Pelatihan 4 in 1: Berbekal Dharma untuk Memperpanjang Barisan Bodhisatwa

Jurnalis : Ami Haryatmi (Relawan Zhen Shan Mei), Fotografer : Arimami SA, Indra Gunawan, Mery Hasan, Stephen Ang (Relawan Zhen Shan Mei)

Dalam Kamp Pelatihan 4 in 1 yang berlangsung di Tzu Chi Center, Jakarta Utara pada 11-12 Maret 2023, sebanyak 90 relawan dari berbagai kota di Indonesia dilantik menjadi Relawan Calon Komite.

Kamp Pelatihan Pengurus 4 in 1 Tzu Chi Indonesia dan Pelantikan Relawan Calon Komite digelar pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 11-12 Maret 2023, bertempat di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kamp bertajuk “Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa” menyajikan materi-materi yang berfaedah bagi relawan khususnya pengurus 4 in 1. Pelatihan ini sangat penting bagi para pengurus untuk mempertebal rasa tanggung jawab dan kebijaksanaan dalam mengemban tanggung jawab menjalankan 4 misi Tzu Chi. Selain itu juga membimbing dan menjalin keakraban dengan relawan baru serta memberikan bekal bagi relawan yang dilantik menjadi Calon Komite.

Materi pelatihan disajikan lengkap dari tata krama berperilaku, pengetahuan, kesehatan yang semuanya berhubungan dengan cinta kasih dan ajaran kebenaran. Isi materi juga menyajikan berbagai sharing pengalaman dan keteladanan bagi sekitar 500 orang  peserta dari Jakarta dan dari luar kota.

Salah satu peserta dari luar kota adalah Ninin Arifin yang berasal dari Kota Palu. Ninin merasa sangat bahagia bisa mengikuti pelatihan ini. “Saya sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan di Jakarta, dan sangat bersukacita, karena bisa menambah banyak pembelajaran baru, dan bisa berkenalan dengan relawan lain dari berbagai kota. Materi yang disajikan juga sangat bermanfaat karena bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dari lingkup keluarga maupun masyarakat,” kata Ninin yang baru pertama kali mengikuti pelatihan seperti ini.

Ninin Arifin relawan Kota Palu, merasa sangat bersyukur dan bersukacita karena dapat mengikuti pelatihan ini, yang merupakan pertama kali baginya. Dalam aktivitasnya di Kota Palu, ia rajin mengajak teman-temannya untuk bergabung agar barisan relawan Tzu Chi di Kota Palu semakin panjang.

Bagi Ninin pelatihan ini adalah penyempurna kegiatannya selama di kota Palu. Kantor Penghubung Tzu Chi di kota Palu baru diresmikan tahun lalu, namun pengenalan Ninin tentang Tzu Chi telah didapat jauh sebelumnya dari sang Ibu yang relawan Tzu Chi di Makassar.

“Sejak gempa dahsyat yang melanda Kota Palu (tahun 2018) dan adanya bantuan luar biasa dari Tzu Chi berupa perumahan dan lain-lain, saya sangat bersemangat, dengan berbagai cara berusaha bergabung dalam tim relawan. Bersyukur saat bakti sosial pembagian beras tahun 2021, saya mendapat panggilan untuk bergabung sebagai relawan. Sejak itu saya curahkan tekad pada kegiatan sosial sebagai relawan Tzu Chi,” sambung Ninin semangat.

Sejak itu ia pun sangat rajin mengikuti setiap kegiatan di Palu. “Kegiatan yang saya lakukan bersama teman-teman di antaranya bakti sosial kesehatan, donor darah, pembagian paket bantuan cinta kasih dan mendampingi pasien berobat,” papar Ninin yang merasakan sukacita dalam melakukan setiap kegiatan itu. Selain aktif dalam kegiatan Tzu Chi, Ninin juga bersemangat mengajak teman-temannya untuk bergabung menjadi relawan.

“Saya berharap dengan pelatihan ini saya akan berusaha menjadi individu yang lebih baik, menjadi berkat dan inspirasi bagi sesama, sehingga bisa mengajak lebih banyak orang untuk berbuat kebajikan dengan berbekal Dharma Master Cheng Yen,” pungkas Ninin bertekad untuk memperpanjang barisan Bodhisatwa di Palu.

Gunawati Djajaputra (kanan) ketika dilantik menjadi Relawan Calon Komite oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei (kiri). Dalam kesehariannya Gunawati berusaha mengikis kemelekatan lewat ajaran kebenaran dari Master Cheng Yen.

Seperti halnya Ninin yang berniat menjadi berkat bagi sesama, demikian pula yang diharapkan oleh Gunawati Djajaputra, peserta dari komunitas He Qi Barat 2, Jakarta barat. 

“Materi-materi yang disajikan semuanya bagus. Mengajarkan kita untuk lebih bijaksana, welas asih, dan penuh cinta kasih. Membuat saya lebih sadar bahwa apa yang dulu saya lakukan dalam kehidupan masih kurang bijaksana, kurang sejalan dengan ajaran Master Cheng Yen,” ucap Gunawati di sela-sela pelatihan.

Gunawati menyambung pembicaraan dengan mengisahkan perjalanan panjang berjodoh dengan Tzu Chi. “Sebelum masuk ke Tzu Chi, saya terikat dengan kemelekatan duniawi yang tebal, karena kesibukan mendampingi suami yang seorang pebisnis. Padahal tahun 2006 adik saya Dharmawati, seorang relawan Tzu Chi telah mengajak saya untuk bergabung,” cerita Gunawati.

Ajakan adiknya itu ia jawab dengan menjadi donatur rutin pada tahun 2007. “Saya anggap menjadi donatur telah cukup, di sela kesibukan mengurus keluarga dan usaha. Sebagai donatur, tidak sedikitpun niat untuk mengenal Tzu Chi lebih jauh. Namun pada tahun 2014 saya mulai bersumbangsih barang daur ulang. Dari hal itu membuahkan pertemanan dengan relawan yang rutin mengambil barang daur ulang ke rumah. Kebetulan relawan itu tinggal dekat rumah,” sambungnya.

Tahun 2018 dunia Gunawati seolah terhempas, ketika sang suami berpulang mendadak. Sebagai seorang istri, Gunawati jatuh dalam nestapa yang pekat karena harus menyelesaikan tanggung jawab bisnis peninggalan suami yang tidak sedikit. Perjalanan untuk menyelesaikan hal itu memerlukan perjuangan penuh penderitaan.

Dalam pelatihan ini juga terdapat materi dari Taiwan yang dibawakan oleh Si Hao dengan judul “Tanggung Jawab dan Pewarisan Pengurus 4 in 1”. Materi ini direkam khusus untuk sesi ini, yang kemudian diterjemahkan dan dibubuhkan teks bahasa Indonesia sebelum ditayangkan.

Dalam kondisi terpuruk itu ia lupa berdonasi ke Tzu Chi selama 5 bulan. Sehingga sang adik, yang relawan Tzu Chi mengingatkan, “Sedih dalam masalah hidup bisa dimengerti, tapi beramal harus terus dilakukan”. Kalimat itu menyadarkannya untuk segera melunasi 5 bulan amal yang terhutang, dan kembali melanjutkan beramal hingga hari ini, walaupun saat itu dalam kesulitan dan kesusahan.

Tak terduga, satu tahun setelah melewati kesulitan, Gunawati menemukan embun penyejuk hati yang perlahan menghapus kepekatan noda dalam batinnya. “Memang tidak serta merta tetes embun itu menghapus duka luka beban lahir batin saya, namun sedikit demi sedikit embun itu mampu menghadirkan keikhlasan menerima keadaan. Hal itu berawal ketika relawan yang saya kenal lewat daur ulang itu mengajak ikut kegiatan Bedah Buku di komunitas Tzu Chi Kebon jeruk 1,” kenangnya. Dari Bedah Buku, kemudian Gunawati juga aktif di kegiatan Pelestarian Lingkungan. Tahun 2019 ia pun resmi menjadi relawan Tzu Chi.

Tahun 2020 saat pandemi Covid-19 melanda, banyak kegiatan dilakukan secara online, ia pun mendisiplinkan diri untuk mengikuti Xun Fa Xiang, yaitu mendengar ceramah pagi Master Cheng Yen. “Lewat Xun Fa Xiang, batin saya dibanjiri Dharma Master Cheng Yen, melengkapi dasar keyakinan sebagai umat Buddhis.  Dharma itu pelahan menghapus kepekatan noda batin, seperti air deras yang benar-benar menyadarkan saya betapa harus sesegera mungkin menggenggam waktu, mengikis kemelekatan lewat ajaran kebenaran, bersumbangsih apapun yang saya mampu. Bahkan bila di Indonesia ada Silent Mentor, saya akan menyumbangkan tubuh saya, bila kelak berpulang,” ungkap Gunawati bersemangat.

Semangat itu tidak hanya sebatas ucapan, namun melalui ajaran kebenaran tersebut Gunawati mengejawantahkan dalam keseharian dengan hidup sesederhana mungkin tapi berdana serajin mungkin.  Tindakan kerelawanan pun rutin dilakukan dengan bersumbangsih cinta kasih, tenaga maupun materi.

Para peserta yang hadir dari berbagai kota di Indonesia sepenuh hati mengikuti dan mendengarkan isi materi dalam pelatihan ini.

Tahun 2020 Gunawati meneguhkan hati untuk bervegetaris. Ia kini aktif di berbagai misi Tzu Chi. Perjalanannya beberapa tahun menjadi relawan membuahkan pikiran yang terbuka dan kebahagiaan yang ia cari selama ini lewat ajaran kebenaran. Dalam pelatihan ini Gunawati menjadi salah satu relawan yang dilantik menjadi Relawan Calon Komite.

“Pelantikan saya hari ini bukan tujuan akhir, namun langkah lanjut untuk lebih menggenggam waktu. Materi yang saya serap dari pelatihan ini akan saya jadikan bekal penting dalam langkah selanjutnya. Saya akan berusaha menjadi teladan bagi keluarga, lingkungan, dan berusaha mengajak sesama berjalan di jalan Bodhisatwa,” pungkas Gunawati yang bersungguh hati untuk mempraktekkan ajaran Master Cheng Yen.

Ajaran-ajaran Master Cheng Yen diharapkan selalu menjadi bekal Ninin Arifin, Gunawati Djajaputra maupun relawan Tzu Chi semuanya, akan menjadi embun yang mengikis noda batin, akan menjadi pelita yang menerangi jalan kehidupan, akan menjadi penguat dalam berlaku sadar, bijak dan penuh cinta kasih seperti halnya yang disajikan dalam materi Pelatihan 4 ini 1 kali ini.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah akan menjadi penyemangat untuk lebih banyak lagi menggalang Bodhisatwa, agar memperpanjang barisan cinta kasih yang mendunia.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

12 Maret 2023
Selama dua hari, yaitu 11-12 Maret 2023, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan 4 in 1 yang pertama di tahun 2023. Kamp berlangsung di Gedung Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara dan dihadiri 500 relawan Tzu Chi dari belasan kota di seluruh Indonesia.
Pelatihan 4 in 1: Yakin Bertekad Menjalankan

Pelatihan 4 in 1: Yakin Bertekad Menjalankan

31 Mei 2016
Tidak mudah bagi pasangan Surya Kheng (34) dan Suriyanti Bakri (32) tinggal selama dua tahun di negeri orang. Terlebih bagi Suriyanti, yang mesti menjalani pengobatan di RS Tzu Chi Hualien, Taiwan. Beruntung kedua muda-mudi Tzu Ching yang menikah ini dapat menerima cobaan ini dengan tabah. Sekembalinya ke tanah air, keduanya bersemangat untuk mengikuti Kamp Pelatihan 4 in 1.
Kamp 4 in 1: Menggenggam Setiap Kesempatan

Kamp 4 in 1: Menggenggam Setiap Kesempatan

21 Agustus 2018
Kamp pelatihan relawan 4 in 1 yang diadakan pada tanggal 18 - 19 Agustus 2018 membutuhkan banyak tangan para Bodhisatwa dalam menyukseskan kegiatan yang mengusung tema Sutra Makna Tanpa Batas ini.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -