Pemberkatan Akhir Tahun Hari Yang Penuh Rasa Syukur

Jurnalis : Dok. Tzu Chi Indonesia, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia

 

Siang hari, kurang lebih 1.000 orang relawan, karyawan, dan donatur Tzu Chi ganti memenuhi Ruang Serbaguna Poliklinik Cinta Kasih tersebut. Acara yang digelar tidak jauh berbeda dengan kegiatan pada pagi harinya meski ada sedikit penyesuaian. Kepada semua yang hadir hari ini, Liu Su mei menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak. “Tzu Chi Indonesia membutuhkan anda semua, tidak bisa kurang satu pun,” demikian terjemahan dari Johan. Liu Su mei juga mengulang 3 ikrar master untuk menyucikan hati manusia, menentramkan masyarakat, dan berharap dunia bebas dari bencana, yang selalu diingat kembali oleh semua insan Tzu Chi.

Dalam kesempatan ini tampil juga relawan pasangan suami istri, Hong Tjhin dan Tinnie Tiolani. Hong Tjhin telah bergabung dengan Tzu Chi sejak 1998 dalam kegiatan pembagian sembako. Mulai saat itu, Hong Tjhin terus aktif dalam berbagai kegiatan. Puncaknya adalah pada tahun 2002, ketika banjir besar melanda Jakarta. Ia sangat senang dalam kegiatan ini, namun yang lebih membahagiakannya adalah ketika istrinya bersedia bergabung dengan Tzu Chi.

Cerita Hong Tjhin disambung oleh Tinnie, “Kami pernah melalui masa-masa sulit (dalam hubungan rumah tangga kami) dimana saya banyak memprotes kesibukan Hong Tjhin di Tzu Chi. Apalagi ketika tahun 2002, saat saya baru usai melahirkan anak kedua kami.” Meski demikian, kebiasaan Hong Tjhin untuk bercerita pada istrinya tentang aktivitasnya di Tzu Chi membuat segalanya lebih baik. “Dari cerita-ceritanya, saya dapat merasakan semangat, ketulusan, dan kegembiraan Hong Tjhin di Tzu Chi,” kata Tinnie. Akhirnya ketika Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dibangun, Tinnie yang memang memiliki minat terhadap pendidikan mendapat tawaran untuk membantu mengurusnya.

Hingga saat ini, Tinnie sangat bersyukur telah menerima tawaran tersebut. Ia mengatakan sejak aktif di Tzu Chi ia mejadi lebih peka. Suatu kali dalam baksos ia pernah menghibur seorang anak yang meraung-raung karena akan dioperasi. Ternyata anak itu merasa lapar karena harus berpuasa, Tinnie akhirnya berhasil mengusahakan agar anak itu dioperasi terlebih dulu. Namun demikian, anak itu masih tetap menangis. Rupanya selain lapar, anak itu juga merasa takut menghadapi operasi. Sesaat Tinnie teringat pada anaknya sendiri, dan ia pun dapat merasakan ketakutan sang anak, sekaligus kekhawatiran sang ibu. Sesuatu yang baru dipelajarinya di Tzu Chi. “Sekarang saya dapat merasakan sendiri ketulusan, semangat, dan kebahagiaan memberikan cinta kasih tidak hanya pada keluarga saya sendiri, tapi juga keluarga dan anak-anak yang lain,” kata Tinnie sambil mengusap air mata dan menggantinya dengan senyuman.

Setelah sharing tersebut, suasana dirangkum dalam pentas isyarat tangan “37 Jalan Pembinaan Diri” oleh 14 relawan Tzu Chi, termasuk Tinnie. Isyarat tangan yang cukup panjang dan sulit ini telah dilatih cukup lama oleh para relawan tersebut. Pada hari ini mereka berkesempatan menunjukkan hasil latihan panjang mereka dengan baik. Selanjutnya Stephen Huang, relawan Tzu Chi dari Taiwan yang telah berkali-kali mengunjungi Indonesia memberikan beberapa patah kata dan cerita yang membangkitkan semangat para peserta. Salah satu hal yang disampaikannya adalah bahwa welas kasih tidak cukup hanya diucapkan di mulut saja, tetapi harus diwujudkan dengan mengulurkan tangan ketika ada yang membutuhkan bantuan. Meski demikian, kita tetap harus menyiapkan hati dan diri kita sebelum membantu orang lain, agar tidak justru mencelakakan diri kita sendiri. Semua ini disampaikannya lewat cerita, gurauan yang ringan dan lucu.

Seperti pagi harinya, acara juga ditutup dengan pembagian bingkisan dan angpau, serta doa bersama dalam syahdu cahaya lilin. Seorang donatur yang telah mendukung Tzu Chi Indonesia sejak 10 tahun yang lalu mengatakan tersentuh pada kisah Enjah. Nenek usia 70 an tahun yang tidak mau disebut namanya ini telah mengidap kanker 9 tahun lamanya. Karena kesehatannyalah ia tidak bisa ikut aktif dalam Tzu Chi, namun ia merasa senang karena dana yang disumbangkannya dapat membantu orang-orang seperti Enjah. Baginya kesenangan orang lain merupakan kesenangan dirinya juga. Memang betul bahwa hari itu dipenuhi dengan rasa syukur, saling menghormati, dan cinta kasih yang semoga terus berlanjut hingga ke hari-hari selanjutnya.


Artikel Terkait

Bersukacita Dalam Pemberkahan Awal Tahun

Bersukacita Dalam Pemberkahan Awal Tahun

02 Maret 2020

Menutup tahun yang lama dengan rasa syukur dan menyambut tahun yang baru dengan tekad dan harapan yang baru. Insan Tzu Chi Tebing Tinggi kembali mengadakan acara Pemberkahan Awal Tahun pada hari Minggu,  20 Februari 2020 di Kantor Penghubung Tzu Chi Tebing Tinggi.

Penyemangat Saat Berjuang Sembuh dari Kanker

Penyemangat Saat Berjuang Sembuh dari Kanker

09 Maret 2021

Anak dan orang tua menjadi kekuatan dan penyemangat utama bagi Yiyin Suprihatin (32) menjalani ujian hidup. Sudah setahun ini, Yiyin berjuang melawan kanker payudara stadium 3 dan pada 10 Februari 2021 lalu telah menjalani operasi. Pagi itu Yiyin yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi atau Gan En Hu datang ke Kantor He Qi Timur untuk reimburse biaya transportasi ke rumah sakit. 

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -