Pariaman, Sumbar: "Tak Peduli Capek dan Rumah Masih Berantakan"
Jurnalis : Sutar Soemithra , Fotografer : Sutar Soemithra
|
| |
Mimpi yang Jadi Kenyataan Apa yang terjadi pada Betty mungkin tidak terlalu istimewa dibandingkan apa yang dialami kakak Ervina, Erlina Juwita. Erlina nyaris menjadi korban gempa yang mengerikan tersebut. “Waktu semester yang lalu, anak saya mengundurkan diri dari STBA Prayoga karena anak saya mendapatkan pekerjaan baru di ITI (Institut TOEFL Internasional),” tutur Betty. Tapi rektor STBA Prayoga tidak mengizinkannya. Erlina terlanjur telah berjanji menerima tawaran ITI sehingga tetap mengajukan mengundurkan diri. Akhirnya Erlina merekomendasikan Suci Revita Wulansari untuk menggantikannya.
Ket: - Betty Choa (tengah dan bertopi) meninggalkan sejenak rumahnya yang masih berantakan yang rusak oleh gempa demi ikut membantu menyalurkan bantuan bagi para korban gempa. (kiri). Ketika gempa terjadi, gedung STBA Prayoga runtuh dan banyak korban yang terjebak di dalamnya, termasuk Suci. Dosen bahasa Inggris yang juga teman akrab Erlina itu terselamatkan nyawanya, tapi tidak kedua kakinya. Erlina sendiri selamat dan hanya luka kecil terkilir karena empat kali terjatuh di tangga ketika menyelamatkan diri. Tapi salah satu sahabat terbaiknya itu, kedua kakinya harus diamputasi. “Menyesal dia (Erlina –red) suruh Suci ngajar di situ. Dia nunggu di STBA nunggu Suci dikeluarkan. Nangis dia,” Betty menceritakan rasa penyesalan Erlina. Usai gempa mereka juga sering mengunjungi STBA Prayoga menunjukkan rasa simpati. Betty sendiri bersyukur Erlina tidak menjadi korban. “Mungkin Tuhan sudah mengatur anak saya tidak kena di situ, langsung dapat pekerjaan di tempat baru 6 bulan sebelumnya,” ujar Betty, “Tuhan masih melindungi anak saya.”
Ket: - Bantuan paket sembako untuk korban gempa terdiri dari beras, 6 botol air minum kemasan, dan 2 bungkus biskuit. (kiri). Sejak gempa, waktu istirahat Betty juga menjadi terganggu. Bandara Tabing yang berada di dekat rumahnya sudah lama tidak berfungsi menjadi pusat penerbangan bantuan untuk korban gempa. Pesawat Hercules maupun helikopter pengangkut bahan bantuan berseliweran sepanjang siang dan malam. Rumah Betty sebenarnya masih berantakan, tapi Minggu, 11 Oktober 2009 itu dia lebih memilih ikut membagikan paket sembako bagi korban gempa. “(Rasanya) capek juga, tapi karena ada semangat, kita nggak pedulikan capek bantu yang korban gempa. Padahal di rumah masih berantakan, ada yang runtuh, tapi tetap saya tinggalkan untuk saya kerja sosial,” tegasnya. Hari itu ia ikut dalam pembagian sembako di Ulak Kareng Selatan, Padang Utara. Ada 292 paket bantuan yang dibagikan. Masing-masing paket terdiri dari beras, 6 botol air minum, dan 2 bungkus biskuit. “Cukup sih pasti nggak, tapi dicukup-cukupkan,” ucap Ngatmi (59), salah satu penerima bantuan. Rumahnya rusak di bagian dapur dan kamar mandi. “Alhamdulillah (saya) dibantu. Terima kasih banyak dibantu dari Tzu Chi,” ungkapnya sumringah.
| ||
Artikel Terkait

Menjalin Jodoh Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih Ke-2 di Aceh
10 Juli 2024Relawan Tzu Chi Aceh mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih Ke-2 serentak di beberapa lokasi di Provinsi Aceh seperti Banda Aceh, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Tamiang, dan Aceh Barat pada Minggu, 30 Juni 2024.

Kembali Berkumpul Melakukan Kebajikan
11 April 2016Minggu, 3 April 2016, Sekolah Sariputra, Cikarang Utara, Bekasi, kembali menjadi tempat berkumpulnya para calon Bodhisatwa. Mereka adalah para peserta telah mengikuti sosialisasi Tzu Chi dan pengarahan cara memberikan pelayanan humanis bagi calon pasien bakti sosial pengobatan degeneratif yang akan dilaksanakan pada 10 April 2016.
