Peduli dengan Lingkungan

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)

fotoRelawan mudah-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) tengah menjelakan kepada murid-murid Singapore Piaget Academy apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kelestarian bumi ini.

Untuk memperingati Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Singapore Piaget Academy Medan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan humanis. Dalam kesempatan yang baik ini, pada tanggal 25 Oktober 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan diundang untuk mengadakan pameran misi pelestarian lingkungan di sekolah tersebut.

 

Mendapat kesempatan yang sangat baik ini, relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati mempersiapkan segala sesuatu agar dapat menyampaikan pesan penting dari pelestarian lingkungan tersebut kepada murid-murid Singapore Piaget Academy.

Kegiatan pameran misi pelestarian lingkungan ini merupakan kelanjutan dari sosialisasi pelestarian lingkungan yang telah diadakan pada tanggal 17 Oktober 2011. Junaidah Athen beserta suaminya Michael Athen adalah orang yang menjembatani antara Tzu Chi dengan pihak sekolah. June (Junaidah Athen-red) beserta suaminya yang merupakan pengajar di sekolah tersebut sangat menitikberatkan pendidikan humanis kepada anak-anak didiknya. Mereka terus menggalakkan pentingnya kepedulian setiap individu terhadap pelestarian lingkungan sejak dini.

“Hari ini juga diadakan festival film mengenai kegiatan humanis yang dibuat oleh anak-anak didik kami dan ini adalah tahun kedua,” ungkap June. Anak didik yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama diberi kesempatan untuk berkarya dan menunjukkan kelebihan mereka dalam membuat sebuah film pendek yang bertajuk lingkungan dan bagaimana seharusnya kita ikut berperan dalam melestarikan lingkungan. Dan kali ini, Tzu Chi dan Da Ai TV beserta beberapa lembaga swadaya masyarakat diberi kehormatan menjadi juri untuk menilai hasil dari film-film yang ditayangkan. Ada delapan film pendek dan semuanya sangat baik sekali.

Di bagian pameran, relawan Tzu Chi dengan semangat menjelaskan bagaimana caranya mengolah sampah-sampah makanan seperti kulit buah dan sayur-sayuran menjadi sesuatu yang berguna, yakni mengubahnya menjadi enzyme. “Jika kalian melihat ini (kulit buah dan sayur-sayuran -red) apa yang kalian lakukan,“ tanya relawan kepada murid-murid yang menghampiri bagian pembuatan enzyme. “Kami buang… !” jawab Sharon, salah satu murid. Kemudian relawan mempraktikkan bagaimana membuat enzyme. Hanya dibutuhkan satu wadah botol plastik 1,5 liter, 1 liter air, 100 gram gula merah, dan 300 gram sampah makanan tersebut. Dan hanya dalam waktu tiga bulan maka enzyme telah siap digunakan. “Enzyme ini dapat digunakan untuk pengharum dan pembersih udara, pengusir serangga, pembersih lantai, pembersih kaca, dan mobil,” jelas salah satu relawan kepada murid-murid. Begitu besar manfaat yang didapat dari enzyme dan semuanya adalah bebas zat kimia sehingga sangat aman bagi kesehatan.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi menjelaskan bagaimana membuat enzyme dari kulit buah dan sayuran. Enzyme ini dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan juga pakaian. (kiri)
  • Minyak jelantah (minyak goreng bekas) pun dapat dijadikan sabun, itulah yang dijelaskan oleh Tzu Ching. (kanan)

Di bagian lain dari pameran tersebut, relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) memajang banyak pakaian dan pernak-pernik cantik. “Coba disentuh pakaian ini, lembut, kan?” tanya relawan Tzu Ching kepada salah seorang murid. “Lembut,” jawabnya. “Tahukah kalau ini semua berasal dari plastik. Tepatnya berasal dari botol-botol plastik minuman kemasan,” jelas relawan Tzu Chi. Semua murid-murid terkejut karena tidak menyangka dari bahan plastik tersebut dapat dihasilkan bahan pabrikan yang sangat lembut dan bernilai tinggi.

“Untuk membuat selembar selimut hangat ini, dibutuhkan kurang lebih 18 botol plastik,” ujar seorang Tzu Ching kepada Sharon dan Cindy yang penasaran bagaimana mungkin bahan dasar selimut dan syal yang disentuhnya tersebut adalah dari plastik. Sharon dan Cindy juga mencoba mengenakannya dan merasa sangat nyaman akan syal yang begitu terkesan modis.

Relawan muda-mudi yang lain juga tidak mau ketinggalan dalam mengambil bagian dalam pameran ini. Salah satu relawan Tzu Chi menjelaskan bagaimana membuat sabun dari minyak jelantah yang sering kali dibuang ke selokan karena tidak lagi dapat digunakan. “Hanya dibutuhkan sebuah wadah kaca yang tahan panas, 100 gram minyak jelantah, 14 gram soda api, dan 30 gram air,” jelasnya kepada murid-murid yang menghampiri stan pembuatan sabun.

Dari kegiatan ini, relawan Tzu Chi berharap dalam benak para murid Singapore Piaget Academy ini dapat timbul sebuah pemikiran apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan, mempraktikkan pemilahan sampah, serta ikut mensosialisasikannya kepada siapa saja. Relawan Tzu Chi terus menerus mensosialisasikan misi pelestarian lingkungan ke sekolah-sekolah agar generasi muda dapat segera berperan serta. Bumi ini sudah semakin tua dan begitu banyak bencana yang terjadi karena ulah manusia sendiri. Sudah tidak ada kata menunggu lagi. Semuanya harus segera dilaksanakan.

 

  
 

Artikel Terkait

Senyum Kebahagiaan Pelajar dan Relawan Tzu Chi

Senyum Kebahagiaan Pelajar dan Relawan Tzu Chi

06 September 2017

Pagi itu sejumlah relawan Tzu Chi Sinar Mas Dharma Wanita Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan Timur 2 bergerak menyeberangi sungai menuju Desa Rantau Panjang, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Mereka kembali melakukan kunjungan kasih di SD Negeri 005, Telen, Desa Rantau Panjang, Sabtu, 26 Agustus 2017.

Jing Si Talk : Pertobatan Untuk Dunia

Jing Si Talk : Pertobatan Untuk Dunia

27 April 2011
Pada Minggu, 10 April 2011, pukul 15.00 WIB,  Jing Si Books and Cafe Pluit sudah diramaikan oleh 23 orang relawan Tzu Chi yang ingin mengikuti sharing dharma Jing Si Talk.  Sharing dharma ini kembali mengusung tema acara yang sangat menarik, yaitu “Pertobatan dan Bervegetarian”.
Cinta Kasih yang Tulus dan Murni

Cinta Kasih yang Tulus dan Murni

05 Februari 2010
Pernah suatu hari, seorang tetangga menyuruhnya memasukkan Tante Sisca ke RS Jiwa, namun dengan tenang Om Susatyo menjawab, “Tuhan saja tidak membeda-bedakan umat-Nya, seperti matahari yang menyinari rumah gedongan dan selokan dengan cahaya-Nya, tanpa memilah-milah.”
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -