Pekan Amal Tzu Chi 2025: Tempat Bertemunya Ketulusan dan Kebaikan
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Agus DS (He Qi Barat 2) , Fotografer : Arimami, Fikhri Fathoni, Manto (He Qi Barat 1) Mery Hasan, Agus DS (He Qi Barat 2)
Eva Wiyogo (kanan) melayani pembeli yang mengantre untuk merasakan enaknya Rujak Singkawang.
Meskipun kini telah menetap di Amerika Serikat, Eva Wiyogo (68) tak pernah benar-benar merasa jauh dari Tzu Chi Indonesia. Karena itu ketika mendengar kabar bahwa Pekan Amal Tzu Chi akan kembali diadakan tahun ini, semangatnya pun membuncah. Ia dan sang suami memutuskan untuk pulang kampung demi merasakan kembali suasana penuh kehangatan itu dan mendukung Pekan Amal Tzu Chi yang digelar untuk Misi Pendidikan Tzu Chi.
Sebelum pandemi Covid-19, Pekan Amal Tzu Chi selalu menjadi agenda tahunan yang dinantikan. Eva dulu sering menjajakan Mie Kungfu, hidangan yang cukup terkenal di Kota Singkawang. Karena saat ini tenaganya berkurang, ia tak menjual Mie Kungfu lagi, akan tetapi mengajak sahabatnya, Liau Mui Ngo, relawan Tzu Chi Jakarta namun kelahiran Singkawang untuk menjajakan Rujak Singkawang yang bikin lidah bergoyang itu.
Tak hanya itu, bahkan lima relawan Tzu Chi Singkawang terbang langsung ke Jakarta mendukung stan Tzu Chi Singkawang ini. Rujak Singkawang, Choi Pan Singkawang, pisang goreng, dan beberapa menu lainnya yang dijajakan berhasil menciptakan antrean yang mengular di Kantin Tzu Chi Center.
“Kami juga ingin memperkenalkan masakan khas Singkawang lewat Pekan Amal ini,” kata Eva yang memang lahir di Kota Singkawang.

Pengunjung memadati area kantin Tzu Chi yang penuh dengan stan makanan vegetarian yang lezat dan sehat.
Tahun ini, Eva dan para relawan dari Kota Singkawang menargetkan dapat menjual 600 porsi makanan dalam dua hari. Namun karena keterbatasan tenaga, mereka hanya mampu menjual lebih dari 400 porsi. “Tenaga sudah tidak seperti dulu, tapi kami terharu ya meskipun kami sudah lansia, bisa terus berpartisipasi di Pekan Amal, berarti kami masih dibutuhkan,” ucapnya sambil tersenyum.
Pekan Amal kali ini memang sangatlah ramai, hingga kupon yang disediakan terjual habis. Antusiasme pengunjung yang luar biasa tersebut membuat Eva merasa sangat puas. Jauh-jauh terbang dari negeri Paman Sam, menyaksikan sambutan masyarakat terhadap Pekan Amal Tzu Chi, rasanya terbayarkan.
Melanjutkan Estafet Kebaikan

Lindawaty yang mengomandoi tim relawan He Qi Cikarang dalam Pekan Amal Tzu Chi 2025.
Sementara itu saat pertama kali diminta menjadi koordinator Pekan Amal dari He Qi Cikarang, Lindawaty Setia Atmaja langsung menyanggupi. Ia bahkan belum tahu ada target penjualan yang harus dicapai. Namun, begitu tugas itu diterima, Lindawaty tak setengah-setengah. Ia langsung bergerak mencari donatur, bekerja semaksimal mungkin dengan semangat tanpa beban. Baginya, hasil bukan yang utama, yang penting niat yang tulus menyukseskan Pekan Amal Tzu Chi 2025.
Tak disangka cukup banyak donatur yang antusias untuk berpartisipasi. Tak hanya dalam bentuk barang, namun juga makanan. Linda dan timnya menerima donasi dalam berbagai bentuk dan jumlah. “Sedikit-sedikit kami kumpulkan. Misalnya ada yang mau berdonasi puding 50 buah, atau minuman 100 botol, kami terima semuanya,” ujar Lindawaty.

Nenek Liem Giok Hwa membuat tatakan panci dari kain perca.
Ada juga seseorang yang menyumbangkan gitar baru yang tidak terpakai, dan ada pula kisah mengharukan dari Nenek Liem giok Hwa yang berusia 93 tahun. Dengan penuh semangat, ia membuat tatakan panci dari kain perca hasil karya tangannya sendiri. He Qi Cikarang membeli karyanya dengan harga terjangkau, agar produk itu bisa dipakai oleh banyak orang.
Bagi Lindawaty, yang penting adalah niat baik, bukan besar-kecilnya donasi. Karena itu, ia menamai stan He Qi Cikarang dengan Campur Sari karena menjual berbagai jenis makanan dan barang. Mulai dari empek-empek, bapau, roti, asinan, puding, sate jamur, kacang-kacangan, hingga pangsit goreng. Tak hanya makanan, berbagai barang juga dijual.

Stan He Qi Cikarang yang menjual aneka dan barang dan makanan.
“Kami dulu di Cikarang juga pernah mengumpulkan dana untuk pembangunan Tzu Chi Hospital, untuk donasi ranjang. Jadi saat saya ditunjuk menjadi koordinator Pekan Amal ini, saya merasa seperti melanjutkan estafet semangat yang sudah ada sejak dulu,” kata Lindawaty.
Apit, Jembatan Kebaikan Antara Pengusaha dan Pekan Amal Tzu Chi

Apit (kiri) menjajakan 99 stan di Pekan Amal Tzu Chi 2025. Hubungan baik dengan para pengusaha yang ia jaga selama ini menjadi berkah tersendiri.
Jika ada satu nama yang berhasil merangkul puluhan pengusaha untuk terlibat dalam Pekan Amal Tzu Chi, maka nama itu adalah Apit Utomo. Dengan jejaring yang ia bina selama puluhan tahun, Apit mampu mengajak banyak pengusaha untuk berpartisipasi di Pekan Amal Tzu Chi. Ada 99 stan yang ia jajakan dengan dukungan dari para pengusaha yang berhati mulia, tanpa paksaan, semua datang dari hati.
“Ramai-ramai, kebanyakan dari Artha Graha, Pak Franky Oesman Widjaja, Ibu Liliawati Rahardjo, semua bantu. Tak ada satu pun pengusaha yang saya ajak lalu menolak,” ujarnya penuh syukur.
Dedikasi Apit memang luar biasa. Sejak diberi informasi bahwa Pekan Amal Tzu Chi yang sudah enam tahun vakum akan kembali digelar, setiap hari, Apit meluangkan waktu menelepon relasinya itu. Padahal kesibukannya sebagai penanggung jawab Kantin Tzu Chi Center juga sangat banyak. Hubungan baik yang ia jaga selama ini dengan para pengusaha pun terbukti menjadi kekuatan besar.
“Kayaknya masing-masing pengusaha juga sudah tahu, Tzu Chi tujuannya sangat baik. Makanya waktu saya telepon, mereka senang dan mau ikut. Hubungan baik itu memang harus terus dijaga,” jelasnya.

Salah satu stan yang dikoordinir oleh Apit, yakni tim dari Kantin Tzu Chi Center.
Apit pun mengenang awal mula ia berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi, dan bisa melakukan hal besar seperti saat ini pun dimulai dari yang kecil dulu. “Dari saya masuk di Tzu Chi, dari Cengkareng yang dulu, saya sudah mulai ikut bikin stan. Dari yang skala kecil, pelan-pelan, sampai sekarang yang skala besar seperti ini. Bukan langsung bisa besar seperti ini,” kenangnya.
Namun, di balik antusiasme pengunjung, rupanya Apit pun tetap kepikiran, bukan karena tak yakin dengan apa yang ia lakukan, tapi karena cintanya yang besar kepada Tzu Chi. Ia ingin apa yang dilakukannya bisa sangat membantu pembangunan Kawasan Pendidikan Kedua Tzu Chi di PIK 2.
“Bilang enak tidur sih enggak mungkin ya, kan banyak pikiran. Kayak kemarin jual barang habis, besok bagaimana ya. Tapi selama dua hari ini, sama sekali tidak ada dukanya. Kami semua relawan kompak, baik yang masak, yang jualan, semua happy.” Pungkasnya.
Pagi-Pagi Datang Demi Beramal

Oma Hilda sangat senang dapat berbelanja sambil beramal di Pekan Amal Tzu Chi.
Sementara itu, matahari belum tinggi ketika Oma Hilda (77) melangkah penuh semangat menuju Pekan Amal Tzu Chi yang digelar di Basement Tzu Chi Center, 8 Juni 2025. Berangkat pukul 06.30 pagi dari rumahnya di Tomang, Kepa Duri, ia tiba di Tzu Chi Center satu jam kemudian. Ditemani anak dan tetangganya, Oma langsung menuju ke basement tempat digelarnya Pekan Amal.
“Datang pagi supaya bisa lebih leluasa memilih barang,” ucapnya sambil tersenyum.
Dengan kupon bazar di tangan, Oma Hilda berburu kebutuhan rumah tangga seperti beras dan minyak goreng. Tak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk anak dan menantunya. Ia juga membeli beberapa peralatan rumah tangga untuk dipakai sendiri.
Di tengah usianya yang tak lagi muda, Oma Hilda masih aktif berjualan kue-kue di daerah Kebayoran. Setiap pagi, sebelum berangkat jualan dengan motor, ia terlebih dahulu merawat suaminya yang sedang sakit akibat stroke.
Meski sempat mengungkapkan bahwa harga barang di bazar sedikit lebih tinggi, Oma tetap merasa bahagia karena hasil penjualan akan digunakan untuk mendukung Misi Pendidikan Tzu Chi. Ia juga mencoba makanan vegetarian yang dijajakan di Pekan Amal. “Walaupun vegetarian, rasa dan bentuknya hampir sama seperti makanan biasa,” ujarnya terkesan.

Pak Tarno, warga Bintaro juga merasa sangat senang bisa datang ke Pekan Amal Tzu Chi, baginya ini adalah kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sekaligus berdonasi.
Pengunjung lainnya adalah Pak Tarno (60), warga Bintaro, yang datang bersama istri dan temannya. Informasi tentang acara ini ia dapatkan dari atasannya yang juga seorang relawan Tzu Chi. Berangkat sejak pukul 07.00, Pak Tarno mengaku senang bisa membeli kebutuhan rumah tangga sambil beramal.
“Pekan Amal ini memberi kesempatan bagi orang untuk memenuhi kebutuhan sekaligus berdonasi,” katanya. Ia menyebutkan ada banyak pilihan menarik, mulai dari beras, minyak, sayuran, hingga peralatan rumah tangga. Tak ketinggalan, berbagai pilihan makanan vegetarian dan vegan juga menambah warna acara. “Pilihan makanannya banyak dan enak-enak,” tambahnya dengan senyum puas.
Pak Tarno berharap kegiatan serupa bisa diadakan lagi di masa depan. Baginya Pekan Amal Tzu Chi bukan sekadar bazar, tetapi ruang bagi masyarakat untuk berbagi, mencoba hal baru, dan bersama-sama mendukung misi kemanusiaan.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
.jpg)
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Muara dari Kumpulan Cinta Kasih
24 April 2018Terlaksananya Pekan Amal Tzu Chi 2018 bukan
hanya sumbangsih dari satu atau dua orang semata. Sebaliknya, pekan amal
merupakan kumpulan dari niat baik dan cinta kasih dari berbagai pihak: relawan
Tzu Chi, para donatur, dan yang pasti masyarakat umum.

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Siapapun Bisa Bersumbangsih
23 April 2018Depo Pelestarian
Lingkungan Tzu Chi Kosambi turut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Amal Tzu
Chi 2018 dengan menjual barang-barang elektronik secondary (bekas). Andi yang memperbaiki barang-barang elektronik
ini juga turut berpartisipasi dengan menjaga stan pada hari pertama.

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus
26 April 2018Pekan Amal Tzu Chi 2018 menyatukan para relawan untuk bersumbangsih bagi pembangunan Tzu Chi Hospital. Bentuk sumbangsihnya pun bermacam-macam bisa dana, sumbangan produk untuk dijual, serta tenaga untuk kelancaran kegiatan tersebut.