Mukjizat Itu Nyata

Jurnalis : Ajeng, Yenny Wiranata (Tzu Chi Padang), Fotografer : Yaya, Enisari (Tzu Chi Padang)

foto
Saat Rizki selesai operasi pertama di baksos kesehatan yang diadakan oleh Tzu Chi.

“ Ma, Rizki bisa melihat lagi!”. Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh Rizki, bocah kelahiran 28 Oktober 2003 tersebut.

Rizki yang merupakan anak sulung dari 3 bersaudara ini memang memiliki kelemahan sejak dia berusia 7 bulan. Di usia Rizki yang 7 bulan, Rizki sering terjatuh ketika belajar berjalan dengan menggunakan kereta bayi. Ibunda Rizki, Ibu Susi tidak menaruh curiga akan hal tersebut, ia menganggap biasa saja. Sampai Rizki memasuki sekolah TK, Rizki merasa ada yang aneh pada penglihatannya. Rizki kecil pun kemudian mengeluh kepada sang ibu kalau di sekolah Rizki sering kali dimarahi guru akibat kesalahannya dalam melihat materi yang diajarkan di papan tulis. Mendengar hal ini, sang ibu pun membawa Rizki ke dokter mata. Betapa kagetnya Ibu susi mendengar penjelasan dokter bahwa Rizki kecil telah memiliki mata minus, minus 4, baik mata kanan dan kiri. Namun, dokter mengatakan hal tersebut bisa diatasi dengan menggunakan kacamata secara rutin.. Akhirnya Rizki pun menggunakan kacamata dengan minus 4.

Setelah 2 tahun, sekitar tahun 2006, Rizki kembali mengeluh sering salah dalam mencatat pelajaran di sekolah. Hal ini sangat mengganggu, mengingat Rizki telah duduk di bangku Sekolah Dasar. Rizki kembali pergi memeriksakan matanya ke dokter mata. Kali ini Rizki dan ibunya kaget sekali, karena dokter mengatakan mata Rizki bukanlah minus belaka namun Rizki mengalami katarak dan dioperasi, jika tidak Rizki akan terus mengalami kerabunan. Rizki menangis dan sangat takut untuk dioperasi. Rizki memilih untuk tetap menggunakan kacamata minusnya. Tapi Rizki merasa kacamata tersebut sudah tidak berfungsi sama sekali, dirinya terus menerus melakukan kesalahan dalam menerima pelajaran, yang mana membuat Rizki semakin sering dihukum guru di kelas. Setiap pulang sekolah Rizki selalu mengeluh dan menangis di pangkuan ibunya. Akhirnya dengan tekad dan niat yang kuat Rizki bersedia untuk menjalani operasi katarak.

Orang tua Rizki pun senang sekali mendengar keberanian anaknya untuk dioperasi, akan tetapi masih ada hal yang sangat mengganjal yaitu mengenai biaya. Penghasilan ayah Rizki sebagai buruh tidak tetap, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan biaya operasi katarak berkisar antara 8-9 juta rupiah. Orang tua Rizki tidak putus asa, mereka berdua selalu berusaha dan memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberikan jalan terbaik bagi Rizki. Doa keluarga kecil ini didengar Tuhan, ayah Rizki mendapatkan informasi bahwa ada operasi katarak gratis yang diadakan oleh salah satu instansi.. Ayah Rizki segera mencari tahu data yang diperlukan dan mempersiapkan segalanya. Hari demi hari berlalu namun tidak ada kabar selanjutnya, hingga suatu hari ayah Rizki dihubungi oleh instansi terkait bahwa Rizki tidak bisa dioperasi dengan berbagai alasan.

Kembali, Rizki kecil harus menahan keinginannya untuk dapat segera dioperasi. Rizki hanya bisa pasrah dan berdoa agar jalan tetrbaik selalu diberikan. Waktu terus berjalan, Rizki yang ceria kembali murung namun Rizki tetap semangat mengikuti pelajaran di sekolah, meski harus pulang terlambat karena Rizki mencatat semua catatannya dengan pelan-pelan agar tidak salah. Ayah dan Ibu Rizki tidak tega melihat Rizki, mereka pun kembali mencari informasi tentang pengobatan katarak. Suatu hari, ayah Rizki kembali mendapat informasi dari para tetangganya bahwa ada Yayasan Buddha Tzu Chi akan mengadakan operasi mata katarak gratis. Namun, karena trauma akan kegagalan dari  info sebelumnya, ayah Rizki tidak segera menanggapai hal tersebut.

Hingga pada suatu hari, ayah Rizki dihubungi oleh salah seorang yang sudah tau dan kenal akan Yayasan Buddha Tzu Chi. Mendengar penjelasan dari orang tersebut, barulah ayah Rizki percaya dan mempersiapkan segala datanya. Rizki amat gembira mendengar hal tersebut. Rizki kecil pun kembali ceria, semangatnya kembali ada dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan kerap kali melakukan kunjungan ke rumah keluarga Rizki untuk melihat keadaannya (kiri).
  • Rizki diberikan kacamata gratis ditempat salah satu relawan Tzu Chi agar dapat melihat dengan jelas (kanan).

18 November 2013, Rizki ditemani kedua orang tuanya untuk menjalani pemeriksaan tahap awal, yang menentukan apakah Rizki bisa dioperasi atau tidak. Setelah menunggu proses antrian yang sangat panjang, tibalah Rizki diperiksa. Hasilnya sangat memuaskan, Rizki dinyatakan memang terkena katarak bawaan lahir dan Rizki dapat menjalani operasi yang akan diadakan sekitar 2 minggu ke depan. Mendengar berita ini, keluarga Rizki sangat bersyukur dan gembira. Sejak saat itu, Rizki tidak lagi murung, ia tidak sabar untuk menunggu bulan Desember datang. Orang tua Rizki begitu bahagia melihat anaknya ada semangat.

30 November 2013, hari yang dinanti pun tiba. Rizki bangun lebih pagi dibanding hari biasanya. Rizki ingin segera sampai di rumah sakit dan menjalani operasi. Harapannya Cuma satu, yakni bisa melihat dengan normal layaknya anak-anak lain. Setiba di rumah sakit Rizki tidak menunjukkan rasa takut, ia terlihat sangat berani untuk anak seusianya. Bermodalkan tekad untuk bisa sekolah lebih baik, Rizki memasuki ruang operasi dengan tenang. Rizki menjalani operasi untuk sebelah mata, selama 30 menit. Selesai operasi Rizki menggigil dan diberi teh manis hangat oleh panitia. Walaupun perihnya mata belum hilang, namun Rizki tetap masih bisa tersenyum dan mengucap terima kasih kepada dokter yang membantunya. Hal tak diduga kembali datang, setelah Rizki pulang, tepatnya sore hari, dokter yang mengoperasi Rizki memberikan penawaran apakah Rizki bersedia untuk menjalani operasi matanya yang sebelahnya lagi besok. Tentunya panitia segera memberitakan kabar gembira ini kepada keluarga Rizki kecil. Rizki pun dengan penuh semangat menjawab bersedia.

1 Desember 2013, Rizki kembali memasuki ruang operasi pukul 07.00 pagi dengan tenang dan penuh semangat, ditemani oleh relawan Tzu Chi. Ia menjalani operasi kedua. Puji Tuhan, operasi kedua ini juga berjalan lancar. Rizki sempat dirawat di R.S Reksodiwiryo untuk pemulihan. Keesokan harinya Rizki di perbolehkan untuk pulang.

Satu bulan kemudian Rizki kembali dibawa oleh relawan Tzu Chi untuk menjalani periksa ulang ke dokter dan hasilnya jauh lebih baik dari perkiraan dokter sebelumnya.Dokter memberikan resep untuk Rizki agar menggunakan kacamata.

Sekarang Rizki dapat melihat dengan jelas dan melakukan aktivitas belajar disekolah dengan baik seperti teman-temannya yang lain.Rizki juga ingin bisa membantu sesama yang membutuhkan. “Terima kasih Tzu Chi telah membantu saya untuk dapat melihat kembali,karena Tzu Chi saya sekarang bisa melihat keindahan dunia,”ungkap Rizki bocah berumur 10 tahun.


Artikel Terkait

Celengan Bambu Pulang ke Rumah

Celengan Bambu Pulang ke Rumah

31 Maret 2009 Menabung dalam celengan bambu bukan hanya bermanfaat bagi orang lain, namun juga bagi kita yang melakukannya. Menurut Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia, dalam agama Buddha yang dianutnya, diyakini ada 3 akar yang menyebabkan manusia melakukan perbuatan jahat, yaitu ”keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin”.
Tzu Ching Makassar Bagikan Takjil untuk Kaum Duafa

Tzu Ching Makassar Bagikan Takjil untuk Kaum Duafa

05 Juni 2018
Setelah menggelar kegiatan buka puasa bersama anak panti asuhan, kali ini relawan Tzu Ching (Muda-mudi Tzu Chi) Makassar membagikan takjil kepada kaum duafa. Relawan ikut membagikan es buah, roti, minuman, dan kurma kepada tukang parkir, tukang becak dan tukang sapu jalan di sekitar Jl Ahmad Yani, Makassar, Jumat (1/6).
Dukungan dari Tzu Chi dan Sang Ayah Membuat Jimmy Lebih Semangat Jalani Pengobatan Tumor Otak

Dukungan dari Tzu Chi dan Sang Ayah Membuat Jimmy Lebih Semangat Jalani Pengobatan Tumor Otak

06 Februari 2024
Mendapat bantuan berupa pendampingan dari Tzu Chi, baik di Pekanbaru maupun di Jakarta, Jimmy sangat bersyukur.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -