Pekan Amal Tzu Chi 2025: Ketulusan yang Tersaji dalam Setiap Piring dan Ajakan Mencintai Lingkungan

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Wanda (He Qi Tangerang) , Fotografer : Arimami, Fikhri Fathoni, Susi Christine (He Qi Pusat) Shellen (He Qi Tangerang), Triana (He Qi Pluit)

Tim relawan dari Tzu Chi Padang dengan hati yang gembira menyambut para pecinta kuliner.

Dari kejauhan aroma gurih Sate Padang yang dipanggang di atas bara api dengan batok kelapa, aduhai sungguh menggugah selera. Tak heran jika selama dua hari Pekan Amal Tzu Chi 2025 digelar, para pengunjung ramai mengantre tak sabar mencicipi kelezatannya.

“Kami siapkan 6.000 tusuk, hari pertama saja habis 4.000,” kata Chaidir, relawan Tzu Chi Padang.

Sate Padang ini memang bukan sembarangan. Tanpa daging, menggunakan jamur yang dimasak lama dengan bumbu khas Minang, kemudian ditusuk dan dipanggang sebentar. Kuahnya? Kental, rempahnya tajam, pedasnya pelan tapi menggigit. Semua racikan ini hasil tangan dingin Sutedy Wijaya, relawan senior Tzu Chi Padang. Banyak pengunjung yang tak cukup beli satu, tak sedikit yang memborong delapan hingga 10 porsi.

Sutedy Wijaya (kiri), Chef Sate Padang dari Tzu Chi Padang yang sangat laris manis di Pekan Amal Tzu Chi 2025 yang digelar pada 7-8 Juni 2025 di Basement Tzu Chi Center, PIK Jakarta Utara.

Kali ini ada 15 relawan Tzu Chi Padang yang datang. Tak hanya Sate Padang, mereka juga membawa kripik balado dan aneka kacang dengan total 1.200 bungkus, yang juga laris manis.

Hampir setiap Pekan Amal Tzu Chi digelar, Tzu Chi Padang tak pernah absen. Kali ini ada 15 relawan Tzu Chi Padang yang datang. Tak hanya Sate Padang, mereka juga membawa kripik balado dan aneka kacang dengan total 1.200 bungkus, yang juga laris manis.

Selain untuk mendukung Misi Pendidikan Tzu Chi, di Pekan Amal ini tim relawan Tzu Chi Padang ingin menularkan pola makan vegetarian kepada para pengunjung dan juga ingin menunjukkan bahwa makanan vegetarian bisa seenak ini.

“Kami turut mengimbau semua orang bisa menghargai makhluk hidup dengan bervegetarian. Usia saya 70 tahun loh dan sudah lebih dari 12 tahun bervegetarian, sehat kan? Bisa berdiri dua hari melayani pembeli, Hehehe..,” pungkas Chaidir.

Kuliner yang Jarang Ditemukan di Jakarta

Herawaty dari Tzu Chi Pekanbaru bersama timnya semangat menyajikan Mi Sagu. Meski awalnya sepi, kelezatan Mi Sagu menyebar dari mulut ke mulut, menarik lebih banyak pengunjung.

Pagi-pagi Sarapan Mi Sagu? Kenapa Tidak! Mi Sagu, kuliner khas pesisir Riau yang disuguhkan oleh tim relawan Tzu Chi Pekanbaru ini bukan mi biasa. Dibuat dari batang pohon sagu yang dibawa langsung dari Pulau Bengkalis.  Teksturnya lembut, kenyal, rasanya sungguh lezat.

Di hari pertama Pekan Amal, stan makanan Tzu Chi Pekanbaru agak sepi. Tapi jelang siang, para pengunjung yang sudah mencicipi Mi Sagu banyak yang merekomendasikan ke pengunjung lain betapa enaknya Mi Sagu. Herawaty dari Tzu Chi Pekanbaru yang awalnya ketar-ketirpun merasa lega. Makin semangat ia dan timnya menyajikan Mi Sagu.

“Sudah khawatir bagaimana caranya supaya orang beli. Padahal makanan ini sangat favorit loh di Pekanbaru,” kata Herawaty sambil tertawa.

Mi Sagu, Kuliner khas pesisir Riau ini disajikan oleh relawan Tzu Chi Pekanbaru dengan penuh cinta.

Tak cuma Mi Sagu, Bihun Laksa yang dimasak tim relawan Tzu Chi Pekanbaru juga bikin para pengunjung mengacungkan jempol. Sebanyak 15 relawan Tzu Chi Pekanbaru pun merasa sangat senang, pertama kali berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi, sambutan pengunjung luar biasa.

“Terus terang kalau bilang tidak capai bohong ya, hahaha.. Sampai kemarin angkat-angkat barang, pinggang pun sakit. Tapi besoknya sudah segar. Walaupun capek tapi hati kami sangat senang,” tambah Herawaty.

Yang juga membuat Herawaty dan para relawan Tzu Chi Pekanbaru terharu adalah dukungan yang sangat hangat dari para relawan Tzu Chi di Jakarta. “Para relawan Tzu Chi Jakarta ini sangat-sangat kerjasama dengan kami. Kami butuh apa pasti langsung di-support, kami angkat air saja, mereka langsung bantu. Kami sangat bersyukur,” sambungnya.

Like Hermansyah yang Sangat Perhatian

Like Hermansyah, pendamping tim relawan dari luar kota juga menjajakan menu andalannya, Mie Hing Hua dan Rawon Surabaya.

Di balik dapur yang sibuk, aroma sedap yang mengepul, dan antrean panjang di depan stan makanan, ada sosok Like Hermansyah yang memberikan pendampingan penuh pada para relawan dari luar kota yang berpartisipasi di Pekan Amal Tzu Chi 2025.

“Semangat para relawan dari luar kota ini memang luar biasa, sangat menginspirasi. Tzu Chi Pekanbaru menghadirkan kuliner andalan yang susah ditemukan di Jakarta.  Lalu ada Tzu Chi Makassar walaupun mereka usianya senior, sangat semangat. Mereka bawa bahan utama, naik pesawat kan berat ya. Begitu juga Tzu Chi Lampung bawa begitu banyak pisang. Kita semua lihat produk pisang yang mereka bawa sudah tak tahan ingin coba,” kata Like tertawa.

Tak cuma memberi pendampingan kepada tim relawan dari luar kota, Like Hermansyah juga tak ingin ketinggalan menghadirkan menu makanan andalannya yakni 150 porsi Mie Hing Hua dan 70 porsi Rawon Surabaya. Mie Hing Hu, dengan topping melimpah, memang tidak semua orang tahu, tapi begitu dicoba, banyak yang kembali mengantre.

Stan dari Tzu Chi Lampung yang juga ramai diserbu pengunjung.

Asisten rumah tangga Like Hermansyah yang begitu semangat turut bersumbangsih di Pekan Amal Tzu Chi 2025.

Yang menarik, Like juga melibatkan asisten rumah tangganya dan juga supir pribadinya. Sambutan pengunjung membuat mereka sangat semangat melebihi semangat bosnya tersebut. Mereka semangat karena dapat bersumbangsih untuk misi pendidikan Tzu Chi melalui tenaga dan waktu mereka.

“Supir dan ART saya tidak mengeluh. Ketika jualan kami sudah habis, mereka malah bilang, ‘Bu, saya mau pulang duluan ya, mau masak lagi buat besok. Ibu istirahat saja, biar kami yang belanja dan masak untuk hari kedua,” kata Like terharu.

Esther dan Lian senang dapat menikmati aneka kuliner di Pekan Amal Tzu Chi.

Esther dari Kota Bandung sedang berlibur di Jakarta. Ketika sang kakak mengajaknya ke Pekan Amal Tzu Chi, ia langsung mau. Apalagi Esther sudah pernah mendengar tentang Tzu Chi dan sebenarnya ingin berkunjung ke Tzu Chi Center.  

“Yang saya tahu Tzu Chi bergerak cepat kalau ada bencana, untuk kemanusiaan cepat. Ini pertama kalinya kami berkunjung ke Tzu Chi Center. Meriah sekali memang ya acara ini,” kata Esther saat menikmati aneka kuliner vegetarian.

“Kami tidak bergetarian tapi makanan di sini enak, cocok. Tidak jauh bedah sih hanya ini kuahnya kurang gurih, mungkin kalau di luar pake MSG banyak ya, jadi yang di sini lebih sehat,” sambung Lian, kakak dari Esther.

Kerja Keras Tim Relawan Sheng Huo Zhu

Pekan Amal Tzu Chi 2025 memang surganya kuliner vegetarian, dari cita rasa lokal hingga sajian internasional. Selain makanannya, banyak pengunjung memuji kenyamanan tempat acara yakni ruangan ber-AC yang adem dan bersih, juga meja makan yang rapi.

Hal ini tak lepas dari kesungguhan relawan dari tim Sheng Huo Zhu atau tim pelayanan dan kebersihan. Pada Pekan Amal Tzu Chi, pengelolaan sampah menjadi salah satu fokus utama yang sangat diperhatikan. Pengunjung yang membeli makanan dan menyantapnya di lokasi diharapkan turut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan dengan membersihkan meja makan dan menyerahkan wadah bekas makan ke titik pengumpulan sampah yang telah disiapkan. Titik-titik pengumpulan ini di-handle oleh para relawan dari tim Sheng Huo Zhu yang penuh semangat mengatur dan mengelola setiap jenis sampah yang terkumpul.

Wimora Sarwindo tim relawan Relawan Sheng Huo Zhu sedang memilah sampah sisa makanan.

Ada empat titik pengumpulan sampah yang tersebar di area Pekan Amal yang dikelola secara bergantian oleh tim relawan dari 10 He Qi. Di setiap titik ini, para relawan menjalankan tugas yang terbagi dengan baik, ada yang berkeliling untuk mengambil wadah makanan, dan ada pula yang bertugas memilah sampah menjadi tiga kategori utama: plastik, kertas, dan sisa makanan.

Yang menarik, pengelolaan sisa makanan yang tidak selalu habis disantap oleh pengunjung membutuhkan ketelatenan dan kesabaran luar biasa. Para relawan harus menuang berbagai jenis sisa makanan ke dalam saringan demi memisahkan ampas padat dari kuah. Ampas makanan olahan kemudian akan dimanfaatkan menjadi pupuk, sementara sisa kulit buah dan buah-buahan yang tidak termakan akan diolah menjadi eco enzyme yang bermanfaat untuk lingkungan.

Tidak hanya pengunjung yang diajak untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah, para vendor pun dikoordinasikan untuk memilah sampah mereka sesuai dengan jenisnya. Disiplin dalam mengelola sampah ini bukan semata-mata demi kebersihan area Pekan Amal, namun juga sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa pelestarian lingkungan adalah sesuatu yang bisa dimulai dari tindakan kecil yang konsisten.

Menurut Wimora Sarwindo, relawan Tzu Chi memilah sampah sisa makanan dengan berbagai bentuk, tekstur, dan aroma memang bukan pekerjaan yang mudah. Tak jarang, kuah makanan menyiprati seragam relawan. Namun semua dilakukan dengan hati yang gembira.

“Pekerjaan ini mungkin tampak kotor, tapi karena kami melakukannya bersama-sama dengan semangat, justru terasa menyenangkan. Ini adalah ladang berkah,” ujarnya.

Melalui Pekan Amal ini, misi Tzu Chi untuk menanamkan nilai cinta lingkungan terus digelorakan. Karena menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan bukan hanya bentuk cinta terhadap bumi, tapi juga wujud kepedulian kepada generasi masa depan.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Mau Belanja sekaligus Beramal? Pekan Amal Tempatnya

Mau Belanja sekaligus Beramal? Pekan Amal Tempatnya

17 Oktober 2019
Pekan Amal Tzu Chi hadir kembali Sabtu dan Minggu pekan ini 19 dan 20 Oktober 2019. Hasil dari Pekan Amal Tzu Chi tahun ini akan dialokasikan untuk pembangunan Tzu Chi Hospital yang saat ini telah melewati tahapan topping off dan sedang proses interior. Jadi, sadar atau tidak, dana yang sangat besar yang diperlukan untuk pembangunan rumah sakit dengan teknologi yang canggih ini adalah sumbangan dari Anda semua, hati yang penuh cinta kasih.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Muara dari Kumpulan Cinta Kasih

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Muara dari Kumpulan Cinta Kasih

24 April 2018
Terlaksananya Pekan Amal Tzu Chi 2018 bukan hanya sumbangsih dari satu atau dua orang semata. Sebaliknya, pekan amal merupakan kumpulan dari niat baik dan cinta kasih dari berbagai pihak: relawan Tzu Chi, para donatur, dan yang pasti masyarakat umum.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Saling Mendukung, Saling Memahami

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Saling Mendukung, Saling Memahami

23 April 2018
Jauh dari hiruk pikuk dan keramaian, sumbangsih para relawan di bagian pelayanan ini tak kalah pentingnya. Di dapur, di tempat pemilahan sampah, dan tempat pencucian piring ini ratusan relawan bergerak dalam diam mendukung kelancaran acara Pekan Amal Tzu Chi.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -