Pasien Bagian Dari Keluarga

Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Ketua Tzu Chi Bandung, Herman Widjaja (kanan), sedang memberikan sambutannya dalam acara rapat pleno TIMA Bandung.

Sudah merupakan kewajiban bagi seorang dokter untuk menyembuhkan penyakit orang-orang sakit. Namun lebih dari itu, bagi dokter yang bergabung bersama TIMA hendaknya memperlakukan pasien seperti keluarga sendiri, yang sesuai dengan landasan dari filosofi Tzu Chi sebagai wujud dari sikap welas asih. Hal tersebut termasuk dalam salah satu pokok bahasan dalam rapat pleno TIMA Bandung kali ini.

 

Acara tersebut berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2012, yang bertempat di Yayasan Buddha Tzu Chi kantor perwakilan Bandung, Jl. Ir. H. Juanda No. 179, Bandung. Adapun fungsi dari materi dalam kegiatan ini yaitu sebagai wadah untuk membina kembali para relawan medis agar dapat menghargai jiwa manusia yang sesuai dengan filosofi Tzu Chi.

Rapat pleno merupakan kegiatan rutin dari TIMA Bandung yang dilaksanakan satu kali dalam tiga bulan. Dalam rapat ini, kinerja TIMA dievaluasi kembali apakah sudah mencapai target yang direncanakan. “Rapat Pleno hari ini sebetulnya rapat rutin yang harus kita lakukan tiga bulan sekali kita adakan, hari ini kita adakan, tiga bulan lagi juga akan diadakan pertemuan sambil menilai apakah yang kita kerjakan itu sudah memenuhi target rencana kerja kita,” kata ketua TIMA Bandung, Prof. dr. Pisi Lukitto, SpB (K)Onk, SpB KBD.

foto  foto

Keterangan :

  • Suasana rapat pleno TIMA Bandung di aula kantor Tzu Chi perwakilan Bandung (kiri).
  • Ketua TIMA Bandung, Prof. dr. Pisi Lukitto, SpB (K)Onk, SpB KBD, membicarakan laporan program kerja di TIMA Bandung (kanan).

Di samping itu, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas dan merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan oleh para dokter TIMA Bandung. “Rencana kerja itu ada seksi pembinaan, seksi baksos, seksi tanggap darurat, seksi logistik dan seksi kasus-kasus medik. Itu akan kita pergiat lagi pekerjaan-pekerjaan ataupun kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan, itu misalnya lebih masalah  pembinaan, masalah baksos, penanganan kasus,” ujar Prof. Pisi.

Pengalaman Spiritual Bersama TIMA
Selain membahas program kerja, dalam kesempatan kali ini diadakan juga acara sharing dari para anggota TIMA Bandung. Hal tersebut mengingat banyak pengalaman yang menarik bagi para dokter selama menjadi anggota TIMA. Misalnya saja mengobati pasien hingga sembuh, yang bukan merupakan hal asing lagi bagi para dokter TIMA. Lebih dari itu, selama menapaki perjalanannya bersama TIMA para dokter ini kerap kali menemukan pengalaman yang bersifat spiritual. Pengalaman tersebut di dapat ketika para dokter dari TIMA Bandung menghadiri acara gathering tahunan TIMA di Taiwan.

dr. Yuni, salah satu anggota TIMA yang hadir dalam rapat pleno berbagi kisahnya ketika hadir dalam acara gathering tahunan TIMA di Taiwan. Kendati seorang Muslim, namun dr. Yuni senantiasa dengan hati terbuka untuk berbaur menghadiri acara gathering TIMA guna menjawab keragu-raguannya. “Ini pengalaman pertama ke luar negeri. Saya sempat ragu karena pake kerudung takut ada yang nyangka gimana-gimana. Tapi di sana betapa saling menghargai. Saya di sana diberikan waktu untuk sholat, selalu diingatkan,” ujar dr. Yuni berkisah.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam rapat pleno ini anggota TIMA Bandung, dr. Yuni, sedang berbagi kisahnya ketika mengikuti gathering TIMA di Taiwan (kiri).
  • Sembari meneteskan air mata dr. Nurvidya, berbagi kisah yang menyentuh hatinya ketika mengikuti gathering TIMA di Taiwan (kanan).

Dalam acara gathering tersebut dr. Yuni lebih banyak mendapatkan pengalaman yang bersifat rohani. Selain itu, bagi dr. Yuni, dengan adanya pengalaman ini yang sekaligus dipertemukan dirinya dengan Master Cheng Yen dirasa seperti pulang kampung bertemu dengan orangtua sendiri. “Lebih banyak pengalaman rohani dan religius. Dari situ saya semakin yakin dengan Tzu Chi. Saya merasa pulang kampung ketemu ibu (Master Cheng Yen),” kata dr. Yuni dengan haru.

Sama halnya dengan dengan dr. Nurvidya. Selama perjalanan karirnya menjadi dokter ia pun mendapatkan hal spiritual semenjak bergabung bersama TIMA dan mengikuti gathering di Taiwan. “Di sana (Tzu Chi Taiwan-red) saya lupa kenapa jadi dokter. Saya selama ini memperlakukan pasien hanya sebagai pasien saja. Di Tzu Chi berbicara dengan cinta kasih. Ini menjadi perjalanan spiritual saya, semua pasien adalah keluarga,” ucap dr. Nurvidya dalam sharing-nya sembari meneteskan air mata.

Pengalaman spiritual tersebut bukan pelajaran yang didapatkan para dokter selama mengenyam pendidikan ilmu kedokteran. Akan tetapi, setelah bergabung dengan TIMA, hal tersebut barulah benar-benar bisa diperoleh. Dengan demikian, para dokter TIMA dapat bersungguh hati memperlakukan pasien layaknya keluarga sendiri.

  
 

Artikel Terkait

Membangkitkan Hati Welas Asih

Membangkitkan Hati Welas Asih

14 Februari 2012 Pada tanggal 12 Februari 2012, pukul 10.00, para mahasiswa Universitas Tzu Chi berkunjung ke  Pesantren AL-Ashriyyah Nurul Iman, Parung. Mengapa ke Pesantren? Karena di tempat ini telah tiga tahun lamanya, terjalin pertukaran budaya antara relawan Tzu Chi dengan para santri di sana berjalan.
Memperpanjang Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi

Memperpanjang Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi

09 Juli 2019

Pelatihan video bagi relawan Zhen Shan Mei (ZSM) diadakan di Gedung Tzu Chi Kompleks Jati Junction, Medan, diikuti oleh 11 relawan. Tujuannya agar para relawan ZSM bisa meliput sebuah kegiatan dengan menggunakan kamera Dslr dan mirroles, yang hasilnya dapat menjadi sebuah tayangan bergerak (video).

Gempa Jepang : Bantuan Tiba di Iwate

Gempa Jepang : Bantuan Tiba di Iwate

25 Maret 2011 Tanggal 23 Maret, jam 11 pagi (waktu Taiwan jam 10 pagi), relawan Tzu Chi Jepang mengirimkan 10 ton bahan bantuan ke Kabubaten Iwate, salah satu daerah yang dilanda bencana gempa dan tsunami terparah.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -