Perhatian untuk Masyarakat Tanjung Kait

Jurnalis : Indarto Zhang (He Qi Barat 1), Fotografer : Indarto Zhang, Aditya, Edi (He Qi Barat 1)


Kakek Siam salah satu pasien yang datang berobat. Ia mengeluhkan pusing-pusing dan juga tekanan darah tinggi. Mata sebelah kirinya juga terkena katarak.

Minggu pagi, 21 Juli 2019, sekitar pukul 5 pagi, para relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 sudah berkumpul di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka menunggu semua relawan berkumpul untuk berangkat ke Klenteng Tjo Soe Kong di daerah Tanjung Anom, Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Tangerang, Banten. Perjalanan ke tempat ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam  lebih dengan menggunakan mobil. Klenteng yang terletak di pesisir pantai ini terlihat indah dan sesuai untuk dijadikan tempat baksos kesehatan umum dan gigi untuk masyarakat sekitar.

Baksos kesehatan ini diselenggarakan dalam rangka menjalin jodoh baik antara Yayasan Tzu Chi Indonesia dengan masyarakat sekitar Klenteng Tjo Soe Kong. Baksos ini terselenggara dengan sukses berkat kerja sama 55 orang relawan dengan para pengurus Klenteng dan pengurus wilayah setempat. Ada 1.067 orang pasien yang memeriksakan kesehatannya: 945 pengobatan umum, dan 122 pengobatan gigi. 


Selain pengobatan umum, ada juga warga yang memeriksakan kondisi giginya.

Sejak pukul 7 pagi, masyarakat sekitar yang ingin memeriksakan kesehatannya sudah berkumpul di area pendaftaran. Mereka sangat antusias untuk memeriksakan kesehatannya. Setelah pendaftaran, sebagian warga yang belum masuk ke dalam area pemeriksaan sebelumnya diberikan sosialisasi tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Setelah itu, para calon pasien dipersilakan mengantri ke area pemeriksaan untuk diperiksa tensi, dan tekanan darahnya. Petugas medis juga mencatat keluhan pasien sebelum diperiksa oleh dokter.

Salah satu pasien yang datang adalah kakek Siam. Kakek yang sudah berumur 75 tahun ini sangat senang ada baksos kesehatan seperti ini. “Sudah bangun sejak pagi kita, siap-siap minta diantar anak kemari,” kata Kakek Siam dengan senyum di wajahnya. Kakek yang bekerja sehari-hari sebagai petani ini memiliki keluhan di bagian lambungnya beserta batuk dan pilek. Setelah diperiksa, menurut dokter kakek menderita sakit mag. Ia kemudian dianjurkan untuk selalu makan secara teratur dan diberikan obat-obatan untuk menyembuhkan sakitnya.


Ibu Sukana bersama putranya yang berkursi roda sedang menunggu giliran untuk mengambil obat-obatan setelah diperiksa oleh dokter.

Kakek Siam yang tinggal di Kampung Marga Mulia ini mengaku sebelumnya belum pernah tahu tentang yayasan Buddha Tzu Chi dan baru pertama kali ini tahu kalau ada Yayasan Buddhis yang begitu sangat perhatiannya terhadap masyarakat yang susah. Kakek Siam hidup sehari-hari dari hasil bertani. Ia tinggal berdua bersama dengan istrinya. Keenam anaknya sudah pindah dan mandiri. Ada yang bekerja dan ada juga yang berusaha sendiri. Mata kiri Kakek Siam sudah tidak bisa melihat secara normal akibat katarak, sementara mata sebelah kanannya tidak bisa melihat karena tercolok temannya sewaktu kecil. 


Dr. Budiarto sedang memeriksakan pasiennya dalam baksos kesehatan di Klenteng Tjo Soe Kong, Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Tangerang, Banten

Selain Kakek Siam, terlihat seorang ibu-ibu mendorong kursi roda yang diduduki oleh anak laki-lakinya. Ibu Sukana (53) dan anaknya Irawan (21) datang ikut mengantri untuk diperiksa kesehatannya. “Saya tinggal di kebon baru, jalan kaki dorongin kursi roda anak saya kira-kira setengah jam lah sampai disini,” kata Ibu Sukana. Irawan, anak dari ibu Sukana terlahir prematur di usia janin sekitar 6 bulan. Hal ini yang membuat Irawan begitu rentan kondisi fisiknya dan terserang polio sejak kecil. Ibu Sukana datang untuk memeriksakan dadanya yang sering sesak karena capek mengurus putranya dan juga ibunya sendiri yang sudah berumur 90 tahun dan menderita stroke. “Papanya (Irawan) sudah nggak ada sejak tahun 2.000. Makanya saya sendiri yang urus anak sama orang tua saya. Capek, Mas,” kata Ibu sukana berkeluh kesah. Beliau mengaku sangat senang dan bahagia bisa mengikuti pemeriksaan kesehatan yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sesuai hasil pemeriksaan Dokter Budiarto, Ibu sukana sering sesak napas memang karena terlalu capek mengurus keluarga dan disarankan untuk lebih banyak beristirahat.

Melihat kondisi Ibu Sukana, Dr. Budiarto memberikan beberapa masukan tentang menjaga kesehatan dan memperlancar aliran darah dengan rajin minum air putih yang teratur.  Dr. Budiarto sendiri sudah pensiun sejak tahun 2015. Mengikuti TIMA (Tzu Chi International Medical Association) sejak tahun 2010 ini merasa senang bisa mengikuti kegiatan baksos kesehatan dimanapun berada. “Saya sudah pensiun, jadi bisa bebas bersumbangsih dimana saja dan kapan saja. Kapan saja tenaga saya dibutuhkan, pasti saya datang. Asalkan bisa membantu sesama yang membutuhkan, biar capek yang penting bahagia” begitu penuturan dr Budiarto yang sudah berumur 64 tahun ini.


Total 1. 067 orang pasien yang ikut serta dalam baksos kesehatan kali ini

Semua pemeriksaan kesehatan dan gigi selesai pada jam 12 siang, akan tetapi antrian untuk mengambil obat-obatan masih terlihat dan baru selesai sekitar jam 3 sore. Karena banyaknya pasien (1.067 pengobatan umum dan gigi) membuat antrian pengambilan obat menjadi sangat padat. Bersyukur sekali, walaupun demikian, baksos kesehatan ini dapat terlaksana dengan baik, lancar, dan dapat diselesaikan dengan sukses. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen: Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain. Semoga dengan adanya baksos ini dapat mengembangkan cinta kasih antar sesama terutama bagi masyarakat sekitar desa Tanjung Anom dan desa Marga Mulya kecamatan Mauk, Tanjung Kait, Tangerang banten.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -