Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4: Berjalan di Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Dewi Yanti (He Qi Angke), Fotografer : Emy Nora (He Qi Angke)
Praktik Pradaksina dilakukan peserta dengan penuh konsentrasi dan khidmat dalam kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang diadakan oleh Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Angke dan He Qi Pluit.

Pada Minggu, 5 Oktober 2025, cuaca cerah mengiringi pelaksanaan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang diadakan oleh Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Angke dan He Qi Pluit dengan mengusung tema “Berjalan di Jalan Bodhisatwa.” Kegiatan yang berlangsung di Fu Hui Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK ini diikuti oleh 62 relawan yang penuh semangat. Acara dibuka dengan sambutan hangat dari MC Auliani, yang memandu seluruh rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir pelatihan.

Pelatihan diawali dengan sambutan dari Anie Widjaja, Ketua He Qi Angke. Dalam arahannya, beliau menyampaikan dua topik utama pelatihan hari itu, yaitu Vegetarian dan Sepuluh Sila Tzu Chi. Anie menekankan bahwa pola makan vegetarian bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga menumbuhkan welas asih dalam diri manusia. Sedangkan Sepuluh Sila Tzu Chi menjadi pedoman dan perlindungan diri agar tidak melakukan kesalahan serta menjaga kita untuk tidak melukai diri sendiri maupun orang lain. “Ajaran Master Cheng Yen bukan hanya untuk dibaca, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Anie.

Anie Widjaja, Ketua He Qi Angke, menyambut hangat para peserta pelatihan dan mengingatkan agar ajaran Master Cheng Yen harus dipraktikkan.

Sesi pertama materi dibawakan oleh Lie Fa Lie dengan materi Pradaksina—sebuah metode meditasi berjalan yang mengajarkan fokus, kesadaran, dan ketenangan batin. Ia pun menjelaskan bahwa pelatihan diri di Tzu Chi dilakukan di tengah masyarakat, bukan di tempat terpencil. Karena itu, ketenangan batin sangat diperlukan agar para relawan mampu menghadapi situasi tak terduga dengan bijaksana, penuh empati, dan tidak tergesa dalam mengambil keputusan.

Sesi kedua disampaikan oleh Jokhian, yang membabarkan tentang Sepuluh Sila Tzu Chi sebagai pedoman pelatihan diri. Ia menjelaskan bahwa sila bukanlah batasan, melainkan perlindungan bagi kebebasan batin. Melalui latihan ini, setiap insan Tzu Chi belajar menumbuhkan ketulusan, kebenaran, kepercayaan, dan kejujuran sebagai dasar dalam setiap tindakan.

Menurut Jokhian, praktik ke luar dari sila diwujudkan dengan bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan belajar dan mempraktikkan sila, seseorang akan tersadarkan dan dapat menjadi teladan bagi orang lain. Ia menutup sesinya dengan pertanyaan reflektif: “Apakah sila membatasi kebebasan atau justru melindungi kebebasan?” Serentak para peserta menjawab, “Melindungi kebebasan!”

Memasuki sesi ketiga, Lo Hok Lay mengajak peserta merenung dengan pertanyaan, “Mengapa memilih menjadi vegetarian?” Ia mengingatkan pesan Master Cheng Yen bahwa kondisi bumi yang semakin rusak menjadi panggilan bagi umat manusia untuk bervegetarian yang menjadi sebuah bentuk kepedulian dan cinta kasih terhadap bumi.

Lo Hok Lay menjelaskan banyaknya manfaat berpola hidup vegetarian bagi diri sendiri dan menjadi sebuah bentuk kepedulian dan cinta kasih terhadap bumi.

Lo Hok Lay juga menyinggung pandangan negatif umum tentang vegetarian, seperti dianggap kurang nutrisi, lemas, tidak praktis, atau mahal. Ia kemudian meluruskan persepsi itu dengan menjelaskan banyaknya manfaat bervegetarian, karena dengan bervegetarian, setiap relawan sesungguhnya turut menyelamatkan bumi dan menebarkan welas asih.

Sesi keempat dibawakan oleh Nur, Koordinator Misi Amal Tzu Chi di He Qi Angke. Ia menjelaskan bahwa Misi Amal merupakan fondasi dari Empat Misi Utama Tzu Chi. Melalui misi ini, Tzu Chi tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga mendampingi penerima dengan kasih dan empati. Bantuan yang diberikan meliputi biaya hidup, pengobatan, pendidikan (SD hingga SMA), serta kebutuhan dasar seperti popok, susu, dan alat medis.

Nur, Koordinator Misi Amal Tzu Chi di He Qi Angke menjelaskan melalui misi amal, Tzu Chi tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga mendampingi penerima dengan kasih dan empati.

Nur juga memaparkan bagaimana setiap permohonan bantuan diproses dengan survei lapangan yang teliti, memastikan bantuan tepat sasaran. Ia menegaskan bahwa semangat cinta kasih yang tulus adalah ciri khas Tzu Chi yang membedakannya dari sekadar kegiatan sosial biasa.

Sebagai penutup, Livia, Koordinator Bidang Kebaktian He Xin 1, membawakan sesi “Tumbuh Hati yang Terdalam.” Ia menyampaikan bahwa memegang tanggung jawab bukanlah beban, melainkan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. “Tzu Chi adalah sekolah seumur hidup, tempat setiap insan dapat terus belajar tanpa henti,” ungkapnya.

Sebagai relawan Komite Tzu Chi, Livia mengajak seluruh peserta untuk meneladani ajaran dan langkah Master Cheng Yen, dengan menebarkan ajaran Jing Si serta semangat Mazhab Tzu Chi melalui pelatihan diri yang tulus dan pengabdian nyata di tengah masyarakat.

Sebanyak 62 relawan berfoto bersama dalam Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang diadakan oleh Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Angke dan He Qi Pluit dengan tema “Berjalan di Jalan Bodhisatwa.”

Disela waktu istirahat, Yusni salah satu peserta pelatihan, berbagi kesannya tentang kegiatan ini. “Saya bersyukur bisa terus mengikuti pelatihan Abu Putih. Sejak mengenal Tzu Chi, saya belajar banyak tentang pentingnya menjaga bumi dan hidup selaras dengan makhluk lain. Saya memutuskan bervegetarian karena sadar bahwa itu bentuk nyata menjaga bumi untuk masa depan anak cucu. Setiap pelatihan menjadi sarana bagi saya untuk terus belajar dan melatih diri berjalan di Jalan Bodhisatwa,” kata Yusni.

Sementara itu, Heppy, relawan yang menjadi koordinator kegiatan pelatihan kali ini, turut membagikan pandangannya. “Saya merasa bahagia diberikan kesempatan menjadi PIC pelatihan ini. Persiapannya sudah dilakukan sejak lama, dan meski ada kendala, berkat kerja sama tim semua berjalan dengan baik. Harapan saya, melalui pelatihan ini semakin banyak relawan baru bergabung dalam barisan Tzu Chi,” ungkap Happy.

Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 ini bukan sekadar ajang pembelajaran, tetapi juga penguatan tekad untuk terus berjalan di Jalan Bodhisatwa dengan hati penuh welas asih. Melalui setiap sesi, relawan diajak tidak hanya memahami Dharma, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari karena sejatinya, setiap langkah kecil dalam kebaikan akan membawa perubahan besar bagi dunia.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan Biru Putih 2015: Memikul Tanggung Jawab Menjadi Benih Tzu Chi

Pelatihan Relawan Biru Putih 2015: Memikul Tanggung Jawab Menjadi Benih Tzu Chi

12 Oktober 2015 “Saat saya berkesempatan untuk bertemu dan sharing dengan Master Cheng Yen, saya bercerita bahwa di Bireuen kami belum punya kantor dan belum pernah ada kegiatan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengangguk-angguk dan berpesan bahwa saya harus pulang dengan membawa benih Tzu Chi untuk Bireuen,” kisahnya. Pesan itu sulit hilang dari ingatan Teo Siau Pieng yang akhirnya membuatnya bertekad menciptakan Tzu Chi di Bireuen, Aceh.
Pembinaan Diri Bagi Relawan Tzu Chi

Pembinaan Diri Bagi Relawan Tzu Chi

27 November 2019

Minggu, 24 November 2019 diadakan Pelatihan Relawan Abu Putih dan Abu Putih Logo di Tzu Chi Center Jakarta. Training ini diikuti oleh 88 relawan dan didukung oleh 51 relawan sebagai panitia.

Lakukan dengan Sukarela,  Terima dengan Sukacita, Giat Melatih Diri

Lakukan dengan Sukarela, Terima dengan Sukacita, Giat Melatih Diri

01 September 2015 Pagi yang cerah di minggu terakhir di bulan Agustus 2015, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, relawan Tzu Chi komunitas Jakarta Barat melaksanakan kegiatan pelatihan relawan abu putih di Aula Blok C yang terletak tidak jauh dari Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -