Open House Kelas Budaya Humanis Tzu Chi

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Feranika husada dan Stephen Ang (He Qi Utara), Teddy Lianto
 
 

foto
Tangggal 7 April 2013, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Open House Kelas Budaya Humanis.

Saat ini nilai akademik yang tinggi dalam dunia pendidikan telah menjadi sebuah patokan dalam kelulusan sekolah dan peluang untuk memperoleh pekerjaan yang baik. Hal ini seakan menjadi harga mati yang tak dapat ditawar lagi. Banyak anak-anak yang sejak kecil harus mengikuti berbagai kursus demi mendapatkan ‘kelulusan’ sempurna di sekolah mereka. Perkembangan akademis mereka melonjak naik, tetapi akhlak dan moral mereka belum tentu sebagus nilai akademis mereka.

Melihat minimnya pendidikan moral dan budi pekerti, Master Cheng Yen memulai sebuah program harapan untuk memurnikan kembali hati dan pikiran anak-anak dengan menerapkan sebuah sistem pendidikan yang berbudaya humanis. Pendidikan yang diberikan Tzu Chi adalah pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, namun juga mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Oleh sebab itu, dalam setiap institusi pendidikan Tzu Chi, tidak hanya murid yang belajar, guru pun juga belajar. Para siswa belajar ilmu pengetahuan dan kehidupan di dalam lingkungan yang penuh dengan cinta kasih, sedangkan para guru belajar untuk menumbuhkan cinta kasih dan kebajikan di dalam hati para siswa. Guru sebagai pembimbing, tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun juga mengajarkan tentang cinta kasih dan kebajikan.

Pusat Pendidikan Masyarakat
Pendidikan ini tidak hanya ingin ditularkan pada anak-anak, tetapi juga pada orang tua dan masyarakat luas. Pada tanggal 7 April 2013 dengan bertempat di Gedung Gan En Lou lantai 1 dan 2, Yayasan Buddha Tzu Chi membuka Kelas Budaya Humanis (Tzu Chi University Continuing Education Center). Tujuan dari dibukanya kelas ini adalah untuk menjadikan Aula Jing Si Indonesia tidak hanya sebagai rumah bagi para insan Tzu Chi, tetapi juga menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat.

“Tzu Chi University Continuing  Education Center (TCUCEC) adalah sebuah lembaga  atau sarana yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bekerjasama dengan Universitas Tzu Chi Taiwan untuk memberikan kesempatan pembelajaran keterampilan bagi masyarakat umum dengan berbasis buday humanis Tzu Chi,” terang Rosvita Widjaja selaku koordinator kegiatan.

foto  foto

Keterangan :

  • Sri Tjendrawaty Gohan (Baju Pink) merasa sangat senang dengan adanya kelas budaya humanis ini, tetapi karena ia sendiri bekerja jadi belum dapat bergabung di kelas budaya humanis. Ia berharap di sesi berikutnya akan ada kelas yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu (kiri).
  • Selain kelas kerajinan tangan, ada juga kelas untuk kesehatan jasmani dan rohani, yaitu kelas yoga (kanan) .

Rosvita juga menerangkan jika tujuan diadakannya TCUCEC adalah untuk memberikan kesempatan dan pelatihan lanjutan bagi masyarakat umum, memperkenalkan pendidikan budaya humanis Tzu Chi untuk meningkatkan budaya kehidupan masyarakat, menciptakan dunia yang mengandung kebenaran, kebajikan, dan keindahan yang penuh tata krama dan penuh kasih dalam mewujudkan cita-cita luhur Master Cheng Yen: Menyucikan hati manusia, masyarakat damai sejahtera, dan dunia terhindar dari bencana.

Inovasi Baru untuk Menggalang Bodhisatwa
Tepat pada pukul 08.00 WIB, para tamu undangan tiba di Aula Jing Si Indonesia. Sesampainya mereka di bagian pendaftaran, satu per satu mereka melihat dan menanyakan mengenai kelas-kelas apa saja yang dibuka. Setelah bertanya, mereka pun langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti beberapa kelas: Kelas percakapan bahasa Mandarin, kerajinan kain perca, menyajikan teh, merangkai bunga, yoga, pilates, kecapi, kaligrafi tulisan (dewasa), dan anak-anak.    

Semua peserta terlihat sangat antusias. Ketika waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, para relawan Tzu Chi meminta para tamu undangan yang mendaftar untuk kelas trial, berbaris rapi dan berjalan secara teratur menuju kelas yang dipilih. Ini merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi yang ingin relawan tularkan kepada tamu undangan yang datang.   

Setelah memasuki kelas, para relawan juga meminta para tamu undangan untuk tenang dan tidak bersuara selama kelas berlangsung lalu memberikan perkenalan singkat mengenai sejarah Tzu Chi dan apa itu TCUCEC. Ini juga dapat dikatakan merupakan sebuah inovasi baru Yayasan Buddha Tzu Chi untuk  menggalang Bodhisatwa. “Untuk saat ini, guru-guru yang mengajar adalah berasal dari luar. Tetapi tidak menutup kemugkinan kita secara perlahan akan mengenalkan misi dan visi Tzu Chi kepada para guru dan pesertanya juga,” jelas Rosvita.

foto  foto

Keterangan :

  • Tomy Lee, yang mengikuti kelas kaligrafi untuk anak-anak merasa hari ini ia telah mendapat banyak ilmu yang baru dan berguna untuk masa depannya (kiri) .
  • Sunny dan Jerry yang meluangkan waktu akhir pekan mereka dengan kompak membuat sebuah hiasan bunga yang indah dan menarik (kanan) .

Memanfaatkan Pelajaran dan Kesempatan dengan Baik
Ketika kelas sedang berlangsung, saya tidak sengaja masuk ke ruang kelas merangkai bunga. Di sana para relawan sedang asyik menancapkan tangkai-tangkai bunga guna menyajikan sebuah paket bunga yang indah. Tetapi ketika saya memandang ke barisan kiri depan saya melihat sepasang suami-istri yang sedang asyik merangkai sebuang karangan bunga. Mereka adalah Jerry dan Sunny yang jauh-jauh datang dari Kayu Putih, Jakarta Timur guna mengikuti kelas merangkai bunga. “Sebenarnya saya datang hanya untuk menemai istri saya, tetapi ternyata saya juga dikasih kesempatan untuk merangkai bunga,” terang Jerry.  Sunny yang gemar menonton siaran DAAI TV melihat jika di sela-sela siaran terdapat sebuah pengumuman mengenai pembukaan Tzu Chi Continuing Education Center (TCUCEC). Sunny pun mengajak Jerry untuk melihat-lihat. Setelah merasakan sendiri kelas merangkai bunga, Sunny yang menyukai bunga ini langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas merangkai bunga.

Begitu juga yang dirasakan oleh Tomy Lee, murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Tomy yang mengikuti kelas trial untuk kelas kaligrafi dan kelas percakapan bahasa Mandarin merasa sangat senang bisa datang ke TCUCEC walaupun  harus mengorbankan tayangan kartun kesukaannya di akhir minggu. “Di sini saya merasa senang karena bisa mendapat tambahan ilmu pengetahuan dan keahlian, seperti misalnya kelas percakapan bahasa Mandarin. Karena dengan bisa bahasa Mandarin maka jika nanti saya besar bisa digunakan pada saat bekerja nanti,” terang Tomy dengan bangga.

Selain rasa gembira atas dibukanya TCUCEC, ada juga yang merasa kecewa. Seperti yang dirasakan oleh Sri Tjendrawaty Gohan. “Saya sangat senang dengan dibukanya TUCEC, terutama Kelas Kerajinan Kain Perca, tetapi sepertinya waktu belajar yang ada hanya untuk siang hari di hari kerja. Sedangkan saya sendiri bekerja, jadi otomatis saya tidak dapat mengikuti kelas ini. Yah, berharap sih ada kelas seperti ini di hari Sabtu atau Minggu, jadi kita yang sibuk kerja bisa mengikuti kegiatan ini,” harap Sri yang bekerja di daerah Thamrin ini.

Melihat suksesnya acara Open House Kelas Budaya Humanis Tzu Chi ini, berarti bertambah lagi sebuah pintu untuk masyarakat untuk masuk dan mengenal Tzu Chi. Semoga dengan adanya pintu ini semakin banyak masyarakat umum yang dapat bergabung di dalam barisan relawan Tzu Chi. Sebanyak 224 orang yang mengikuti kelas budaya humanis ini dan lebih kurang 126 orang diantaranya langsung mendaftarkan diri mereka di beberapa kelas keterampilan dan bahasa. Rosvita juga menambahkan jika TCUCEC adalah seperti sebuah sekolah dimana jika para siswanya rajin, mereka akan mendapatkan sebuah ijazah yang langsung dibuatkan oleh Universitas Tzu Chi Taiwan. “Dengan adanya TCUCEC ini kita welcome semua lapisan masyarakat untuk datang dan belajar. Dalam pembelajaran sendiri kita juga mempunyai peraturan seperti di sekolah. Bagi para murid yang tidak mengikuti pelajaran secara teratur, mereka tidak akan mendapat sebuah ijazah resmi dari universitas Tzu Chi, Taiwan. Oleh karena itu marilah kita belajar dengan benar dan baik. Karena seperti kata pepatah dalam hidup ini kita terus belajar hingga kita menutup mata nanti. Jadi ketika ada pelajaran yang baik ini, janganlah disia-siakan,” jelas Rosvita.

  
 

Artikel Terkait

Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau

Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau

18 Oktober 2018
Mengawali pembagian bantuan di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi pada 17 Oktober 2018, relawan Tzu Chi mengajak warga untuk sejenak menghibur diri. Warga Lolu tampak kurang bersemangat saat diminta untuk bernyanyi. Namun ketika relawan memperkenalkan lagu Satu Keluarga dengan gerakan isyarat tangan, warga tak sungkan lagi mengikutinya.
Satu Paket Cinta Kasih, Menciptakan Seribu Senyuman

Satu Paket Cinta Kasih, Menciptakan Seribu Senyuman

05 April 2024

Relawan Tzu Chi Palembang mengadakan bakti sosial pembagian 1.430 paket sembako untuk menyambut Lebaran kepada warga di Kelurahan 13 dan 14 Ilir Palembang. 

Suara Kasih: Keharmonisan Beragama

Suara Kasih: Keharmonisan Beragama

20 Oktober 2011 Lihatlah Thailand. Untuk penyaluran bantuan kali ini,  insan Tzu Chi di Thailand telah bekerja keras. Dalam jangka panjang ini mereka dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan. Selain itu, mereka juga telah bergerak hingga ke daerah yang terkena banjir.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -