang untuk mereka isi. Total 36 celengan dibagikan pada hari itu.

Rizki Antika Mutiara atau yang akrab dipanggil Tiara mengatakan bahwa celengannya merupakan tabungannya bersama mamanya. Tiara yang saat ini duduk di kelas 2 SD mengatakan bahwa dirinya ingin membantu orang lain. “Semoga dengan dana sedikit sedikit ini, kita bisa ikut bantu orang,” ungkap Tri, Mama Tiara.

Hal ini disambut positif Tishe yang mengatakan, “Tidak peduli isi celengan penuh atau tidak penuh, yang penting adalah ketulusan hati. Dana yang terkumpul dari celengan nantinya akan dimanfaatkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan dengan harapan bisa memberikan kehidupan yang lebih baik buat mereka.”

Berkah bukan diminta, tapi harus diciptakan. Semoga dengan adanya celengan, bisa menjadi sarana untuk anak-anak untuk menciptakan keberkahan dan menumbuhkan cinta kasih.


Artikel Terkait

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -